CakapCakap – Cakap People! Bagi banyak orang, kopi adalah minuman pagi hari untuk meningkatkan semangat beraktivitas. Namun, sering kali di waktu yang sama orang juga harus minum obat. Apakah boleh minum obat bersamaan dengan kopi?
Dilansir Independent, kopi dapat berinteraksi dengan obat-obatan tertentu sehingga mengurangi efektivitasnya atau bahkan bisa meningkatkan risiko efek samping. Karena itu, sebelum minum obat di waktu yang bersamaan dengan kopi, ketahui dulu bagaimana minuman kafein ini bisa bereaksi terhadap obat-obatan berikut ini.

1. Obat pereda nyeri
Beberapa obat pereda nyeri yang dijual bebas, seperti yang mengandung aspirin atau parasetamol, mengandung kafein tambahan. Kopi dapat mempercepat penyerapan obat-obatan ini karena bisa mempercepat pengosongan lambung dan membuat lambung lebih asam.
Meskipun demikian, hal ini juga dapat meningkatkan risiko efek samping seperti iritasi lambung atau pendarahan, terutama bila dikombinasikan dengan sumber kafein lainnya. Meskipun belum ada kasus serius yang dilaporkan, sebaiknya tetap berhati-hati.
2. Obat flu dan pilek
Kafein adalah stimulan yang dapat mempercepat sistem saraf pusat. Obat flu yang mengandung pseudoefedrin, seperti sudafed, juga merupakan stimulan. Jika dikonsumsi bersamaan, efeknya dapat meningkat sehingga berpotensi menyebabkan gelisah, sakit kepala, detak jantung cepat, dan insomnia.
Efek stimulan juga menjadi perhatian ketika menggabungkan kafein dengan obat ADHD seperti amfetamin, atau dengan obat asma seperti teofilin, yang memiliki struktur kimia serupa dengan kafein.
3. Obat tiroid
Levotiroksin, pengobatan standar untuk tiroid yang kurang aktif, sangat sensitif terhadap waktu. Salah satu yang mempengaruhinya adalah kopi pagi. Penelitian menunjukkan bahwa minum kopi terlalu cepat setelah mengonsumsi levotiroksin dapat mengurangi penyerapannya hingga 50 persen.
Kafein mempercepat motilitas usus (pergerakan makanan dan limbah melalui saluran pencernaan), sehingga obat memiliki lebih sedikit waktu untuk diserap – dan juga dapat mengikatnya di lambung, sehingga lebih sulit diserap tubuh. Jika penyerapan terganggu, gejala hipotiroidisme, termasuk kelelahan, penambahan berat badan, dan sembelit dapat kembali lagi.
4. Antidepresan dan antipsikotik
Interaksi antara kafein dan obat kesehatan mental bisa lebih kompleks. Studi laboratorium menunjukkan kafein dapat berikatan dengan obat-obatan inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI) di lambung, mengurangi penyerapan dan berpotensi membuatnya kurang efektif. SSRI antara lain sertralin dan citalopram, jenis obat antidepresan yang banyak digunakan untuk mengobati depresi, kecemasan, dan kondisi kejiwaan lainnya.
Antidepresan trisiklik (TCA), seperti amitriptilin dan imipramin, adalah golongan antidepresan lama yang bekerja dengan memengaruhi kadar neurotransmiter di otak. TCA dipecah oleh enzim hati CYP1A2, yang juga memetabolisme kafein. Persaingan antara keduanya dapat memperlambat pemecahan obat, meningkatkan efek samping, atau menunda pembersihan kafein. Orang yang mengonsumsinya merasa gelisah atau tegang lebih lama dari biasanya.
5. Obat jantung
Bagi orang yang mengonsumsi obat tekanan darah atau obat yang mengontrol irama jantung tidak teratur (aritmia), kopi dapat menghambat efek yang diharapkan dari obat tersebut. Sebab, kopi mengandung kafein yang dapat meningkatkan tekanan darah dan detak jantung untuk sementara, biasanya berlangsung tiga hingga empat jam setelah dikonsumsi.