in ,

Lumba-lumba Ini Dibantai dan Diambil Minyaknya Oleh Warga Bangladesh Saat Polisi Sibuk Tegakkan Aturan Lockdown

Lumba-lumba Gangga adalah spesies yang terancam punah, menurut WWF.

CakapCakapCakap People! Nelayan di Bangladesh mengambil keuntungan dari penerapan lockdown di negara itu setelah beberapa lumba-lumba di sungai Gangga ditemukan dibantai di tepi Sungai Halda.

Menurut laporan Channel News Asia, Senin, 11 Mei 2020, bangkai lumba-lumba air tawar yang panjangnya mencapai 157 sentimeter itu ditemukan pada 7 Mei oleh penduduk setempat di kota tenggara Raojan, kata pejabat departemen perikanan Abdullah al Mamun.

Lumba-lumba sungai Gangga yang langka ditemukan di sistem sungai Nepal, Bangladesh dan India. [Foto: AFP / Biju BORO]

Meskipun membunuh lumba-lumba Gangga adalah ilegal di Bangladesh, tetapi spesies langka itu ditemukan dengan sayatan yang dalam dari leher hingga ekor dan lapisan lemak tubuh, di mana minyak lumba-lumba yang diekstraksi untuk digunakan dalam obat-obatan tradisional, telah hilang.

Ini adalah lumba-lumba kedua yang ditemukan mati di daerah yang sama sejak Bangladesh dikunci untuk menangani wabah COVID-19, kata koordinator Laboratorium Penelitian Sungai Halda (HRRL), Manzoorul Kibria.

Lumba-lumba Gangga adalah spesies yang terancam punah, menurut WWF. Mereka pernah hidup di sistem sungai Gangga-Brahmaputra-Meghna dan Karnaphuli-Sangu di Nepal, India, dan Bangladesh, tetapi spesies ini punah dari sebagian besar rentang distribusi awalnya.

Hanya ada 1.200 hingga 1.800 lumba-lumba tersebut di antaranya yang tersisa di dunia dan sekitar 170 di antaranya tinggal di sungai Halda.

Lumba-lumba Gangga adalah spesies yang terancam punah, menurut WWF. [Foto: Malay Mail]

Petugas kepolisian yang biasanya berpatroli di daerah itu kekurangan tenaga dan sibuk menegakkan aturan lockdown di Raojan, sementara penduduk setempat justru memanfaatkan sungai Halda untuk mencari nafkah.

“Mereka berusaha mencari nafkah dengan menangkap ikan secara ilegal,” kata kepala departemen kehutanan setempat Yasin Nawaz, menambahkan bahwa jaring yang sama juga sering digunakan menangkap lumba-lumba.

Setelah makhluk-makhluk itu terperangkap, mereka membuktikan hasil yang mudah bagi para pemburu gelap yang menjual lemak dan minyak lumba-lumba tersebut, kata Kibria, seraya menambahkan bahwa ia khawatir kematian lumba-lumba terbaru bisa menjadi awal dari “pembunuhan besar-besaran” spesies langka.

“Banyak penduduk desa setempat percaya bahwa lemak lumba-lumba dapat menyembuhkan penyakit. Harganya mahal,” katanya.

Indonesia Sudah Kirim 13 Hasil Urutan Genom Virus Corona ke GISAID

Cabut Lockdown Terlalu Cepat, Sejumlah Negara Ini Sekarang Hadapi Gelombang Kedua COVID-19