in ,

Mengapa Pria Berselingkuh? Ini 12 Alasannya Menurut Psikolog

Perselingkuhan sejatinya bisa dihindari, karena sejatinya masih ada pilihan untuk tak melakukannya

CakapCakap – Mendengar istilah ‘selingkuh’, siapapun pasti akan meradang. Benar demikian kan, Cakap People? Tiada hal terburuk lain dalam sebuah hubungan selain selingkuh. Pasalnya, selingkuh jadi satu permasalahan pelik dalam sebuah komitmen yang sangat tidak bisa ditolerir apapun alasannya.

Meski begitu, kita tentu tak dapat menutup mata begitu saja. Karena pada kenyataannya, selingkuh bukan sebuah kenyataan dan fakta yang memang benar adanya dalam sebuah hubungan. Sehingga sangat perlu adanya kajian mendalam untuk masalah satu ini.

Ilustrasi pria berselingkuh via detik.com

Hal yang sudah pasti akan menjadi pertanyaan besar dalam kasus perselingkuhan adalah mengapa bisa sampai selingkuh? Karena kenyataannya, ada sebagian dari pelaku selingkuh justru tidak segan menunjukkannya dan tidak mengakhirinya, meskipun jelas akan ada konsekuensi yang akan diterima, yakni perceraian, hubungan tak baik dengan keluarga, putus kontak dengan orang tua, atau muncul sanksi sosial.

Menurut sebuah riset, dalam sebuah laporan Psychology Today, relationship expert sekaligus terapis asal Amerika Serikat (AS), Robert Weiss Ph.D., MSW, dibahas secara khusus soal hal-hal yang bisa membuat seorang pria berselingkuh.

Weiss menyatakan para pria sebenarnya bisa memilih untuk tidak berselingkuh. Pasalnya, masih ada pilihan bagi mereka dengan berupaya menyelesaikan masalah bersama pasangan, termasuk melakukan terapi bersama atau memutuskan untuk berpisah jika memang hubungannya sudah tidak bisa dipertahankan lagi. Meski demikian, tetap ada saja pria yang berselingkuh dari pasangan.

Ilustrasi pria berselingkuh via okezone.com

Weiss mengungkapkan bahwa segala macam dinamika yang ada dapat berperan dalam keputusan pria untuk berselingkuh atau tidak. Meski begitu, umumnya pilihan pria untuk berselingkuh atau menipu pasangan dikarenakan adanya dorongan oleh satu atau lebih alasan berikut.

