in ,

Menteri Kesehatan: Brasil Akan Batalkan Kontrak 10 Juta Dosis Vaksin COVID-19 Rusia

Perjanjian untuk mengimpor 10 juta dosis ditandatangani dengan perusahaan farmasi Brasil Uniao Quimica, yang berencana untuk memproduksi vaksin secara lokal.

CakapCakapCakap People! Brasil berencana untuk membatalkan kontrak yang telah ditandatangani pada bulan Maret 2021 untuk 10 juta dosis vaksin virus corona Sputnik V Rusia. Demikian Menteri Kesehatan Marcelo Queiroga mengatakan pada hari Kamis, 29 Juli 2021, ketika negara Amerika Selatan itu berjuang dengan salah satu wabah terburuk di dunia.

Reuters melaporkan, Queiroga mengatakan langkah itu karena tenggat waktu yang sudah lewat dalam proses pendaftaran dengan regulator kesehatan Brasil Anvisa.

Dia menambahkan bahwa program imunisasi nasional Brasil saat ini tidak memerlukan vaksin Rusia, meskipun itu bisa berubah jika Anvisa melisensikan Sputnik V.

File Foto – Gambar menunjukkan 300 ribu dosis vaksin Sputnik V tiba dari Rusia menuju Buenos Aires, Argentina, pada 24 Desember 2020. [Foto: Anadolu Agency]

Perjanjian untuk mengimpor 10 juta dosis ditandatangani dengan perusahaan farmasi Brasil Uniao Quimica, yang berencana untuk memproduksi vaksin secara lokal.

Tetapi kontrak tersebut memerlukan persetujuan penggunaan darurat oleh Anvisa, di mana proses itu terhenti karena Uniao Quimica belum memberikan data yang diperlukan tentang vaksin tersebut, kata regulator.

Sebanyak 16 pemerintah negara bagian Brasil meminta izin untuk mengimpor vaksin Rusia yang disetujui berdasarkan serangkaian persyaratan yang mencakup pengujian di Brasil. Anvisa mengatakan hanya empat negara bagian yang menyetujui persyaratan tersebut.

Russian Direct Investment Fund, yang memasarkan vaksin yang dikembangkan oleh Institut Gamaleya Moskow, dan Uniao Quimica tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Ilustrasi virus corona. [Foto: Reuters]

Queiroga berbicara pada konferensi pers di mana ia juga mengumumkan pembatalan definitif kontrak 1,6 miliar real (US$316 juta) untuk 20 juta dosis Covaxin, vaksin COVID-19 yang dibuat oleh Bharat Biotech India.

Dia mengatakan kontrak itu batal demi hukum karena Anvisa belum menyetujui vaksin dan Bharat memutuskan hubungan dengan Precisa Medicamentos, perwakilan dan perantaranya di Brasil.

Brasil telah melaporkan sekitar 20 juta infeksi COVID-19 dan lebih dari 550.000 kematian terkait sejak pandemi dimulai, meskipun kematian harian telah menurun lebih dari setengahnya sejak mencapai puncaknya pada April. Negara ini memiliki angka kematian COVID-19 tertinggi kedua di dunia setelah Amerika Serikat.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Loading…

0

Comments

0 comments

Ekonomi Korea Utara Alami Kontraksi Terbesar Dalam 23 Tahun di Tengah COVID-19 dan Sanksi PBB

Thailand Larang Penyebaran ‘Pesan Palsu’ di Tengah Kritik Penanganan COVID-19