in

Menelisik Tingkat Kecanduan Obat dengan Pil Digital

pil digital via gapyear.com

Hidup di zaman serba digital membuat para peneliti berinisiatif mengawinkan berbagai kepentingan dan keilmuan mereka dengan segala hal yang bersifat digital. Salah satu produk terkini perkawinan dua bidang yang berbeda tersebut adalah pil digital. Berbeda dengan fungsi sebenarnya dari sebuah pil, pil digital ini ditujukan untuk mengetahui seberapa jauh seseorang tidak kecanduan obat-obatan pereda nyeri alis pain killer seperti opioid.

Sebagaimana dilansir dari Technology Breaking News, pil digital ini berfungsi sebagai ingestible trackers alias si pencari jejak yang bisa ditelan. Kenapa bisa begitu guys? Ini tak lain karena pil ini dilengkapi oleh sebuah sensor dan obat yang digunakan untuk mendeteksi pola penggunaan obat pasien.

Pil ini sendiri telah diuji-cobakan pada 15 pasien dari Brigham and Women’s Hospital di London. Di mana para pasien ini kesemuanya mengalami patah tulang akut dan diminta untuk mengkonsumsi satu atau dua butir oxycodone 5 mg setiap 8 jam sekali. Oxycodone sendiri merupakan sejenis opioid yang berfungsi meredakan nyeri. Untuk mengawasi penggunaan pil, kelima belas pasien ini diminta mengembalikan pil yang tidak digunakan setelah 7 hari.

pil digital via cnn.com

Siapa sangka, di dalam obat yang mereka konsumsi ternyata ada semacam radiofrequency emitter dan sebuah kapsul gelatin yang mengandung tablet oxycodone! Begitu kapsul luruh, bahan obat pun terbebaskan dan emitter itu sendiri menjadi aktif. Pasien juga diminta mengenakan sebuah patch pada perut mereka yang sebenarnya hanya merupakan pembaca sinyal seukuran iPod yang menyimpan data pengambilan obat.

Alhasil diketahui fakta bahwa pasien hanya sesekali mengkonsumsi opioid untuk meredakan nyeri dan tidak semua pil yang diberikan itu dikonsumsi. Dengan demikian diketahui pola konsumsi obat pereda nyeri, di mana orang cenderung mengkonsumsi obat-obatan sejenis begitu merasa membutuhkan.

Jadi sebenarnya mereka tidak kecanduan untuk mengkonsumsinya, meski mereka patah tulang dan relatif membutuhkan obat-obatan sejenis. Hal ini cukup mengejutkan saat mengetahui orang yang mendapat resep untuk mengkonsumsi opioid justru berhenti meminum obat tersebut ketika nyeri mereka berkurang. Terungkap kan guys!

Dr. Peter Chai dari Brigham and Women’s Hospital’s Division of Medical Toxicology berharap suatu hari nanti reader yang dipergunakan dalam riset ini nantinya akan terintegrasi dalam bentuk peralatan elektronik yang bisa dikenakan begitu saja alias wearable.

This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!

Punya Keluhan Insomnia? Ini Dia Makanan yang Bisa Bantu Tidurmu Nyenyak

Sebaiknya Hindari 5 Makanan Ini Biar Maag Tak Semakin Parah!