in ,

Studi: Satu dari Empat Orang di Seluruh Dunia Tidak Dapat Vaksin COVID-19 Hingga 2022

Para peneliti John Hopkins mengatakan Fasilitas COVAX WHO dapat memainkan peran kunci dalam memastikan akses yang lebih adil ke vaksin yang disetujui .

CakapCakapCakap People! Seperempat populasi dunia atau hampir satu dari empat orang mungkin tidak mendapatkan vaksin COVID-19 hingga setidaknya tahun 2022. Pasalnya, negara-negara kaya dengan kurang dari 15% populasi global telah mencadangkan 51% dari dosis vaksin yang paling menjanjikan. Demikian diungkapkan para peneliti dari Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health di Amerika Serikat, pada Selasa, 15 Desember 2020.

Reuters melaporkan, dari hasil studi itu, para peneliti mengatakan bahwa negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah — rumah bagi lebih dari 85% populasi dunia — harus berbagi sisanya.

Tanggapan efektif terhadap pandemi membutuhkan negara-negara berpenghasilan tinggi “untuk berbagi dalam distribusi yang adil dari vaksin COVID-19 di seluruh dunia”, tulis para peneliti tersebut.

Ilustrasi vaksin COVID-19. [Foto: Reuters]

“Ketidakpastian akses global terhadap vaksin COVID-19 tidak hanya berasal dari pengujian klinis yang sedang berlangsung, tetapi juga dari kegagalan pemerintah dan produsen vaksin untuk lebih transparan dan bertanggung jawab atas pengaturan ini,” tambah mereka.

Pada 15 November 2020, negara-negara berpenghasilan tinggi telah memesan hampir 7,5 miliar dosis vaksin dari 13 produsen, kata para peneliti dalam laporan tersebut.

Ini termasuk Jepang, Australia dan Kanada yang secara kolektif memiliki lebih dari 1 miliar dosis tetapi menyumbang kurang dari 1% dari kasus virus corona baru saat ini, katanya.

Bahkan jika vaksin produsen terkemuka mencapai proyeksi kapasitas produksi maksimum mereka, hampir 25% populasi dunia mungkin tidak mendapatkan vaksin untuk satu tahun lagi atau lebih, menurut laporan itu.

Koalisi People’s Vaccine Alliance pekan lalu mengatakan perusahaan farmasi harus secara terbuka membagikan teknologi dan kekayaan intelektual mereka melalui Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sehingga lebih banyak dosis dapat diproduksi.

Ilustrasi virus corona. [Foto: Reuters]

Para peneliti John Hopkins mengatakan Fasilitas COVAX WHO dapat memainkan peran kunci dalam memastikan akses yang lebih adil ke vaksin yang disetujui tetapi hanya mengamankan 500 juta dosis, jauh di bawah targetnya untuk memberikan setidaknya 2 miliar dosis pada akhir 2021.

Diluncurkan pada bulan April, pakta global COVAX WHO tersebut bertujuan untuk mengumpulkan dana dari negara-negara kaya dan organisasi nirlaba untuk mempercepat pengembangan dan pembuatan vaksin COVID-19 dan mendistribusikannya secara merata di seluruh dunia.

Sejauh ini COVAX telah mengamankan setengah dari dana yang dibutuhkan dan Amerika Serikat serta Rusia – pemain kunci dalam pengembangan dan pembuatan vaksin – belum bergabung, kata studi Johns Hopkins.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Loading…

0

Comments

0 comments

Varian Baru Virus Corona Menyebar Cepat di Inggris, Ini Kata Para Ilmuwan

Ini Dia 3 Fakta Menarik dari ‘Kelahiran’ Album Taylor Swift, Evermore