Jati Sunarto
CakapCakap – Cakap People! Calon presiden dari partai konservatif Centro Democrático, Senator Miguel Uribe Turbay (39), ditembak saat berbicara dalam pidato kampanye di taman publik di kawasan Fontibón, Bogotá. Ia terkena tiga tembakan, dua di kepala dan satu di paha. Kini ia dirawat dalam kondisi kritis di ICU Fundación Santa Fe de Bogotá.
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari berbagai sumber, Senin 9 Juni 2025. Miguel Uribe Turbay lahir pada 28 Januari 1986 di Bogotá, Kolombia. Ia berasal dari keluarga politik ternama, dan merupakan cucu mantan Presiden Kolombia, Julio César Turbay Ayala, dan anak dari Diana Turbay, seorang jurnalis yang tewas tragis setelah diculik oleh Kartel Medellín pada tahun 1991.
Latar belakang keluarganya yang penuh tragedi, inilah yang turut membentuk karakter dan arah perjuangannya dalam dunia politik. Miguel menyelesaikan pendidikan hukumnya di Universidad de los Andes dan meraih gelar magister administrasi publik dari Harvard Kennedy School.
Karier politiknya dimulai sebagai anggota Dewan Kota Bogotá (Concejal) pada 2012–2016 dan sempat menjadi ketuanya pada tahun 2014. Ia kemudian diangkat sebagai Sekretaris Pemerintah Bogotá oleh Wali Kota Enrique Peñalosa pada 2016 hingga 2018. Pada 2019, ia mencalonkan diri sebagai Wali Kota Bogotá dan meraih sekitar 426 ribu suara, menempatkannya sebagai salah satu tokoh muda berpengaruh di Kolombia. Pada 2022, Miguel terpilih sebagai Senator mewakili partai konservatif Centro Democrático, dan pada Maret 2025 ia resmi mengumumkan pencalonannya sebagai Presiden Kolombia untuk pemilu 2026.
Selama kariernya, Miguel dikenal vokal dalam mengkritik pemerintahan Presiden Gustavo Petro, khususnya dalam isu keamanan dan penegakan hukum. Sayangnya, pada 7 Juni 2025, Miguel menjadi korban penembakan saat kampanye di kawasan Fontibón, Bogotá. Ia ditembak dua kali di kepala dan sekali di paha oleh seorang remaja bersenjata dan mendapat perawatan awal di rumah sakit setempat kemudian dipindahkan ke Fundación Santa Fe. Menurut istrinya, Maria Claudia Tarazona, operasi awal berjalan baik, namun jam-jam berikutnya sangat krusial karena luka di bagian kepala dan paha.
Penembakan ini mengejutkan publik dan dikecam oleh berbagai pihak, termasuk Presiden Petro yang menyebutnya sebagai serangan terhadap demokrasi dan berjanji tidak akan menahan upaya penegakan hukum. Pemerintah menawarkan hadiah hingga 3 miliar peso bagi yang mengungkap identitas otak pelaku. Insiden ini kembali membuka luka lama Kolombia yang belum sepenuhnya lepas dari bayang-bayang kekerasan politik.
