in ,

China Kesulitan Hadapi Wabah COVID-19

Para ahli memperkirakan antara satu juta hingga dua juta kematian tahun depan.

CakapCakapCakap People! China dilaporkan kesulitan menghadapi wabah COVID-19. Hampir tiga tahun setelah pertama kali diidentifikasi di China, virus corona kini tetap bertahan di daratan tersebut. Para ahli memperkirakan bulan-bulan sulit ke depan bagi 1,4 miliar warganya.

Pendekatan zero-COVID China yang bertujuan mengisolasi semua orang yang terinfeksi ternyata membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk bersiap menghadapi penyakit itu.

Pembukaan kembali wilayah secara tiba-tiba pada 7 Desember 2022 telah membuat negara tersebut kurang siap dalam jumlah warga yang divaksinasi dan kekurangan kapasitas rumah sakit.

China Kesulitan Hadapi Wabah COVID-19
Situs pengujian COVID-19 di luar sebuah hotel di Wuzhou, di wilayah otonomi Guangxi China, pada 24 Maret 2022 [Foto: REUTERS]

Para ahli memperkirakan antara satu juta hingga dua juta kematian tahun depan. Namun prediksi angka kematian terbukti rumit selama pandemi, karena dipengaruhi oleh berbagai faktor. China tidak membagikan informasi secara jelas terkait jumlah korban.

Bahkan hingga saat ini tidak jelas seberapa besar wabah tersebut menyebar di Daratan, karena China telah mengurangi pengujian dan berhenti melaporkan sebagian besar kasus ringan.

Namun di kota-kota besar dan kecil di sekitar Baoding dan Langfan Provinsi Hebei, wartawan Associated Press (AP) melihat unit perawatan intensif rumah sakit kewalahan oleh pasien dan permintaan ambulans ditolak. Di seluruh negeri, laporan luas tentang ketidakhadiran kerja, kekurangan obat penurun demam, dan staf yang bekerja lembur di krematorium menunjukkan bahwa virus telah menyebar luas.

China memiliki tingkat vaksinasi yang lebih tinggi daripada Hong Kong pada saat wabah Omicron, tetapi banyak orang rentan terhadap infeksi, terutama orang tua. Negara ini secara eksklusif menggunakan vaksin buatan dalam negeri, yang mengandalkan teknologi lebih tua daripada vaksin mRNA yang digunakan di tempat lain.

Barikade mengelilingi area yang dikunci setelah wabah COVID-19 di Shanghai, China, pada 24 Maret 2022. [Foto: REUTERS REUTERS/Xihao Jiang]

Sebuah studi yang dilakukan di Hong Kong yang telah memberikan vaksin mRNA dan CoronaVac Sinovac asal China menyarankan, bahwa CoronaVac memerlukan suntikan ketiga untuk memberikan perlindungan sebanding, terutama bagi orang tua. Sementara vaksin mRNA cukup dua suntikan, dengan penguat opsional.

Kebanyakan orang yang divaksinasi di China telah menerima CoronaVac atau vaksin serupa yang diproduksi oleh SinoPharm. Tiongkok dilaporkan telah memberikan setidaknya lima vaksin lain.

Sementara China menghitung 90 persen dari populasinya divaksinasi, hanya sekitar 60 persen yang telah menerima vaksin ulangan. Orang yang lebih tua kemungkinan besar belum mendapatkan vaksin booster.

Menurut kantor berita resmi pemerintah China Xinhua, lebih dari sembilan juta orang yang berusia di atas 80 tahun belum mendapatkan vaksin ketiga.

Tingkat vaksinasi telah meningkat lebih dari 10 kali lipat, hingga lebih dari satu juta dosis yang diberikan setiap hari sejak awal bulan. Namun ilmuwan yang mempelajari virus di Christian Medical College India di Vellore Dr. Gagandeep Kang mengatakan, memprioritaskan orang tua akan menjadi kuncinya.

Klik DI SINI untuk meneruskan membaca, Cakap People!

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Loading…

0

Comments

0 comments

Resep Klapertart Kukus yang Lembut untuk Camilan di Hari Natal

Resep Klapertart Kukus yang Lembut untuk Camilan di Hari Natal

Ini Alasan Taliban Larang Perempuan Mengakses Perguruan Tinggi

Ini Alasan Taliban Larang Perempuan Mengakses Perguruan Tinggi