in ,

Minum Teh Panas Meningkatkan Risiko Kanker Kerongkongan

Gejalanya meliputi penurunan berat badan, nyeri dada, kesulitan menelan, gangguan pencernaan, mulas, batuk dan suara serak.

CakapCakapCakap People! Teh seharusnya dikonsumsi dalam keadaan panas. Saat teh mulai mendingin, rasanya tak senikmat saat masih dalam kondisi panas. Kebanyakan orang menikmati minum teh, kopi, dan minuman lainnya dengan kondisi yang panas, terutama di waktu-waktu yang dingin. 

Tetapi, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan tahun ini di International Journal of Cancer, minum teh yang sangat panas dapat meningkatkan risiko terkena kanker esofagus atau kanker kerongkongan.

Indian Express melaporkan pada Selasa, 24 September 2019, pada penelitian tersebut, para peneliti mengamati 50.045 orang, antara kelompok usia 40 dan 75 tahun di Golestan, Iran, untuk periode rata-rata 10,1 tahun. Penelitian ini dilakukan antara 2004 dan 2017.

Suhu teh yang diminum peserta, dibagi menjadi dua kategori, yaitu; sangat panas (60 ° C ke atas) dan suam-suam kuku (di bawah 60 ° C). 

Hasilnya, mereka yang minum 700 ml atau lebih teh sangat panas setiap hari, berpeluang 90 persen lebih tinggi terkena kanker esofagus, dibandingkan dengan peserta yang mengonsumsi kurang dari 700 ml teh suam-suam kuku.

Penelitian ini memperingatkan bahwa para peneliti harus menggali lebih dalam untuk memahami hubungan tersebut, analisis ini mempertimbangkan waktu menuangkan teh sebelum meminumnya yakni dalam skala dua-enam menit.

Apa itu kanker esofagus?

Kanker kerongkongan — tabung panjang berlubang yang membentang dari tenggorokan ke perut. Kerongkongan adalah organ yang membantu pergerakan makanan / minuman dari tenggorokan ke perut, tempat dicerna.

Kanker esofagus biasanya dimulai pada sel-sel yang melapisi bagian dalam kerongkongan. Kanker ini dikatakan sebagai salah satu penyebab paling umum kematian di seluruh dunia.

Gejala kanker ini meliputi penurunan berat badan, nyeri dada, kesulitan menelan, gangguan pencernaan, mulas, batuk dan suara serak.

Selain studi yang disebutkan di atas, mungkin ada banyak faktor risiko lain seperti merokok, tidak makan cukup buah dan sayuran, konsumsi alkohol, refluks empedu, dan lain-lain.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Loading…

0

Comments

0 comments

Rasa Gatal di Perut Saat Hamil? Ini 4 Cara Tepat Mengatasinya

Kabut Asap, Begini Cara Mengetahui Kualitas Udara lewat Jarak Pandang