in ,

Reuters: Pernah Disebut Gila, Pejuang Lingkungan Indonesia Ini Mengubah Bukit-bukit Gersang Menjadi Hijau

Perjuangan Sadiman itu menghasilkan tersedianya sumber daya air di wilayah pegunungan yang rawan kekeringan di tempat di mana ia tinggal setelah 24 tahun

CakapCakapCakap People! Salah satu media asing, Reuters, mengangkat kisah seorang pejuang lingkungan Indonesia yang memberikan dampak signifikan di tempat ia tinggal, tertuang dalam sebuah artikel berjudul ‘Once called crazy, Indonesian eco-warrior turns arid hills green‘ yang dipublikasikan pada Jumat, 19 Maret 2021.

Pernah dianggap gila oleh sesama penduduk desa, pejuang lingkungan Indonesia, Sadiman, telah mengubah bukit-bukit tandus dan gersang menjadi hijau setelah 24 tahun berusaha.

Perjuangan Sadiman itu menghasilkan tersedianya sumber daya air di wilayah pegunungan yang rawan kekeringan di tempat di mana ia tinggal.

Sadiman, seorang pejuang lingkungan Indonesia berusia 69 tahun, berdiri di dekat bukit yang merupakan areal pertama yang ia tanam kembali dengan pepohonan 20 tahun lalu, di Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia, dalam video yang diambil dari video pada 13 Maret 2021 ini. [Reuters / Stringer]

Dikenal sebagai ‘mbah’ atau ‘kakek’, pria berusia 69 tahun itu bekerja tanpa henti untuk menanam pohon di perbukitan di Jawa Tengah itu setelah kebakaran yang awalnya untuk membersihkan lahan untuk bercocok tanam yang justru hampir mengeringkan sungai dan danau.

“Saya berpikir sendiri, kalau tidak menanam pohon banyan [beringin India] daerah ini akan menjadi kering,” kata Sadiman, memakai topi ranger khasnya dan baju safari. Sadiman hanya memiliki satu nama, seperti kebanyakan orang Indonesia.

“Menurut pengalaman saya, pohon banyan dan pohon ficus [Beringin Ara / Waringin] bisa menyimpan banyak air.”

Akar yang panjang dan menyebar luas dari sedikitnya 11.000 pohon banyan dan ficus yang ditanam Sadiman di lebih dari 250 hektar membantu menahan air tanah dan mencegah erosi tanah.

Berkat usahanya, mata air telah terbentuk di tempat di mana dulu itu adalah tanah tandus dan gersang. Airnya dialirkan ke rumah-rumah dan digunakan untuk mengairi pertanian.

Ilustrasi. [Foto via Pixabay]

Namun, pada awalnya hanya sedikit warga desa yang mengapresiasi karyanya.

“Orang-orang mengejek saya karena membawa bibit pohon beringin ke desa, karena mereka merasa tidak nyaman karena mereka yakin ada makhluk halus di pohon itu,” tambah Sadiman.

Bahkan ada yang mengira dia orang gila karena menukar bibit pohon dengan kambing yang dia pelihara, kata seorang warga, Warto.

“Dulu orang mengira dia gila, tapi lihat hasilnya sekarang,” tambah Warto. “Ia mampu menyediakan air bersih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di beberapa desa.”

Sadiman juga mendanai pekerjaannya melalui pembibitan tanaman seperti cengkeh dan nangka yang bisa dia jual atau barter.

Kurangnya curah hujan di daerah tempat dia menanam pohon pernah membatasi petani untuk panen tunggal dalam setahun, tapi sekarang, sumber air yang melimpah memastikan dua atau tiga kali panen, katanya.

“Saya berharap masyarakat di sini bisa hidup sejahtera dan hidup bahagia. Dan jangan terus menerus membakar hutan, ”imbuh Sadiman dengan mata berbinar.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Loading…

0

Comments

0 comments

Inggris Mencapai Tonggak Sejarah: Setengah dari Jumlah Orang Dewasa Sudah Mendapatkan Dosis Vaksin Pertama

Arkeolog Temukan Benda Berusia 3.000 Tahun, Klaim Bisa Jelaskan Asal Usul Bangsa China