CakapCakap – Cakap People! Sutradara Kamila Andini resmi menjadi anggota The Academy
of Motion Picture Arts and Sciences (AMPAS). Sebagai informasi, AMPAS adalah organisasi film dunia yang menaungi penghargaan Oscar.
Kabar ini diumumkan langsung oleh Kamila lewat akun Instagram resminya, @kamilandini, pada Jumat 27 Juni 2025.
Dalam unggahan tersebut, ia memperlihatkan undangan resmi yang menyatakan dirinya sebagai anggota The Academy Class of 2025.
“Kamila Andini, sutradara. Selamat datang ke The Academy angkatan 2025. The Academy mengundang 543 anggota baru ke dalam keanggotaan,” bunyi surat undangan resmi dari AMPAS.

Kamila Andini kini menjadi Oscar voter, sejajar dengan sineas dunia seperti Jason Momoa dan Ariana Grande. Hebatnya lagi, ia adalah sutradara feature film perempuan kedua dari Indonesia yang mendapatkan kehormatan ini setelah Amelia Hapsari.
Ini bukan hanya pencapaian pribadi, tapi juga momen penting untuk perfilman Indonesia. Penasaran siapa sebenarnya Kamila Andini dan bagaimana perjalanan kariernya?
Profil Kamila Andini
Profil Kamila Andini dimulai dari latar keluarga seniman. Ia lahir di Jakarta pada 6 Mei 1986 dan besar dalam dunia film.
Ayahnya adalah Garin Nugroho, salah satu sutradara paling berpengaruh di Indonesia. Meski begitu, Kamila tidak ingin hanya hidup dalam bayang-bayang sang ayah.
Ia memilih jalannya sendiri. Ia kuliah di Deakin University, Australia. Jurusan yang ia ambil adalah Sosiologi dan Media Arts. Minatnya pada isu sosial dan budaya mulai terlihat sejak saat itu. Nilai-nilai ini kemudian banyak muncul dalam karya-karyanya.
Kini, Kamila telah menikah 13 tahun dengan sutradara Ifa Isfansyah. Mereka dikaruniai dua orang anak perempuan yang cantik. Meski menjadi ibu, Kamila tetap produktif berkarya dan aktif membagikan kesehariannya dalam Instagram resminya @kamilandini.
Dari Video Klip ke Film
Perjalanan karier Kamila dimulai dari tempat yang sederhana. Ia bekerja sebagai asisten video klip Tere sampai Sheila On 7. Banyak orang mungkin menganggap ini bukan awal yang besar. Tapi bagi Kamila, ini pengalaman yang penting. Ia belajar bagaimana visual bekerja dan bagaimana menyampaikan emosi lewat gambar.
Tahun 2002, ia menyutradarai film pendek Rahasia di Balik Cita Rasa. Film ini tidak banyak dikenal, tapi cukup jadi bukti awal gaya penyutradaraannya. Narasinya tenang, visualnya lembut, dan sarat makna.
Puncak awal kariernya datang pada 2011 lewat film The Mirror Never Lies. Film ini mengangkat kehidupan suku Bajo di Wakatobi. Jarang ada film Indonesia yang membahas budaya laut dengan begitu jujur dan puitis. Melalui film ini, Kamila menang Piala Citra dan meraih banyak penghargaan internasional.
Sejak saat itu, namanya mulai dikenal baik. Ia bukan hanya “anak Garin” tapi seniman dengan suara yang khas.
Setelah itu, pada 2017, ia merilis Sekala Niskala atau The Seen and Unseen. Film ini menggambarkan pengalaman kehilangan dalam keluarga. Kisahnya menyentuh, latarnya budaya Bali, dan visualnya sangat simbolis. Film ini kemudian diputar di Berlinale, Toronto, hingga Shanghai.
Gaya Kamila terasa semakin matang. Ia tak butuh dialog keras. Cukup dengan gambar dan ekspresi, penonton bisa merasakan emosi tokohnya.
Lanjut ke 2021, Kamila merilis Yuni. Ini mungkin salah satu film terkuatnya. Film ini berkisah tentang remaja perempuan yang ingin melanjutkan sekolah. Ia menolak lamaran demi pendidikan, yang menjadi isu relevan di masyarakat kita. Film ini mendapat penghargaan di Toronto dan masuk seleksi Oscar.
Tahun 2023, Kamila berkolaborasi dalam serial Netflix Gadis Kretek. Serial ini ditonton luas dan dipuji karena produksi serta ceritanya. Di sini, Kamila menunjukkan bahwa ia juga bisa masuk ke ranah industri besar. Namun tetap menjaga kedalaman cerita dan estetika khasnya.