Uji Sampel COVID-19 di Indonesia Ternyata Masih Jauh dari Syarat WHO

CakapCakap – Cakap People! Kasus virus corona (COVID-19) masih belum menunjukkan tanda-tanda kurva melandai hingga saat ini. Bahkan, per Kamis, 28 Mei 2020, jumlah total kasus positif di Indonesia sudah mencapai lebih dari 24 ribu.

Indonesia disebutkan sebagai negara dengan pengujian sampel COVID-19 yang masih rendah saat ini. Lalu, apakah uji sampel itu sudah memenuhi syarat standar dari Badan Kesehatan Dunia (WHO)?

Angka pengujian sampel virus corona (COVID-19) di Indonesia ternyata masih jauh dari syarat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). WHO mensyaratkan pengujian sampel COVID-19 minimal 1 banding 1.000 penduduk per minggu. Dan angka itu masih belum bisa dicapai oleh Indonesia.

Sebagai gambaran, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Suharso Monoarfa saat menyatakan jumlah uji sampel Indonesia sejak Maret lalu sebesar 967 per satu juta penduduk.

“Apakah itu cukup? Belum. Karena persyaratan yang diminta oleh WHO itu adalah 1 orang per 1.000 penduduk per minggu,” ujar Suharso usai rapat terbatas, Rabu, 27 Mei 2020, seperti dikutip dari Kontan.

Suharso bilang, peningkatan pengecekan COVID-19 terus dilakukan. Saat ini ditarget pengujian bisa dilakukan sebanyak 10.000 per hari. Angka itu pun masih kurang dari kebutuhan Indonesia untuk memenuhi syarat WHO. Namun, Suharso menerangkan bahwa DKI Jakarta menjadi wilayah yang telah memenuhi syarat tersebut.

Pemeriksaan di DKI Jakarta diperkirakan sudah mencapai 132.000 hasil uji. Angka tersebut bila dibandingkan dengan penduduk Jakarta sekitar 10 juta dan masa penularan 12 minggu maka hasil uji telah memenuhi syarat WHO.

“Karena ini sudah berjalan kira-kira 12 minggu terhitung tanggal 2 Maret, maka di Jakarta harusnya yang sudah dites sudah 120.000, realitasnya Jakarta yang sudah dites di atas 120.000,” terang Suharso.

Angka pemeriksaan menjadi salah satu dari tiga saran WHO untuk melihat kondisi pandemi COVID-19 di satu negara. Dua lainnya adalah berdasarkan epidimologi dan kesiapan sistem kesehatan.

Kendala pemeriksaan sampel juga dialami oleh sejumlah negara. Uji sampel di Brasil masih 30 persen. dari syarat WHO begitu juga dengan India yang baru memenuhi 20 persen syarat WHO.