in ,

Tahun 2050: Naiknya Permukaan Laut Mengancam 23 Juta Penduduk Pesisir Indonesia Terendam Banjir Pantai

Indonesia, bersama dengan lima negara Asia lainnya, akan sangat terkena dampak kenaikan permukaan laut

CakapCakapCakap People! Sekitar 23 juta orang yang tinggal di beberapa kota pesisir di Indonesia, termasuk ibu kota Jakarta, rumah mereka berisiko terendam banjir di pantai pada tahun 2050 sebagai akibat naiknya permukaan laut yang disebabkan oleh perubahan iklim, demikian sebuah laporan baru memperingatkan.

The Jakarta Post melaporkan, Selasa, 5 November 2019, mereka yang diperkirakan masuk di zona banjir di wilayah pesisir itu adalah termasuk di antara 300 juta penduduk dunia yang menghadapi risiko secara global dalam tiga dekade mendatang ─ yaitu tiga kali lebih banyak orang daripada yang diperkirakan sebelumnya, menurut penelitian.

Peta yang menunjukkan wilayah pesisir Indonesia (warna merah) berisiko terendam banjir pada tahun 2050 akibat naiknya permukaan laut yang disebabkan oleh perubahan iklim. [Foto: Climate Central]

Sebuah laporan oleh kelompok riset nirlaba yang berbasis di Amerika Serikat, Climate Central memperkirakan bahwa Indonesia, bersama dengan lima negara Asia lainnya, akan sangat terkena dampak kenaikan permukaan laut, mengingat jumlah orang yang tinggal di daerah pantai dataran rendah masing-masing negara.

“China Daratan, Bangladesh, India, Vietnam, Indonesia dan Thailand adalah rumah bagi kebanyakan orang di daratan yang diproyeksikan di bawah rata-rata tingkat banjir pantai tahunan pada tahun 2050,” kata laporan itu.

“Bersama-sama, keenam negara itu menyumbang sekitar 75 persen dari 300 juta orang di darat yang menghadapi kerentanan yang sama di abad pertengahan.”

Angka-angka baru itu didasarkan pada CoastalDEM, model ketinggian digital baru yang dikembangkan oleh Climate Central, yang menggunakan pembelajaran mesin untuk memperbaiki sistematis dalam dataset ketinggian yang digunakan dalam penilaian risiko banjir pesisir sebelumnya, yaitu Shuttle Radar Topography Mission (SRTM) NASA.

Dataset baru yang digunakan dalam penelitian ini “lebih akurat” daripada SRTM, yang menurut kelompok penelitian tersebut, telah mengabaikan angka genangan di masa depan sebagai akibat dari naiknya permukaan laut dalam beberapa dekade mendatang.

Analisis baru itu mengungkapkan bahwa sekitar 23 juta orang di Indonesia saat ini hidup di tanah di bawah tingkat air pasang ─ jauh melebihi 5 juta yang diperkirakan sebelumnya.

Karena studi tersebut memperkirakan bahwa lautan dapat naik antara 0,6 dan 2,1 meter sepanjang abad-abad berikutnya, sejumlah besar kota-kota pesisir Indonesia di Jawa, Sumatra dan Kalimantan, di antara pulau-pulau lain, terancam banjir parah pada tahun 2050.

Di antara kota-kota besar itu adalah Palembang di Sumatra Selatan, Banjarmasin di Kalimantan Selatan serta banyak daerah pesisir di sepanjang pantai utara Jawa, termasuk bagian Semarang di Jawa Tengah dan Surabaya di Jawa Timur.

Jakarta, yang merupakan ibu kota negara dan rumah bagi populasi 10 juta orang, diperkirakan sangat rentan terhadap banjir pantai, mengancam kota yang sudah tenggelam, yang memiliki banyak masalah perkotaan lain saat ini.

Sebuah peta yang dihasilkan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa air laut diproyeksikan menggenangi sebagian besar Jakarta Utara dan Jakarta Barat, bahkan mencapai Monumen Nasional di Jakarta Pusat, yang dikelilingi oleh puluhan kantor pemerintah, termasuk tempat tinggal Presiden di Istana Negara.

Kepedulian lingkungan dan kepadatan penduduk berada di belakang keputusan Presiden Joko Widodo atau Jokowi untuk memindahkan ibu kota dari Jakarta ke Kalimantan Timur antara Penajam Paser Utara dan Kabupaten Kutai Kertanegara.

Namun, Kalimantan juga dihantui oleh risiko banjir karena pada tahun 2025, proyeksi kenaikan permukaan laut dapat mempengaruhi beberapa wilayah pesisir di Kabupaten Penajam Paser Utara, demikian peta menunjukkan.

Ilustrasi pantai. [Foto: Pixabay]

Meskipun laporan itu tidak dapat secara spesifik merinci biaya ekonomi atau kemanusiaan yang akan datang, laporan tersebut menyarankan bahwa kenaikan permukaan laut dapat “mengganggu ekonomi dan memicu krisis kemanusiaan” secara global dalam beberapa dekade mendatang.

“Ketika permukaan laut terus meningkat sepanjang abad ini, banjir parah akan menyebar dan lebih banyak daratan akan hilang secara permanen ke lautan,” kata laporan itu, “Pada tahun 2100, data elevasi CoastalDEM menunjukkan, tanah yang saat ini dihuni oleh 200 juta orang dapat jatuh secara permanen di bawah garis air pasang. “

Menurut laporan itu, mengurangi emisi global akan membantu mengurangi ancaman yang ditimbulkan oleh kenaikan permukaan laut, menurunkan jumlah total orang yang berpotensi terkena banjir atau genangan permanen sebanyak 20 juta orang pada akhir abad ini.

Sebuah laporan oleh Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC) Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dirilis pada bulan September juga menyoroti perlunya mengurangi emisi karbon, karena meramalkan bahwa jika emisi tetap tidak berkurang, garis air ─ yang telah naik hampir 4 milimeter per tahun sejak 2006 ─ bisa meningkat 100 kali lipat hingga abad ke-22.

Peta interaktif yang menunjukkan tanah atau wilayah berisiko berdasarkan laporan yang dapat diakses melalui situs web Climate Central.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Loading…

0

Comments

0 comments

Dikenal Kuat dan Kaya Prestasi, Ternyata Deretan Atlet Ini Tak Makan Daging loh!

Ternyata 3 Jenis Teh Ini Bisa Bantu Turunkan Berat Badan loh, Apa Saja?