in ,

Singapura Tak Rekomendasikan Steroid Dexamethasone untuk Pasien COVID-19, Ini Sebabnya!

Percobaan Inggris, yang dilakukan kelompok penelitian RECOVERY, memberikan obat ini kepada lebih dari 2.000 pasien.

CakapCakapCakap People! Steroid tidak direkomendasikan secara rutin dalam perawatan pasien virus corona (COVID-19) di Singapura. Sebab, steroid diketahui menyebabkan efek berbahaya.

Hal itu diungkapkan oleh Dr Shawn Vasoo, direktur klinis di National Center for Infectious Diseases (NCID) menanggapi pertanyaan dari Channel News Asia setelah para peneliti dari University of Oxford menemukan bahwa steroid dexamethasone dianggap signifikan mengurangi risiko kematian pasien corona yang parah.

Temuan ini dipuji sebagai “terobosan besar” dalam memerangi penyakit, dengan obat murah yang biasanya digunakan untuk mengobati berbagai reaksi alergi, seperti rheumatoid arthritis dan asma.

Dexamethasone, obat murah, tersedia di pasaran sedang digunakan untuk mengobati pasien COVID-19 di Inggris dan beberapa bagian di AS. [Foto: AFP / Justin Tallis]

Peneliti Inggris menemukan, dosis harian steroid antiinflamasi dapat mencegah satu dari delapan kematian pasien berventilasi dan menyelamatkan satu dari 25 pasien yang membutuhkan oksigen saja.

“Penelitian sebelumnya dengan manfaat yang dilaporkan dalam COVID-19 adalah penelitian terkontrol non-acak dan dikacaukan oleh perawatan bersamaan,” kata Dr Vasoo, dikutip Channel News Asia, Senin, 22 Juni 2020.

“Secara historis, steroid juga diketahui menyebabkan efek buruk seperti superinfeksi bakteri atau jamur, pelajaran yang diambil dari wabah SARS 2003,” ia menambahkan.

Vasoo mengatakan, steroid juga akan menunda pembersihan virus dan karena itu direkomendasikan untuk dihindari. Kecuali ada alasan lain untuk penggunaannya seperti eksaserbasi asma, penyakit paru obstruktif kronik dan syok septik refraktori pada pasien COVID-19.

Menurutnya, beberapa pasien COVID-19 di Singapura telah menerima steroid karena indikasi lain seperti syok, tekanan darah rendah atau kondisi peradangan sekunder akibat penyakit ini.

“Sampai data awal baru-baru ini dibagikan oleh para peneliti Inggris, steroid belum terbukti memiliki “manfaat spesifik” dalam memerangi infeksi corona. Buktinya agak saling bertentangan,” kata Dr Vasoo.

Sementara ini, steroid mungkin “memiliki peran” pada pasien tertentu dengan kondisi lebih gawat seperti yang menggunakan ventilator. Namun,  dokter di Singapura masih menantikan data yang lebih rinci sehingga dapat meninjau rekomendasi penggunaan steroid untuk pasien corona.

“Dexamethasone adalah obat yang biasa digunakan, biaya rendah dan mudah diberikan. Akan ada diskusi lebih lanjut tentang bagaimana temuan ini akan mempengaruhi dan memodifikasi pendekatan pengobatan saat ini, ” kata Vasoo.

Percobaan di Inggris, yang dilakukan kelompok penelitian RECOVERY, memberikan obat ini kepada lebih dari 2.000 pasien.

“Dexamethasone adalah obat pertama yang ditunjukkan untuk meningkatkan kelangsungan hidup pada Covid-19. Ini adalah hasil yang sangat disambut baik,” kata Peter Horby, profesor Emerging Infectious Diseases di Departemen Kedokteran Nuffield, Universitas Oxford.

“Dexamethasone tidak mahal, tersedia di rak dan dapat segera digunakan untuk menyelamatkan nyawa di seluruh dunia,” imbuhnya.

Ilustrasi. [Foto: Pixabay]

Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock mengatakan pasien di negara itu akan mulai menerima obat ini. Namun, uji coba Inggris menunjukkan dexamethasone tidak efektif dalam merawat pasien corona yang lebih ringan.

Tak lama setelah hasil uji coba Inggris dirilis, kepala program kedaruratan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Mike Ryan memperingatkan bahwa dexamethasone harus dicadangkan hanya untuk kasus-kasus serius yang telah terbukti memberikan manfaat.

Dokter di beberapa bagian dunia, seperti Denmark dan AS, sudah mulai meresepkan steroid untuk pasien COVID-19.

Tetapi para ahli medis di negara-negara lain, termasuk Korea Selatan, Swiss dan Italia, telah mendesak kehati-hatian dan meminta hasil lebih banyak.

Di AS, beberapa rumah sakit dihadapkan dengan lonjakan kasus COVID-19 yang baru mulai mengobati pasien mereka yang paling sakit dengan dexamethasone.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Loading…

0

Comments

0 comments

Update COVID-19 di RI [22 Juni]: Total Kasus Postitif 46.845, 18.735 Sembuh, 2.500 Meninggal Dunia

WHO Laporkan Rekor Kenaikan Kasus COVID-19 Tertinggi Dalam Sehari