in ,

Studi Baru Ungkap Hubungan Vitamin D dengan Tingkat Kematian Kasus COVID-19

Para peneliti percaya temuan mereka menunjukkan bahwa Vitamin D dapat mengurangi keparahan COVID-19 dengan menekan badai sitokin pada pasien COVID-19.

CakapCakapCakap People! Sebuah studi baru menemukan hubungan yang signifikan antara kekurangan vitamin D dengan tingkat kematian yang tinggi pada kasus COVID-19 yang disebabkan oleh novel coronavirus. Vitamin menawarkan beberapa manfaat bagi kesehatan.

Vitamin D, yang dikenal sebagai vitamin sinar matahari, telah dihubungkan dengan sejumlah manfaat kesehatan. Vitamin ini sangat penting untuk menjaga tulang dan gigi tetap sehat dan kuat. Vitamin D memiliki banyak peran dalam tubuh, termasuk fungsi kekebalan tubuh. 

Sumber vitamin D. [Foto: Alodokter]

Studi menunjukkan bahwa vitamin D ini dapat membantu melawan penyakit dan infeksi. Sumber makanan yang mengandung vitamin D di antaranya adalah kuning telur, salmon, sarden, susu yang diperkaya dan sereal, jus jeruk, dan lain-lain.

Kini, penelitian baru telah menemukan hubungan yang signifikan antara kekurangan vitamin D dan tingkat kematian yang tinggi dari penyakit COVID-19 yang disebabkan oleh novel coronavirus.

Temuan itu merupakan hasil penelitian tim yang dipimpin oleh Northwestern University.

Mereka mempelajari data dari rumah sakit dan klinik di berbagai negara, seperti Jerman, Italia, Iran, Prancis, Spanyol, China, Korea Selatan, Swiss, Inggris, dan Amerika Serikat. 

Tujuan penelitiannya ialah untuk mengetahui apakah keparahan COVID-19 berkaitan dengan kondisi tubuh yang kekurangan vitamin D.

Hasilnya, negara-negara dengan tingkat kematian COVID-19 yang tinggi, seperti Spanyol, Italia dan Inggris memiliki asupan vitamin D yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka di negara-negara yang tidak terkena dampak parah.

“Kami menemukan hubungan kasar yang signifikan antara kadar vitamin D rata-rata dan jumlah kasus COVID-19, dan khususnya tingkat kematian COVID-19, per kepala populasi di 20 negara Eropa,” kata peneliti studi Dr Lee Smith dari Anglia Ruskin University di Inggris, dilansir Times Now News, Minggu, 10 Mei 2020.

Ilustrasi. [Foto: health.harvard.edu]

Studi ini juga melaporkan adanya korelasi kuat antara kadar vitamin D dan badai sitokin, kondisi hiperinflamasi yang disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang terlalu aktif. 

Para ahli mengatakan, badai sitokin dapat sangat merusak paru-paru dan menyebabkan sindrom gangguan pernapasan akut atau bahkan kematian.

Vitamin D bertugas mengatur respons sel darah putih, yakini mencegahnya melepaskan terlalu banyak sitokin. 

Para peneliti percaya temuan mereka menunjukkan bahwa Vitamin D dapat mengurangi keparahan COVID-19 dengan menekan badai sitokin pada pasien COVID-19. 

Namun, mereka mengatakan penelitian lebih lanjut diperlukan dan memperingatkan terhadap penimbunan suplemen vitamin D.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Ini Dia Deretan Minuman Segar Tradisional Ala Indonesia yang Pas Untuk Buka Puasa!

Nike Donasikan 30.000 Pasang Sepatu Air Zoom Pulse untuk Petugas Medis Garis Depan COVID-19