in ,

Gajah 70 Tahun dan Kurus Kering Ini Diduga ‘Dipaksa Bekerja Setiap Malam’ dengan Kaki Dirantai

Tikiri adalah salah satu dari 60 gajah yang harus bekerja di Festival Parahera di Sri Langka tahun ini.

CakapCakapCakap People! Seorang aktivis di Thailand menyerukan perubahan bagi gajah berusia 70 tahun yang sakit dan kurus kering yang diduga dipaksa bekerja hingga malam berturut-turut di sebuah festival di Kandy, Sri Lanka meskipun kondisinya mengkhawatirkan.

View this post on Instagram

This is Tikiiri, a 70 year old ailing female. She is one of the 60 elephants who must work in the service of the Perahera Festival in Sri Lanka this year. Tikiri joins in the parade early every evening until late at night every night for ten consecutive nights, amidst the noise, the fireworks, and smoke. She walks many kilometers every night so that people will feel blessed during the ceremony. No one sees her bony body or her weakened condition, because of her costume. No one sees the tears in her eyes, injured by the bright lights that decorate her mask, no one sees her difficulty to step as her legs are short shackled while she walks. For a ceremony, all have the right to belief as long as that belief does not disturb or harm another. How can we call this a blessing, or something holy, if we make other lives to suffer? Today is World Elephant Day. We cannot bring a peaceful world to the elephant if we still think that this image is acceptable. To love, to do no harm, to follow a path of kindness and compassion, this is the Way of Buddha. It is time to follow. ทิกกิรี ช้างแก่คราวทวด เป็นหนึ่งในช้างหกสิบเชือกที่เข้าร่วมเดินพิธีแห่ในงานเทศกาลเพราเฮลา ในปีนี้ นี่คือสภาพช้างที่เหมือนซากศพเดินได้ ที่มนุษย์บังคับให้เธอเดินในพิธีแห่งบุญ เธอต้องเดินตั้งแต่หัวค่ำจนถึงใกล้รุ่งทุกวัน ท่ามกลางเสียงมโหรี ที่บรรเลงตลอดทางและสองข้างทางหนาแน่นไปด้วยผู้คนที่ส่งเสียงอื้ออึง เธอเดินย่ำไปบนท้องถนนที่ร้อนท่ามกลางควันไปที่หนาทึบจากการจุดประทัดและเผามะพร้าว ทุกคนที่ยืนอยู่ตรงนั้นตกตะลึงในเครื่องแต่งกายของช้างและริ้วขบวนที่อลังการ แต่ทุกคนลืมมองไปที่ดวงตาของพวกเขา ไม่มีใครเห็นเท้าทั้งสี่ผูกโซ่อย่างแน่นหนาเดินไปบนท้องถนนที่เสียงโซ่กระทบดังไปตลอดทาง ไม่มีใครมองเห็นร่างกายที่ผอมเกร็ง อ่อนล้า ที่ซ่อนภายใต้ผืนอาภรณ์ที่ประดับ ทิกกิรี ศาสนาพุทธสอนให้เรามีความเมตตาและไม่เบียดเบียนผู้อื่น แต่การบังคับช้างที่อยู่ในสภาพอย่างนี้มาเดินขบวนมันขัดต่อหลักศาสนา ที่เราเชื่ออยู่ ความเมตตาที่แท้จริงคือการมองทุกชีวิตมีความหมายและมีค่าเท่ากัน #saveelephantfoundation #loveandbananas #elephant

A post shared by Lek Chailert (@lek_chailert) on

“Ini Tikiri, gajah betina berusia 70 tahun yang sakit. Dia adalah salah satu dari 60 gajah yang harus bekerja di Festival Parahera di Sri Langka tahun ini. Tikiri ikut dalam parade setiap sore sampai larut malam, setiap malam selama 10 hari berturut-turut, di tengah kebisingan suara kembang api dan asap,” kata Lek Chailert, pendiri yayasan penyelamatan gajah, Save Elephant Foundation.

“Tikiri jalan berkilo-kilo meter setiap malam sehingga orang dapat menikmati festival itu. Tidak ada yang bisa melihat badan kurus dengan tulang yang terlihat atau kondisi yang lemah karena tubuhnya ditutup jubah,” tulisnya melalui akun Facebook.

Inilah Gajah Betina Tikiri saat tampil dalam festival dengan tubuh ditutupi jubah. (Foto: Instagram @lek_chailert)

“Tak ada yang melihat matanya yang berair karena cahaya lampu dan karena aksesori yang menutup matanya, tak ada yang melihat ia sulit jalan karena kaki gajah ini juga dirantai saat berjalan,” tambah Chailert mengacu pada festival Buddha tahunan di Sri Lanka itu.

“Mengapa upacara ini bisa menjadi sesuatu yang berkah atau sesuatu yang suci, bila kita membuat makhluk lain menderita?” kata Chailert lagi dalam pernyataan yang ditanggapi dengan kemarahan netizen.

