in ,

Studi Baru: Varian COVID-19 Inggris Memiliki Tingkat Kematian yang Lebih Tinggi Secara Signifikan

Varian B.1.1.7 pertama kali terdeteksi di Inggris pada September 2020, dan sejak itu juga telah ditemukan di lebih dari 100 negara lain.

CakapCakapCakap People! Varian baru COVID-19 yang sangat menular yang telah menyebar ke seluruh dunia sejak pertama kali ditemukan di Inggris akhir tahun lalu, antara 30% dan 100% lebih mematikan daripada varian dominan sebelumnya. Demikian diungkapkan para peneliti, Rabu, 10 Maret 2021.

Reuters melaporkan, dalam sebuah penelitian yang membandingkan tingkat kematian di antara orang-orang di Inggris yang terinfeksi dengan varian baru SARS-CoV-2 – yang dikenal sebagai B.1.1.7 – terhadap mereka yang terinfeksi dengan varian lain dari virus penyebab COVID-19, para ilmuwan mengatakan varian baru tersebut memiliki angka kematian “secara signifikan lebih tinggi”.

Orang-orang berjalan di sepanjang Regent Street di area perbelanjaan jalan raya utama London pada 15 Desember 2020. [FOTO: AFP]

Varian B.1.1.7 pertama kali terdeteksi di Inggris pada September 2020, dan sejak itu juga telah ditemukan di lebih dari 100 negara lain.

Varian baru COVID-19 Inggris ini memiliki 23 mutasi dalam kode genetiknya — jumlah yang relatif tinggi — dan beberapa di antaranya membuatnya jauh lebih mudah menyebar. Para ilmuwan mengatakan itu sekitar 40% -70% lebih dapat ditularkan daripada varian dominan sebelumnya yang beredar.

Dalam studi di Inggris, yang diterbitkan di British Medical Journal pada hari Rabu, 10 Maret 2021, infeksi dengan varian baru menyebabkan 227 kematian dalam sampel dari 54.906 pasien COVID-19, dibandingkan dengan 141 di antara jumlah pasien yang sama yang terinfeksi dengan varian lain.

“Ditambah dengan kemampuannya untuk menyebar dengan cepat, ini membuat B.1.1.7 menjadi ancaman yang harus ditanggapi dengan serius,” kata Robert Challen, peneliti di Exeter University yang ikut memimpin penelitian.

Pakar independen mengatakan temuan studi ini menambah bukti awal sebelumnya yang menghubungkan infeksi dengan varian virus B.1.1.7 dengan peningkatan risiko kematian akibat COVID-19.

Ilustrasi virus corona. [Foto: Reuters]

Temuan awal dari penelitian ini dipresentasikan kepada pemerintah Inggris awal tahun ini, bersama dengan penelitian lain, oleh para ahli di panel New and Emerging Respiratory Virus Threats Advisory, atau NERVTAG.

Lawrence Young, seorang ahli virologi dan profesor onkologi molekuler di Universitas Warwick, mengatakan mekanisme yang tepat di balik tingkat kematian yang lebih tinggi dari varian B.1.1.7 masih belum jelas, tetapi “mungkin terkait dengan tingkat replikasi virus yang lebih tinggi serta peningkatan penularan ”.

Dia memperingatkan bahwa varian Inggris kemungkinan memicu lonjakan infeksi baru-baru ini di seluruh Eropa.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Loading…

0

Comments

0 comments

PAHO: Kasus COVID-19 di Amerika Utara Terus Menurun, Lonjakan di Brasil Mengkhawatirkan

Isyaratkan Pesan Untuk China, Biden Bakal Bertemu PM Australia, India, dan Jepang pada 12 Maret