in ,

Lebih dari 50 Persen Warga Malaysia yang Disurvei Bilang Pemerintah Menangani COVID-19 dengan Buruk

Hanya 10,4 persen responden yang menilai respons pemerintah dengan “baik” dan 22,2 persen mengatakan itu “memadai” pada tahun 2022. [Foto: REUTERS]

CakapCakapCakap People! Penanganan pemerintah terhadap krisis COVID-19 dinilai negatif oleh warga Malaysia dalam survei regional baru-baru ini, dengan 51,8 persen melabeli tanggapan pemerintah terhadapa COVID dengan “buruk” atau “sangat buruk”.

Persepsi tanggapan COVID-19 pemerintah juga memburuk tajam, dengan 24,4 persen responden menilainya “sangat buruk”. Hal itu terungkap dalam laporan tahun 2022 oleh Pusat Studi Asean yang berbasis di Singapura di ISEAS – Yusof Ishak Institute, dibandingkan dengan 0,9 persen pada laporan 2021. , Straits Times melaporkan.

Sebagai perbandingan, hanya 10,4 persen responden yang menilai tanggapan COVID-19 pemerintah Malaysia dengan “baik” dan 22,2 persen mengatakan itu “memadai” pada tahun 2022.

Ini juga merupakan penurunan dibandingkan dengan hasil pada tahun 2021, ketika ada 14,5 persen yang menilai “baik” dan 40,2 persen untuk nilai “cukup”.

Hanya 10,4 persen responden yang menilai respons pemerintah dengan “baik” dan 22,2 persen mengatakan itu “memadai” pada tahun 2022. [Foto: REUTERS]

Secara regional, survei menunjukkan bahwa warga Brunei hampir sepakat dalam mendukung penanganan pandemi oleh pemerintah mereka, dengan 98,1 persen menilai pemerintah mereka baik-baik saja atau “memadai”, diikuti oleh warga Singapura di 87,8 persen dengan sentimen yang sama.

“Jumlah responden yang mengatakan bahwa pemerintahan mereka berkinerja sangat buruk meningkat lebih dari dua kali lipat dari 7,1 persen menjadi 15,9 persen. Mereka yang merasa bahwa pemerintahan mereka berkinerja baik atau memadai turun 10 poin persentase dari 61 persen menjadi 51 persen.

“Porsi fence-sitter yang netral tentang penanganan pandemi oleh pemerintah mereka mengalami sedikit peningkatan dari 15,2 persen menjadi 18,4 persen,” kata laporan survei tersebut.

Fence sitter adalah ungkapan umum yang digunakan dalam bahasa Inggris untuk menggambarkan kurangnya ketegasan, netralitas, atau keragu-raguan seseorang untuk memilih antara dua pihak dalam suatu argumen atau kompetisi, atau ketidakmampuan untuk memutuskan karena kurangnya keberanian.

Ilustrasi virus corona. [Foto: Reuters]

Kasus harian COVID-19 di Malaysia sebelumnya memuncak pada 26 Agustus tahun lalu, dengan Kementerian Kesehatan mengumumkan bahwa negara itu mendeteksi 24.599 kasus baru dalam satu hari.

Namun, rekor itu dikalahkan pada Rabu, 16 Februari 2022, ketika Malaysia melaporkan 27.831 infeksi baru.

Pemerintah Malaysia telah mengumumkan keadaan darurat pada 12 Januari tahun lalu untuk mengekang penyebaran COVID-19. Itu berlangsung hingga 1 Agustus 2021. Aturan seperti itu di bawah Konstitusi federal tidak digunakan selama beberapa dekade.

Survei yang dilakukan antara 11 November hingga 31 Desember 2021 itu melibatkan 1.677 responden, dengan 8,1 persen di antaranya berasal dari Malaysia. Sebagian besar responden adalah akademisi dari think-tank atau lembaga penelitian.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Loading…

0

Comments

0 comments

Pemerintah Targetkan Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,3-5,9 Persen di Tahun 2023

Cegah China Curi Teknologi, Taiwan Tingkatkan Perlindungan pada Rahasia Semikonduktornya