in ,

Hampir 1.700 Penumpang Kapal Pesiar Singapura Dikurung di Kabin Setelah Kasus COVID-19 Terdeteksi

“Saya benar-benar tidak tahu bagaimana pasien itu bisa mendapatkannya,” kata penumpang lain Muhammad Rezal Ramli, 40, yang naik kapal pesiar bersama dua anaknya yang masih kecil.

CakapCakapCakap People! Hampir 1.700 penumpang yang ikut dalam pelayaran ‘cruise-to-nowhere’ di kapal pesiar Quantum of the Seas Royal Caribbean dari Singapura diminta untuk tetap tinggal di kabin mereka pada hari Rabu, 9 Desember 2020, setelah kasus COVID-19 terdeteksi di atas kapal tersebut, dan memaksa kapal kembali ke pelabuhan. Demikian diungkapkan pihak berwenang.

Seluruh penumpang telah melakukan kewajiban tes PCR (polymerase chain reaction) COVID-19 hingga tiga hari sebelum pelayaran dimulai pada hari Senin, diungkapkan Singapore Tourism Board (STB).

Reuters melaporkan, penumpang yang terinfeksi, seorang pria berusia 83 tahun, telah melapor ke pusat medis kapal karena mengalami diare. Penumpang lainnya diberitahu tentang adanya infeksi tersebut pada Rabu pagi.

Kapal pesiar Quantum of the Seas Royal Caribbean berlabuh di Marina Bay Cruise Centre setelah seorang penumpang dinyatakan positif mengidap penyakit virus corona (COVID-19) dalam ‘cruise-to-nowhere’, di Singapura, Rabu, 9 Desember 2020. [Foto: REUTERS / Edgar Su]

Sekitar pukul 14.20, seseorang yang mengenakan pakaian pelindung berwarna putih dikawal dari kapal ke ambulans yang menunggu, yang kemudian meninggalkan pusat pelayaran di pusat kota tempat kapal berlabuh.

Tak lama kemudian, kapten kapal memberi tahu penumpang bahwa pasien yang terinfeksi telah turun dan kapal sedang dalam pembersihan, dan menyampaikan bahwa penumpang lain harus tetap berada di kabin mereka sampai pemberitahuan lebih lanjut.

“Kami mengerti bahwa ini bukanlah bagaimana Anda merencakanan untuk menghabiskan pelayaran Anda dan sekali lagi hadirin sekalian, saya sungguh meminta maaf,” kata kapten kapal dalam rekaman yang didengar oleh Reuters.

Royal Caribbean dan STB mengatakan semua penumpang dan awak kapal yang melakukan kontak dekat dengan penumpang yang terinfeksi kemudian dinyatakan negatif atas virus tersebut.

Penumpang dan awak kapal akan tetap di dalam kabin mereka sampai pelacakan kontak selesai, kata Annie Chang, direktur segmen kapal pesiar di STB. Mereka semua akan menjalani pengujian wajib COVID-19 sebelum meninggalkan terminal.

Melvin Chew, seorang penumpang kapal itu mengatakan kepada Reuters bahwa dia dibangunkan oleh pengumuman di tannoy kapal sebelum jam 3 pagi waktu Singapura pada Rabu, 9 Desember, yang mengatakan seorang penumpang dinyatakan positif dan semua penumpang harus tetap berada di kamar mereka.

“Saya seperti: ‘begitulah, ketakutan hal terburuk telah terjadi’,” kata Chew, seorang manajer pengembangan bisnis berusia 31 tahun, yang telah mengikuti pelayaran itu bersama seorang teman.

Kapal pesiar Quantum of the Seas Royal Caribbean kembali ke Singapura pada pukul 8 pagi waktu setempat, dan pada pukul 14.00 penumpang masih diminta untuk mengisolasi diri di kabin mereka.

‘Cruise-to-nowhere’ oleh Quantum of the Seas Royal Caribbean adalah salah satu pelayaran pertamanya sejak perusahaan menghentikan operasi global pada Maret karena virus corona. Ada 1.680 penumpang dan 1.148 anggota awak di dalam kapal tersebut,” kata juru bicara Royal Caribbean.

Industri pelayaran global telah terpukul besar dari pandemi, dengan beberapa wabah besar paling awal ditemukan di kapal pesiar. Dalam satu kasus pada bulan Februari di lepas pantai Jepang, penumpang terjebak selama berminggu-minggu di atas Diamond Princess dengan lebih dari 700 tamu dan awak terinfeksi.

‘Cruise-to-nowhere’ kapal pesiar Quantum of the Seas Royal Caribbean dibuka hanya untuk warga Singapura.

Kapal pesiar tersebut adalah bagian dari rencana Singapura untuk menghidupkan kembali industri pariwisatanya yang telah terpukul akibat virus corona baru, yang telah menginfeksi lebih dari 67,7 juta orang di seluruh dunia dan menewaskan 1.548.575 orang.

Singapura, yang memiliki lebih dari 58.000 kasus dan 29 kematian, telah melaporkan kurang dari segelintir infeksi lokal dalam beberapa pekan terakhir.

Kasus yang terjadi adalah kemunduran lain bagi Singapura setelah rencana untuk membuka air bubble travel bebas karantina dengan Hong Kong bulan lalu juga akhirnya ditunda.

Sebelum pelayaran, tindakan pencegahan COVID-19 bagi penumpang kapal pesiar di Singapura itu meliputi tes pre-departure dalam waktu 48 hingga 72 jam sebelum boarding dan bagi para tamu untuk membawa perangkat pelacakan kontak elektronik, memakai masker, dan jarak sosial setiap saat.

“Saya benar-benar tidak tahu bagaimana pasien itu bisa mendapatkannya,” kata penumpang lain Muhammad Rezal Ramli, 40, yang naik kapal pesiar bersama dua anaknya yang masih kecil.

Ilustrasi virus corona. [Foto: Reuters]

Pakar penyakit menular Dale Fisher mengatakan mungkin ada banyak alasan mengapa pasien itu terinfeksi meski telah menjalani tes sebelum keberangkatan karena tes PCR yang dilakukannya tidak sepenuhnya terbukti.

Dia mengatakan tes awal mungkin tidak mendeteksi fragmen virus dari infeksi lama, atau pasien mungkin telah diinkubasi pada saat itu tetapi tidak mengeluarkan virus, atau terinfeksi pada hari-hari antara tes awal dan pada saat masuk ke kabin.

Fisher mengatakan penting untuk mempelajari apakah ada penularan di kapal karena itu akan menentukan apakah pencegahan virus lain “lulus tes” dan dapat membantu menghindari peristiwa “super spreader” di kapal yang terlihat pada awal pandemi.

Kasus kontak dekat yang terinfeksi akan ditempatkan di karantina atau pengawasan kesehatan, menurut pesan dari Kementerian Kesehatan yang dikirim ke penumpang.

Sementara yang lainnya perlu memantau kesehatan mereka, sambil melanjutkan aktivitas rutin termasuk pergi ke sekolah atau bekerja, dan menjalani tes usap di akhir periode pemantauan 14 hari.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Loading…

0

Comments

0 comments

Mulai dari Rp 2 Jutaan, Ini 4 Rekomendasi HP Murah dengan RAM Besar!

Pilkada 2020 Serentak: 78 Juta Pemilih Gunakan Hak Suara Langsung di Tengah Pandemi COVID-19