Pria 61 Tahun di Hong Kong Didiagnosis Menderita Virus Hepatitis E Tikus Langka

CakapCakap – Cakap People! Seorang pria berusia 61 tahun di Hong Kong telah didiagnosis menderita virus hepatitis E tikus langka setelah dirawat di Rumah Sakit Queen Mary Pok Fu La untuk penyakit yang mendasarinya.

Menurut laporan, pejabat kesehatan sekarang sedang menyelidiki kasus tersebut karena tampaknya sumber infeksi masih belum diketahui sampai saat ini. Virus ini biasanya ditemukan pada tikus dan musang, meskipun para ahli masih tidak yakin tentang bagaimana penyakit ini dapat ditularkan ke manusia.

Selama penyelidikan dilakukan, Pusat Perlindungan Kesehatan menemukan bahwa tidak ada hewan pengerat atau kotoran di rumah pria itu. Dia juga tidak memiliki riwayat perjalanan dan kontaknya sejauh ini tanpa gejala.

“Berdasarkan informasi epidemiologis yang tersedia, sumber dan rute infeksi tidak dapat ditentukan,” kata seorang perwakilan.

South China Morning Post melaporkan pada hari Jumat, 1 Mei 2020, bahwa pria yang tidak disebutkan namanya ini menderita fungsi hati yang tidak normal. Meskipun kondisinya akhirnya membaik, dokter menemukan dia menderita virus hepatitis E tikus setelah sampel darahnya diuji.

Seseorang yang menderita penyakit ini sering mengalami sakit perut, nyeri sendi, atau ruam kulit. Untuk kasus akut, biasanya melaporkan gejala seperti demam, mual, kehilangan nafsu makan, dan muntah. Penyakit ini juga dapat menyebabkan gagal hati akut atau bahkan kematian dalam beberapa kasus.

Kasus khusus virus ini adalah yang kedua untuk tahun ini, dengan yang pertama dilaporkan Januari lalu. Sebagai perbandingan, ada total 6 infeksi yang tercatat pada tahun 2019.

Pada September 2018, seorang pria berusia 56 tahun di Hong Kong dikukuhkan sebagai orang pertama di dunia yang tertular virus hepatitis E tikus.

Siddharth Sridhar, asisten klinis di University of Hong Kong, mengatakan:

“Untuk jenis infeksi langka ini, infeksi yang tidak biasa, bahkan satu kasus saja sudah cukup untuk membuat otoritas kesehatan masyarakat dan peneliti sangat waspada tentang implikasi penyakit ini.”