in ,

FDA Amerika Serikat Resmi Setujui Remdesivir Jadi Obat Pasien COVID-19

Obat itu pernah gagal sebagai pengobatan untuk hepatitis dan Ebola.

CakapCakapCakap People! Remdesivir, obat antivirus yang pernah dirancang untuk pengobatan hepatitis, ebola dan virus pernapasan umum, pernah gagal sebagai obat setelah terbukti tidak berguna melawan penyakit-penyakit tersebut. Obat itu lalu dikirim ke tumpukan ribuan sisa farmasi lainnya dan dilupakan oleh para ilmuwan yang pernah memperjuangkannya.

Tetapi pada hari Jumat, 1 Mei 2020, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (Food and Drug Administration/FDA) memberikan persetujuan darurat untuk remdesivir sebagai pengobatan bagi pasien yang sakit parah akibat COVID-19 — penyakit yang disebabkan oleh coronavirus, melansir The New York Times.

Mark Denison dari Vanderbilt University adalah salah satu dari segelintir peneliti yang menemukan potensi remdesivir. Dia mulai mempelajari coronavirus seperempat abad yang lalu, masa ketika beberapa ilmuwan peduli tentang jenis virus itu — menginfeksi manusia yang menyebabkan pilek, kenangnya, dan para ilmuwan hanya ingin tahu bagaimana mereka bekerja.

Ilustrasi remdesivir. [Foto via okezone.com]

FDA memberikan persetujuan setelah hasil awal dari studi yang disponsori pemerintah menunjukkan bahwa remdesivir buatan Gilead Sciences mempersingkat waktu pemulihan hingga 31 persen, atau rata-rata sekitar empat hari, untuk pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit.

Penelitian yang sudah dilakukan terhadap 1.063 pasien adalah tes obat terbesar dan paling ketat dan termasuk kelompok pembanding yang menerima perawatan biasa sehingga efek remdesivir dapat dievaluasi dengan ketat. 

Presiden AS, Donald Trump, mengumumkan keputusan FDA tersebut di Gedung Putih.

Mereka yang diberi remdesivir dapat meninggalkan rumah sakit dalam 11 hari rata-rata dibandingkan 15 hari untuk kelompok pembanding. Obat ini juga dapat mengurangi kematian, meskipun itu tidak pasti dari hasil sebagian yang diungkapkan sejauh ini.

Presiden AS Donald Trump di Gedung Oval pada hari Jumat didampingi oleh, dari kiri, Wakil Presiden Mike Pence; Daniel O’Day, Gilead Sciences CEO; dan Stephen Hahn, Komisioner FDA. [Foto: Erin Schaff / The New York Times]

Anthony Fauci dari National Institutes of Health mengatakan obat itu akan menjadi standar perawatan baru untuk pasien COVID-19 yang sakit parah seperti yang ada dalam penelitian ini. Obat belum diuji pada orang dengan penyakit ringan, dan saat ini diberikan melalui infus di rumah sakit.

Gilead mengatakan akan menyumbangkan stok obat yang tersedia saat ini dan meningkatkan produksi untuk menghasilkan lebih banyak.

Tidak ada obat yang disetujui sekarang untuk mengobati pasien COVID-19. Remdesivir masih perlu persetujuan resmi bukan sekadar untuk penggunaan darurat.

FDA sebelumnya memberikan otorisasi penggunaan darurat untuk obat malaria, hydroxychloroquine, setelah Presiden Donald Trump berulang kali mempromosikannya sebagai pengobatan yang mungkin untuk COVID-19. Namun, tidak ada penelitian besar berkualitas tinggi yang menunjukkan obat ini bekerja untuk itu, dan memiliki masalah keamanan yang signifikan.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Loading…

0

Comments

0 comments

Tokopedia Diretas, 91 Juta Akun Pengguna Aktif Dijual ke Dark Web

Disetujui Sebagai Obat COVID-19, Berapa Harga Remdesivir?