Dari lebih 1500 tanggapan melalui akun Facebook yang mengangkat berita ini, banyak yang mengungkapkan “kemarahan” dan “kesedihan” luar biasa melihat nasib Tikiri. Sejumlah pengguna merintis petisi untuk membantu Tikiri.

View this post on Instagram

Half minute with Manika, one of the Elephant that joined to Esala Perahera . Can you tell me what you see ? ไม่ต้องใช้เวลามากเราก็สามารถมองเห็น นี่แค่ครึ่งนาทีที่มานั่งมอง ช้างมานิกา ช้างเพศเมียที่ถูกบังคับมาร่วมพิธีแห่ในงานเพราเฮรา ความเครียด ยืนส่ายหัวโงนเงนไปมา ขาที่ถูกล่ามยืนตากแดดตากฝนอย่างนั้น ทั้งวันไม่มีแม้กระทั่งที่จะนอนพักสักงีบ ตอนเย็นต้องเดินร่วมพิธีทำอย่างนี้สิบวันสิบคืน นี่คือสิ่งมีชีวิต พวกเขาไม่ใช่เครื่องจักร พิธีกรรมบุญนี้ได้บุญจริงหรือ ดิฉันนับถือศาสนาพุทธ ไม้่ได้มีเจตนาลบหลู่ศาสนาแต่อย่างใด แต่สิ่งที่คนนำเอาคำสอนมาบิดเบือน มันเป็นการทำลายศาสนามากกว่า หัวใจและคำสอนของหลักของศาสนาพุทธ คือ ความเมตตา การไม่เบียดเบียนต่อผู้อื่นและสิ่งมีชีวิตอื่น อยากให้ประเทศต่างๆในเอเซียรวมทั้งประเทศไทย ทบทวนการใช้สัตว์มาร่วมพิธีกรรม หรืองานต่างๆ เราอยู่ในศตวรรษที่ 21 โลกมันเปลี่ยนแปลงแล้วเราต้องตามให้ทัน หยุดทรมานช้างเถอะค่ะ #saveelephantfoundation #bekindtoanimals #bekindtoelephants #loveandbananas #elephant #stopanimalcruelty #stopelephantcruelty

A post shared by Lek Chailert (@lek_chailert) on

“Melihat mahkluk cantik ini diperlakukan dan digunakan dengan cara menjijikkan ini menunjukkan bahwa manusia merasa sangat superior. Ini harus dihentikan dan saya akan menulis surat kepada pemerintah Sri Lanka,” kata salah seorang pengguna.

“Saya sedih melihat apa yang dilakukan manusia terhadap mahkluk besar yang cantik ini,” tambah yang lain.

“Ini sudah keterlaluan. Saya menangis. Gajah ini harus dibantu dan keluar dari kesengsaraan dan menikmati sisa hidupnya. Saya sangat sedih,” tulis pengguna lain.

Pendiri Save Elephant Foundation, Chailert meminta para pengguna untuk menulis surat kepada pemerintah Sri Lanka untuk membantu Tikiri yang berada di kuil Buddha di kota Kandy.

“Kita tidak bisa menciptakan dunia damai untuk gajah bila kita menganggap gambar seperti ini (foto Tikiri) dapat diterima,” kata Chailert dalam unggahan pada hari Gajah Sedunia Senin, 12 Agustus 2019.

“Mencintai, tidak menyengsarakan yang lain dan mengikuti jalan kebaikan dan kasih sayang, inilah cara Buddha yang sebenarnya,” tutup Chailert.

Gajah bernama Tikiri berusia 70 tahun dengan bdan yang kurus kering dan mengkhawatirkan. (Foto: Instagram @lek_chailert.

Belum ada tanggapan dari Sacred Tooth Relic, kuil Buddha yang menyelenggarakan festival itu. Namun seorang juru bicara kuil yang dihubungi harian Metro, London mengatakan, “Mereka selalu memperhatikan binatang dan mengklaim bahwa Tikiri telah diperiksa oleh dokter hewan.”

Data dari World Animal Protection menunjukkan sekitar 3.000 gajah digunakan untuk hiburan di seluruh Asia, dan 77% di antaranya diperlakukan secara tidak layak.

Save Elephant Foundation -yang berkantor di Thailand- mengatakan misi mereka adalah “menyelamatkan gajah Asia dari kepunahan dan merawat gajah yang ada dengan menjaga habitat dan meningkatkan kesadaran publik terkait perlakuan terhadap binatang ini.”

Yayasan ini mengorganisir tempat perlindungan gajah di Chiang Mai, Thailand utara. Turis yang mengunjungi Thailand banyak yang melihat atraksi gajah.

BBC INDONESIA | NEXTSHARK

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Loading…

0

Comments

0 comments

Begini Cara Membuat Resep Pizza Anti Gagal dengan Teflon

Berikut Deretan Mobil Sport Terbaik Saat Ini, Harganya Fantastis!