  1. Pemahaman yang rendah soal komitmen. Tak cukup dewasa dan tidak memiliki pemahaman yang baik komitmen menjadi salah satu yang bisa membuat pria berselingkuh. Hal itu bisa jadi dikarenakan pria itu tidak banyak memiliki hubungan yang mementingkan komitmen dalam hidup.   Pria ini mungkin juga tidak benar-benar memahami bahwa tindakannya pasti akan memiliki konsekuensi, seperti menyakiti pasangan. Sang pria masih berpikir komitmennya terhadap monogami sebagai jaket yang bisa dipakai atau dilepas semaunya, tergantung pada kondisi.
  2. Hasil dari rasa insecure. Pria bisa saja merasa tidak percaya diri seolah-olah dirinya terlalu tua atau terlalu muda, tidak cukup tampan, tidak cukup kaya, atau tidak cukup pintar. Namun sayang, untuk meningkatkan kepercayaan dirinya yang lesu, pria terkadang mencari validasi dari wanita selain pasangannya untuk merasa diinginkan, diinginkan, dan layak.
  3. Masalah kecanduan. Seorang pria mungkin memiliki masalah yang terus-menerus dengan alkohol atau obat-obatan yang dapat memengaruhi sikapnya hingga menghasilkan keputusan seksual yang dapat disesalkan. Mungkin juga, pria memiliki masalah seperti kecanduan seksual, yang berarti dia secara kompulsif terlibat dalam fantasi dan perilaku seksual sebagai cara untuk menghindari masalah kehidupan.
  4. Merasa hubungannya sudah berakhir versi 1. Pria mungkin ingin mengakhiri hubungannya saat ini. Namun, alih-alih memberi tahu pasangannya bahwa dia tidak bahagia dan ingin memutuskan sesuatu, dia malah berselingkuh dan menunggu pasangannya mengajak berpisah.
  5. Merasa hubungannya sudah berakhir versi 2. Para pria mungkin ingin mengakhiri hubungannya saat ini, tetapi tidak ingin melakukannya sebelum memiliki pasangan yang baru. Tipe pria ini akan mengatur panggung, memupuk cinta dengan orang baru, meski masih menjalin hubungan dengan pasangan yang lama.
  6. Kurangnya dukungan sosial. Pria yang berselingkuh mungkin telah meremehkan kebutuhannya akan persahabatan hingga mengharapkan kebutuhan sosial dan emosionalnya tersebut dipenuhi sepenuhnya oleh pasangan. Sementara, ketika pasangan gagal dalam tugas itu, pria mencari pemenuhan di “tempat” lain.
  7. Trauma masa kecil. Pria bisa jadi mengaktifkan kembali atau menanggapi trauma masa kanak-kanak yang belum terselesaikan. Trauma yang dimaksud bisa berupa penelantaran, pelecehan emosional, pelecehan fisik, pelecehan seksual sewaktu kecil. Dalam kasus-kasus seperti itu, luka masa kecilnya telah menciptakan masalah keterikatan dan keintiman yang membuatnya tidak dapat atau tidak mau berkomitmen penuh untuk satu orang. Orang itu mungkin juga menggunakan ra seru dan distraksi dalam perselingkuhan sebagai cara untuk menenangkan diri dari rasa sakit dari luka lama yang tidak disembuhkan ini.
  8. Keegoisan. Seorang pria bisa juga berselingkuh karena keegoisannya sendiri. Jadi pertimbangan utamanya adalah untuk dirinya sendiri dan dirinya sendiri. Karena itu, orang ini dapat berbohong dan menyimpan rahasia tanpa penyesalan, selama itu mendapatkan apa yang diinginkannya. Mungkin saja pria seperti ini tidak pernah bermaksud menjadi seseorang yang setia terhadap pasangannya.
  9. Merasa istimewa. Pria yang berselingkuh mungkin juga merasa bahwa dirinya berbeda dan pantas mendapatkan sesuatu yang istimewa, yang tidak dimiliki pria lain. Aturan yang biasa menjadi tidak berlaku untuknya. Pria yang merasa seperti ini bisa berpikir bebas untuk menghargai dirinya sendiri, termasuk menjalin hubungan dengan orang lain kapan pun dia mau.
  10. Muncul kesempatan. Pria yang berselingkuh mulanya mungkin tidak pernah berpikir untuk berselingkuh sampai kesempatan tiba-tiba muncul dengan sendirinya. Kemudian, tanpa berpikir tentang apa yang mungkin akan terjadi terhadap hubungannya sebagai akibat dari perselingkuhan, orang itu memilih untuk “pergi”.
  11. Ekspektasi yang tidak realistis. Seorang pria juga bisa berselingkuh karena punya ekspetasi yang tak realistis terhadap pasangannya. Mereka merasa bahwa pasangannya harus memenuhi setiap keinginanya dari tanpa memikirkan perasangan pasangan ketika itu. Pria ini gagal memahami bahwa pasangannya juga berhak memiliki kehidupan sendiri sesuai pikiran, perasaan dan kebutuhannya. Pria yang tak memahami hal itu, ketika harapannya tidak terpenuhi, akan cenderung mencari pemenuhan eksternal, yakni mencari kepuasan dari orang lain dan berselingkuh.
  12. Marah dan balas dendam. Pria dapat juga berselingkuh karena ingin balas dendam. Dia marah dengan pasangannya dan ingin menyakitinya. Dalam kasus seperti itu, perselingkuhan dimaksudkan untuk dilihat dan diketahui. Pria itu tidak repot-repot berbohong atau menyimpan rahasia tentang perselingkuhannya, karena dia memang ingin pasangannya mengetahuinya.
Ilustrasi pria berselingkuh via genpi.co

Bahkan menurut Weiss, keputusan berselingkuh dari kebanyakan pria tidak hanya didorong oleh faktor tunggal saja. Sebab kadang alasan pria berselingkuh mengalami revolusi mengikuti perubahan kehidupannya.

Meski begitu, deretan faktor yang bisa saja mendorong pria berselingkuh di atas bukan berarti sebuah pembenaran untuk melakukan perselingkuhan. Justru dengan adanya riset yang sudah dilakukan atas kasus-kasus perselingkuhan yang ada bisa dijadikan pembelajaran untuk bisa dihindari.

Selain itu, Weiss menyebutkan bahwa berselingkuh sebenarnya tidak harus dilakukan para pria. Karena sejatinya selalu ada pilihan lain untuk menghindarinya. Bersikap terbuka dan jujur dengan pasangan adalah cara tepat dan terbaik dalam sebuah hubungan untuk menghindari celah perselingkuhan. Well, Cakap People, pada intinya perselingkuhan itu tidak akan ada jika terjalin komunikasi yang baik dengan pasangan.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Loading…

0

Comments

0 comments

Rahasia Awet Muda Vera Wang, Desainer Bertubuh Singset Bak Gadis 20-an di Usia 70 Tahun

Tak Usah Repot Beli, Yuk Bikin Sendiri Es Krim Pisang Cokelat Leleh!