in ,

Bio Farma: Vaksin COVID-19 Akan Dijual Dengan Harga Rp 200.000 Per Dosis

Honesti mengatakan, penetapan harga potensi vaksin didasarkan pada besaran investasi yang dilakukan pada uji klinis tahap tiga dan uji efikasi.

CakapCakapCakap People! Perusahaan farmasi milik negara, yaitu PT Bio Farma, telah mengonfirmasi bahwa vaksin COVID-19 akan dijual dengan harga sekitar Rp 200.000 (US$13.57)
per dosis, saat vaksin telah tersedia.

Presiden Direktur Bio Farma Honesti Basyir mengatakan harga tersebut berdasarkan email baru-baru ini dari Sinovac Biotech, calon produsen vaksin COVID-19 dari China. Vaksin tersebut sedang dalam uji coba tahap akhir di Indonesia.

“Bio Farma berkomitmen mendukung upaya pemerintah untuk menyediakan vaksin COVID-19 yang terjangkau untuk melindungi masyarakat Indonesia,” kata Honesti dalam keterangannya, Selasa, 13 Oktober 2020, melansir The Jakarta Post.

Presiden Joko Widodo (kiri), didampingi Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir (kedua dari kanan), mengunjungi lokasi pabrik perusahaan farmasi milik negara PT Bio Farma di Bandung, Jawa Barat pada 11 Agustus 2020. [Foto: Biro Setpres]

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa Sinovac telah membantah laporan bahwa Brasil akan mendapatkan vaksin serupa dengan harga yang jauh lebih rendah yaitu $ 1,96 per dosis.

“Harga $ 1,96 per dosis tidak benar, karena biaya pengirimannya sendiri paling sedikit $ 2 per dosis. Sinovac saat ini sedang mencari asal mula laporan ini,” tambahnya.

Honesti mengatakan, penetapan harga potensi vaksin didasarkan pada besaran investasi yang dilakukan pada uji klinis tahap tiga dan uji efikasi.

Sementara itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) berencana mengunjungi fasilitas Sinovac di Beijing untuk memastikan pengembangan dan produksi vaksin tersebut berdasarkan praktik manufaktur yang baik (GMP).

Lembaga Pengkajian Pangan, Obat, dan Makana Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) juga berencana mengevaluasi standar kehalalan vaksin.

Pada minggu kedua bulan Oktober 2020 ini di Bandung, Jawa Barat, uji klinis fase ketiga vaksin COVID-19 melibatkan 843 relawan yang menerima suntikan kedua, sementara 449 lainnya dalam tahap pemantauan untuk suntikan kedua.

Setidaknya 1.620 relawan dibutuhkan untuk uji klinis. Setiap relawan akan menerima dua suntikan vaksin dalam enam bulan. Tim uji klinis vaksin Sinovac Indonesia mengatakan bahwa tidak ada efek samping setelah sukarelawan menerima suntikan.

Ilustrasi. [Foto: REUTERS / Siphiwe Sibeko]

Sementara itu, China meningkatkan upayanya dalam “diplomasi vaksin” selama akhir pekan, dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan bahwa program vaksin bersama antara Indonesia dan China dapat menjadi fokus hubungan baru antara kedua negara.

Berbicara seusai pertemuan dengan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan, Wang mengatakan dalam waktu dekat Indonesia bisa menjadi hub produksi vaksin untuk Asia Tenggara.

“China bersedia bekerja dengan Indonesia dalam penelitian, produksi dan distribusi vaksin, dan mendukung pertukaran departemen dan lembaga medis terkait untuk membantu memastikan akses ke vaksin yang terjangkau di seluruh kawasan dan di seluruh dunia,” kata Wang.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) China mengatakan vaksin COVID-19 yang sedang dikembangkan di China mungkin siap digunakan oleh masyarakat umum pada awal November.

China memiliki empat vaksin COVID-19 potensial dalam tahap akhir uji klinis. Setidaknya tiga di antaranya telah disuntikkan kepada para pekerja di sektor penting di bawah program penggunaan darurat yang diluncurkan pada Juli.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Loading…

0

Comments

0 comments

Positif Covid-19, Cristiano Ronaldo Batal Adu Sepak Lawan Lionel Messi

IDI: 136 Dokter di Indonesia Meninggal Dunia Karena COVID-19