in ,

Myanmar Ingin Beli Lebih Banyak Vaksin COVID-19 Rusia dan China di Tengah Kasus yang Meningkat

Myanmar telah mencatat 155.697 kasus COVID-91 dan 3.320 kematian sejak awal pandemi, menurut data kementerian kesehatan.

CakapCakapCakap People! Myanmar sedang menegosiasikan pembelian 7 juta dosis vaksin Sputnik COVID-19 Rusia, kata kepala junta, ketika pihak berwenang mencoba untuk mengatasi gelombang baru infeksi virus corona.

Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Rusia RIA, kepala junta, Jenderal Senior Min Aung Hlaing mengatakan setelah awalnya berencana untuk membeli 2 juta dosis, Myanmar sekarang ingin membeli 7 juta.

“Kami sudah melakukan negosiasi untuk membeli lebih banyak dari Rusia,” kata Min Aung Hlaing. Dia tidak mengatakan apakah itu vaksin Sputnik V atau vaksin Sputnik Light single-shot, seperti dikutip Channel News Asia.

Foto: Reuters

Kepala junta, yang baru saja kembali dari perjalanan ke Rusia, mengatakan negara tetangga India, yang awalnya memasok sebagian besar vaksin Myanmar, tidak dapat memberikan lebih banyak dosis karena wabahnya sendiri.

“China juga telah mengirimkan beberapa vaksin dan kami juga telah menggunakannya. Kami juga akan melanjutkan negosiasi dengan China,” katanya.

Myanmar telah mencatat 155.697 kasus COVID-91 dan 3.320 kematian sejak awal pandemi, menurut data kementerian kesehatan.

Tetapi infeksi yang dilaporkan telah melonjak bulan ini, meningkatkan kekhawatiran akan gelombang yang jauh lebih besar. Banyak dari infeksi baru telah dilaporkan di dekat perbatasan dengan India.

Beberapa ahli kesehatan mengatakan tingkat infeksi sebenarnya kemungkinan akan jauh lebih tinggi mengingat kegagalan dalam pengujian sejak kudeta 1 Februari.

Petugas kesehatan Myanmar diketahui bergabung dengan gerakan pembangkangan sipil untuk memprotes penggulingan penguasa terpilih Aung San Suu Kyi, yang pemerintahannya telah mengendalikan dua gelombang infeksi.

Foto: AFP

Meningkatnya Risiko Myanmar Jadi Episentrum COVID-19 di Tengah Konflik

Kekhawatiran meningkat dengan Myanmar bisa menjadi episentrum ledakan COVID-19, ketika ribuan orang terlantar akibat konflik baru meninggalkan kota dan desa mereka dan tinggal di hutan di daerah perbatasan terpencil yang jauh dari sistem perawatan kesehatan manapun, dalam keadaan hampir runtuh.

“Myanmar pada saat ini menderita bencana ganda atau krisis ganda,” kata Dr Abhishek Rimal, koordinator kesehatan darurat regional yang berbasis di Kuala Lumpur di Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC), kepada Asian Insider, seperti yang dilansir The Straits Times.

Krisis ganda yang dimaksudkannya “salah satunya adalah ketidakstabilan politik,” katanya. Yang kedua adalah COVID-19.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Loading…

0

Comments

0 comments

Prancis Hapus Batas Kapasitas Orang di Sejumlah Tempat Meskipun Ada Risiko ‘Gelombang Keempat COVID-19’

Presiden Vladimir Putin Bilang Sudah Disuntik Vaksin COVID-19 Sputnik Buatan Rusia