in ,

Thailand Minta Publik Tenang Usai Kematian Penerima Vaksin COVID-19

Pejabat kesehatan Thailand mengatakan kematian pria itu disebabkan oleh abdominal aortic aneurysm (AAA) dan pecah, dan bukan karena vaksin.

CakapCakapCakap People! Pejabat kesehatan Thailand bergegas menenangkan ketakutan publik pada Jumat, 26 Maret 2021, setelah mengonfirmasi seorang pria meninggal dunia 10 hari setelah mendapatkan suntikan vaksin COVID-19 awal bulan ini.

Reuters melaporkan, pejabat kesehatan senior, Sopon Mekton, mengatakan bahwa penyebab kematian tersebut adalah akibat dari abdominal aortic aneurysm (AAA) dan pecah. Ia menambahkan bahwa kampanye vaksinasi negara akan terus berlanjut.

Pria itu diinokulasi pada 3 Maret 2021 dan meninggal pada 13 Maret 2021.

Pejabat kesehatan Thailand mengatakan kematian pria itu disebabkan oleh abdominal aortic aneurysm (AAA) dan pecah, dan bukan karena vaksin. [Foto: AFP]

“Saya yakin kematian ini karena aneurysm dan tidak terkait dengan vaksin,” kata Dr Sopon dalam konferensi pers.

AAA adalah pembengkakan pembuluh darah utama yang mengarah dari jantung dan jika pecah bisa berakibat fatal.

Pria, yang usianya tidak disebutkan itu memiliki kondisi kesehatan yang sudah ada sebelumnya dan telah menjalani operasi pada Januari, kata pejabat kesehatan Tawee Chotpitayasunond, menggambarkannya sebagai “bom waktu di dalam tubuh”.

Menteri Kesehatan Anutin Charnvirakul mengimbau masyarakat untuk mendapatkan vaksin.

Sejauh ini, Thailand telah memberikan sekitar 136.000 dosis vaksin COVID-19, sebagian besar menggunakan vaksin Sinovac Biotech China, tetapi vaksin AstraZeneca juga telah diberikan.

Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha adalah orang pertama di Thailand yang menerima suntikan AstraZeneca pada 16 Maret, yang sempat ditunda beberapa hari setelah laporan di Eropa tentang pembekuan darah di antara beberapa penerima vaksin tersebut.

Mereka yang diinokulasi di Thailand sejauh ini adalah pekerja atau kelompok medis garis depan yang dianggap berisiko karena kemungkinan terpapar virus, atau karena usia mereka dan kondisi kesehatan yang sudah ada sebelumnya.

Thailand telah melaporkan 28.577 infeksi COVID-19 dan 92 kematian.

Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha menerima suntikan vaksin COVID-19 AstraZeneca di Government House, di Bangkok, Thailand, Selasa, 16 Maret 2021. Prayuth menjadi orang pertama Thailand yang diinokulasi dengan vaksin COVID-19 AstraZeneca pada Selasa, 16 Maret 2021, setelah peluncuran vaksin sempat ditunda sementara karena alasan keamanan vaksin. [Foto: Government House/ Rueters]

Program vaksinasi di Thailand menggunakan suntikan vaksin impor tetapi strategi vaksinasi negara secara keseluruhan sangat bergantung pada pembuatan vaksin AstraZeneca di dalam negeri.

Vaksin AstraZeneca akan diproduksi oleh perusahaan milik negara kerajaan itu, dengan 61 juta dosis dicadangkan untuk warga Thailand.

Vaksin AstraZeneca yang diproduksi di Thailand diperkirakan tidak akan tersedia hingga setidaknya Juni, ketika Thailand berencana untuk memulai kampanye inokulasi massal.

Prayuth dan kabinetnya disuntik dengan sebagian dari 117.300 dosis vaksin AstraZeneca impor yang diterima Thailand untuk penggunaan darurat awal bulan ini.

Thailand sebelumnya telah mengimpor 200.000 dosis vaksin COVID-19 CoronaVac dari Sinovac, China. Sebanyak 800.000 dosis CoronaVac selanjutnya akan tiba akhir bulan ini, diikuti oleh satu juta lagi di bulan April.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Loading…

0

Comments

0 comments

Korea Selatan Perpanjang Pembatasan Jarak COVID-19 Karena Jumlah Kasus harian Mencapai Tertinggi Baru

Australia Laporkan Kasus COVID-19 Pertama yang Ditularkan Secara Lokal Dalam Seminggu