in ,

Dirjen WHO: 70 Persen Kematian COVID-19 Berasal dari Hanya 10 Negara

“Kami mulai melihat peningkatan kecil dalam kematian pada orang tua dan itu pasti akan menjadi lebih,” kata Dr Mike Ryan.

CakapCakapCakap People! Ketika kematian COVID-19 di seluruh dunia mendekati satu juta, para ahli di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengonfirmasi pada hari Jumat, 25 September 2020, bahwa ada kemungkinan satu juta kematian lagi akan terjadi sebelum vaksin ditemukan, menekankan bahwa vaksin adalah salah satu alat di antara yang lain yang harus digunakan negara.

Melihat satu juta kematian lainnya di dunia tidak hanya “bisa dibayangkan” tetapi juga “mungkin,” kata Dr Mike Ryan, direktur program kedaruratan kesehatan WHO jika negara-negara tidak menggunakan semua alat yang mereka miliki untuk menurunkan transmisi.

FOTO FILE: Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus menghadiri konferensi pers yang diselenggarakan oleh Asosiasi Koresponden Perserikatan Bangsa-Bangsa (ACANU) di tengah wabah COVID-19, yang disebabkan oleh virus corona baru, di kantor pusat WHO di Jenewa, Swiss. 3 Juli 2020. [Foto: Fabrice Coffrini / Pool via REUTERS / FILE PHOTO]

Melansir Euronews, Direktur Jenderal WHO Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus menambahkan bahwa sekitar 70% kematian akibat COVID-19 berasal hanya dari 10 negara. Ia menyatakan negara-negara tersebut perlu menurunkan kasus.

Sepuluh negara dengan kematian terbanyak akibat COVID-19 adalah Amerika Serikat, Brasil, India, Meksiko, Inggris, Italia, Peru, Prancis, Spanyol, dan Iran.

Di Eropa, Italia telah mempertahankan jumlah kasus COVID-19 baru yang lebih rendah dengan pembukaan kembali yang lebih lambat dan kebijakan yang lebih ketat, kata para ahli. Negara lain baru saja mengeluarkan larangan yang lebih ketat, karena penularan virus meningkat secara signifikan.

Eropa memiliki “banyak pekerjaan yang harus dilakukan sekarang” untuk menurunkan kasus COVID-19 yang meningkat, kata seorang ahli WHO, yang menyatakan bahwa kematian pada orang tua kemungkinan akan meningkat di wilayah tersebut segera.

“Kami mulai melihat peningkatan kecil dalam kematian pada orang tua dan itu pasti akan menjadi lebih,” kata Dr Mike Ryan.

“Kita bahkan belum memulai musim flu kami, jadi yang kami khawatirkan adalah kemungkinan tren ini menuju ke arah yang salah,” kata Dr Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis WHO untuk COVID-19.

Dia mengatakan sebagian dari peningkatan kasus ini karena “pengawasan” negara-negara menjadi lebih baik dalam mendeteksi kasus. Tetapi para ahli mengamati dengan cermat peningkatan rawat inap dan tingkat perawatan intensif.

Ilustrasi. [Foto: Pixabay]

Dr Ryan dan Dr Kerkhove bersikeras bahwa lockdown hanya boleh digunakan sebagai upaya terakhir.

“Apakah kita benar-benar kehabisan semua cara sehingga kembali ke lockdown sebagai solusi?” kata Dr Ryan seraya menyatakan negara-negara perlu menerapkan pengujian, pelacakan, dan social distancing untuk melawan COVID-19.

Prancis baru-baru ini mengurangi jumlah hari karantina dari 14 menjadi tujuh hari untuk mendorong orang mengikuti pedoman isolasi diri setelah para ahli mengatakan bahwa orang tidak melakukannya.

Penguncian hanya dimaksudkan untuk mengulur waktu negara, kata Dr Kerkhove.

Baru-baru ini ada rekor jumlah kasu harian COVID-19 yang tercatat di beberapa negara Eropa termasuk Spanyol, Prancis, Belanda, dan Inggris.

Spanyol dan Prancis telah mencatat lebih dari 10.000 kasus baru setiap hari secara teratur. Prancis mengeluarkan pedoman baru di beberapa kota yang terpukul parah oleh pandemi sementara Madrid bisa segera mendapatkan pembatasan yang jauh lebih ketat.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Loading…

0

Comments

0 comments

Kasus COVID-19 Melambat, Negara Bagian Victoria Australia Bakal Percepat Pelonggaran Pembatasan

BMKG Luruskan Kajian ITB Tentang Gempa dan Tsunami 20 Meter di Pulau Jawa