in ,

UNICEF Nilai Iklan Susu Formula di Indonesia Tak Laik

Pemberian susu formula pada bayi baru boleh dilakukan apabila ada indikasi medis

CakapCakap – Cakap People, siapa yang menduga, Badan Anak PBB (UNICEF) soroti iklan produk susu formula di Indonesia. Mereka menyebutkan selama ini promosi yang dilakukan tidak pantas atau tidak semestinya. Menurut UNICEF, seharusnya produsen memberikan informasi perihal pentingnya pemberian ASI kepada anak, bukan fokus pada penjualan produk susu pengganti ASI.

Jee Hyun Rah, Chief of Nutrition UNICEF Indonesia, selama ini ia mengamati tentang pola promosi produk susu formula pengganti ASI di Indonesia. Produsen, menawarkan secara langsung kepada ibu menyusui ataupun kepada calon ibu yang akan menyusui nantinya.

Ilustrasi susu formula via tribunnews.com

Produsen susu formula memasang iklan lewat berbagai media sehingga jangkauan penyebaran informasi semakin luas. Artinya, salah tafsir tentang penggunaan susu formula sebagai pengganti ASI bisa menjangkau siapa saja.

“Misinformasi ini, miskomunikasi terkait pentingnya ASI akan sangat berdampak besar pada ibu hamil dan ibu menyusui yang jadi memilih untuk tidak menyusui anaknya,” kata Hyun Rah, dalam telekonferensi tentang Pekan Menyusui Dunia di Jakarta, Selasa (11/8).

Menukil dari media Republika, Ketua Asosiasi Ibu Menyusui (Aimi) Nia Umar mengungkapkan promosi susu formula pengganti ASI masif terjadi di Indonesia. Bentuk iklan susu formula juga sangat hiperbola.

“Berdasarkan rekomendasi WHO susu anak satu tahun ke atas itu tidak diperlukan sebetulnya. Tapi di sini seakan-akan sangat diperlukan, kalau tidak minum itu anak tidak tumbuh optimal, tidak cerdas,” kata Nia.

Ilustrasi susu formula via mamapapa.id

Bertepatan dengan Hari ASI Sedunia dan Pekan ASI Sedunia yang dirayakan setiap tanggal 1 hingga 7 Agustus, Nia menjelaskan ASI merupakan sumber makanan murah dan ramah lingkungan.

“Menyusui tidak meninggalkan limbah apapun. Sangat berbeda dan susu formula,” kata Nia.

Sedangkan susu formula, mulai produksi hingga proses distribusi menghasilkan limbah. Penggunaan bahan bakar pada transportasi saat pendistribusian hingga penggunaan gas untuk memasak susu dirumah menghasilkan emisi yang mengandung unsur mencemari udara. Susu formula juga meninggalkan sampah dari kemasannya.

Cakap People, sebelumnya Dhian Probhoyekti yang menjabat sebagai Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan Dhian Probhoyekti mengingatkan pemberian susu formula pada bayi baru boleh dilakukan apabila ada indikasi medis.

“Jangan sampai ada ibu-ibu yang bisa memberikan ASI tidak jadi memberikan ASI karena ada promosi susu tadi. Jangan sampai lebih kuat promosinya daripada pemberian ASI dari ibu,” katanya.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Loading…

0

Comments

0 comments

Berikut Dampak Buruk Resesi Ekonomi yang Perlu Diwaspadai, Sudah Makin Terasa!

Kasus COVID-19 di Indonesia Tembus 130 Ribu, Virus Menyebar Semakin Cepat di Jakarta dan Jawa Timur