in ,

Survei: 85% Masyarakat Indonesia Berminat Mendapatkan Vaksin Booster Gratis

Dari total responden Indonesia, 70% di antaranya menyatakan sudah menerima suntikan vaksin dosis 1 dan 2

CakapCakap – Ipsos, perusahaan peneliti pasar atau market research global, mengumumkan hasil survei terbaru, South East Asia (SEA) Ahead gelombang kelima. Pada hasil survei tersebut diketahui bahwa 63% masyarakat Indonesia menyatakan pentingnya mendapatkan vaksinasi booster.

Dari total responden Indonesia, 70% di antaranya menyatakan sudah menerima suntikan vaksin dosis 1 dan 2, 20% baru mendapatkan suntikan dosis pertama, dan sisanya 10% belum divaksin. Sementara itu, 15% di antara yang sudah mendapatkan vaksin 1 dan 2, mengaku sudah divaksin dosis ketiga atau booster, dan 85% sisanya mengaku belum.

SEA Ahead merupakan rangkaian survei yang diprakarsai oleh Ipsos untuk memahami perkembangan opini dan perilaku konsumsi masyarakat di Asia Tenggara selama pandemi. Ini merupakan survei gelombang kelima yang juga diadakan secara online dengan melibatkan total 3.000 responden untuk Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Filipina, seperti survei gelombang sebelumnya.

Foto: Reuters

Wacana pemerintah mengenai vaksinasi booster disambut baik oleh mayoritas masyarakat Indonesia. Berdasarkan hasil survei Ipsos, dari jumlah responden yang sudah divaksin dosis pertama dan kedua, 85% di antaranya berminat untuk mendapatkan suntikan vaksin booster bila disediakan oleh pemerintah tanpa berbayar.

Sedangkan bila vaksin booster ini hanya tersedia melalui skema berbayar pribadi, 32% responden mengaku tetap berminat untuk divaksin. Selain itu, 62% setuju menjadikan vaksinasi sebagai syarat untuk melakukan aktivitas publik.

Survei Ipsos ini juga diketahui bahwa lebih banyak orang Indonesia yang mengungkapkan ketidaknyamanan dalam berinteraksi dengan orang yang tidak atau belum divaksinasi dibandingkan negara lain. 46% benar-benar menghindarinya, bahkan tidak sama sekali berinteraksi. 68% masyarakat merasa tidak nyaman namun masih bisa berinteraksi, dan 22% merasa biasa-biasa saja.

Di sisi lain, pandemi memberikan dampak nyata terhadap pandangan dan gaya hidup masyarakat. Di Asia Tenggara, 89% masyarakat merasakan dampak pendemi secara signifikan. Di Indonesia sendiri, 64% masyarakat merasakan cukup mengalami perubahan, 36% merasakan perubahan signifikan, 8% merasa perubahan tidak signifikan, dan 3% merasa tidak ada perubahan.

Sebagian besar masyarakat di Asia Tenggara mulai lebih percaya diri dan nyaman untuk melakukan berbagai aktivitas di luar dibandingkan pada periode survei gelombang ke-4. Indonesia adalah negara dengan persentase tertinggi di antara negara Asia Tenggara lain untuk melakukan aktivitas.

Misalnya untuk makan di restoran 62%, berkunjung ke rumah teman atau kerabat 73%, menghadiri acara/pertemuan 54%, menggunakan transportasi umum 55%, pergi ke pusat olahraga/gym 57%, dan berpergian domestik (59%) bahkan ke luar negeri (36%) pada 3 bulan ke depan.

Melihat pada aktivitas belanja masyarakat, secara garis besar mayarakat Asia Tenggara dalam 6 bulan terakhir lebih banyak melakukan aktivitas digital atau online seperti menggunakan pembayaran non-tunai (50%), belanja online (51%), dan menggunakan media sosial 48%.

Perihal saluran belanja masyarakat Indonesia selama pandemi, 84% mengaku berbelanja melalui e-commerce, 51% masih berbelanja di toko seperti supermarket, toko kelontong, pasar tradisional, 35% belanja menggunakan aplikasi transportasi, 28% belanja di toko online pada media sosial seperti Instagram.

Ilustrasi vaksin COVID-19. [Foto: Reuters]

Managing Director Ipsos in Indonesia Soeprapto Tan mengungkapkan bahwa pandemi mendorong penjual maupun pembeli menggunakan teknologi digital. Meski begitu, dari hasil survei terbaru Ipsos ini terlihat bahwa belanja secara offline, di toko, pasar, dan supermarket masih digemari (51%).

“Selain itu, para pedagang ritel seperti di pasar mengadopsi kebiasaan baru dalam berjualan, yaitu dengan layanan pesan-antar, dimana mereka menerima pesanan melalui pesan pribadi lalu mengirimkannya ke rumah pembeli. Dan terlihat dari hasil survei, 17% masyarakat memilih alternatif saluran belanja ini.” tutur Soeprapto dalam rilis yang dikutip Kontan.co.id, Sabtu, 15 Januari 2022.

Adapun belanja livestreaming memberikan konsumen pengalaman interaktif berbeda dengan brand. Layanan belanja livestreaming memberikan nilai tambah pada hubungan antara brand dan konsumen.

“Di Indonesia sendiri, 78% konsumen pernah mendengar dan mengetahui alternatif belanja melalui livestreaming, 71% dari mereka sudah pernah mengaksesnya, dan 56% di antaranya mengaku pernah berbelanja saat livestreaming tersebut,” terang Soeprapto.

Kepercayaan diri masyarakat di Asia Tenggara untuk melakukan pembeliaan kategori major purchase atau belanja dengan nilai besar, seperti rumah dan mobil, rata-rata mengalami peningkatan dibandingkan pada hasil survei gelombang lalu.

Kenaikan paling signifikan terjadi di Indonesia, yang mana meningkat 16%. Pada gelombang keempat berada pada 6%, sedangkan gelombang kelima ini menjadi 22%.

LIHAT ARTIKEL ASLI

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Loading…

0

Comments

0 comments

3 Film Kematian Paling Menyedihkan Sepanjang Masa

3 Alasan Banyak Pasangan Putus Setelah 3 Tahun Menjalin Hubungan