in ,

Masyarakat Enrekang dan Ritual Mappanongo yang Masih Bertahan

Hampir seluruh daerah di Indonesia memiliki tradisi dan kebudayaan yang berasal dari masa lampau. Beberapa bersifat penghormatan kepada leluhur, ada juga ritual pengucapan syukur. Di Enrekang, warganya masih mempertahankan beberapa ritual adat, walaupun perkembangan dunia dan modernisasi juga sudah masuk ke daerah tersebut. Salah satu upacara adat yang masih bertahan adalah Mappanongo, atau jika dibahasakan berarti “menurunkan sesajian”.

Ritual Mappanongo di Enrekang
makassar.sindonews.com

Mappanongo biasanya dimulai saat fajar menyingsing, pagi hari. Ketika matahari baru muncul di balik Gunung Lewaja, masyarakat Bisang Kelurahan Lewaja mulai berbondong-bondong menuju kawasan Air Terjun Lewaja yang jaraknya hanya sekitar 400 meter dari pemukiman tersebut. Barang yang mereka bawa hanyalah aneka makanan dan buah-buahan; yang konon menjadi prasyarat untuk melakukan ritual atau upacara adat tersebut. Mappanongo yang juga menurunkan sesajian ke sungai ini akan dipimpin oleh pimpinan adat. Tetua Adat Muhiddin biasanya akan langsung menerima semua bawaan warga yang mengikuti upacara adat tersebut, ketika warga sudah tiiba di lokasi.

Upacara adat ini adalah salah satu cara warga Enrekang untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, tentunya atas limpahan rejeki dan hasil bumi di tanah Enrekang. Tatacara yang dilakukan pertama kali adala menata aneka makanan yang berupa ketan dan ayam dalam wadah bambu yang khas. Kesemuanya digantungkan diatas sungai dengan rapih. Sementara buah diturunkan ke sungai. Pimpinan Adat akan mendoakan dan menyelesaikan ritual sesuai dengan kepercayaan mereka.

Ritual Warga Enrekang di Pinggir Sungai
via fajaronline.co.id

Setelah prosesi tersebut selesai, semua makanan dan buah-buahan akan menjadi rebutan oleh warga yang datang dan yang membawa sesajian tadi. Ini adalah simbol dari berkat yang terus melimpah dalam kehidupan mereka dan keluarga, serta juga memohon perlindungan dari Tuhan YME. Warga akan menyantap semua makanan bersama-sama di pinggir sungai hingga habis, sebagai wujud kebersamaan antar warga. Setelah selesai, semua yang hadir harus mencelupkan kepalanya ke sungai dengan bantuan tetua adat. Ini adalah simbol untuk mencuci energi negatif dan menjadi orang yang lebih baik kedepannya.

Terakhir, warga akan membawa air yang berasal dari air terjun dengan botol atau wadah masing-masing ke rumah. Air ini menjadi sarana obat kesembuhan yang dipercaya akan menjaga kesehatan para warga Enrekang.

This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!

Perubahan Terkecil Dalam Perspektif Bisa Merubah Kehidupan

Bisang Enrekang Akan Menjadi Kawasan Agrowisata Tertib Lalin