in ,

Mengenal Malam Selawe, Tradisi Malam Terakhir Ramadan di Makam Sunan Giri

Tradisi yang ada sejak zaman Sunan Giri

CakapCakap – Cakap People, bukan rahasia lagi jika setiap wilayah memiliki tradisi dan cara yang berbeda-beda dalam menjalani bulan suci Ramadan. Salah satunya ialah tradisi ibadah masyarakat Gresik yang dilakukan pada malam ganjil ke-25 Ramadan. Namanya ialah Malam Selawe.

Saat malam ke-25 tiba, maka hampir semua masyarakat setempat serta pendatang akan memadati Jalan Sunan Giri sampai Jalan Sunan Prapen karena ingin berserah diri pada Sang Kuasa di malam Lailatulqadar.

Tradisi Warisan Sunan Giri

Malam Selawe tradisi ala masyarakat Gresik. Gambar via blogspot.com

Sejak zaman dahulu, Malam Selawe memang sudah ramai dilakukan. Bahkan sedari zaman Sunan Giri. Budaya asal Gresik, Jawa Timur itu tersebar dari mulut ke mulut.

Ada yang mengatakan jika Malam Selawe terjadi lantaran tradisi yang diberlakukan oleh Sunan Giri sendiri. Ia merupakan salah satu wali songo yang menyebarkan agama Islam di Indonesia.

Sunan Giri berdakwah dengan memberikan contoh perilaku baik. Ia bahkan mengajak murid-muridnya untuk beribadah di malam terakhir Ramadan di Masjid Jamik Sunan Giri. Semangat terhadap tradisi itu tumbuh kental dan kuat dalam diri santri serta masyarakat sekitar.

Ibadah Diperkental

Tradisi Dile Jojor di Lombok. Gambar via antarafoto.com

Selain beribadah, masyarakat dan para santri juga berziarah ke malam Sunan Giri. Umumnya mereka bakal pergi 1 hari sebelum Malam Selawe. Tak sedikit pula dari mereka yang menginap di masjid sehingga di malam harinya bisa membaca surat Yasin, tahlil, serta melakukan agenda doa bersama.

Tidak hanya di Gresik, tradisi memperkencang ibadah di malam ke-25 Ramadan juga dilakukan di daerah lain. Termasuk Tidore yang memiliki tradisi bernama Selo Guto. Kegiatan yang dilakukan berupa pembakaran lilin di makam leluhur setelah salat tarawih, dan berlangsung selama 1 hari penuh.

Sedangkan di Lombok menjalankan tradisi Dile Jojor, yang mana masyarakat sekitar bakal menyalakan lampu di 10 malam terakhir Ramadan. Biasanya tradisi ini bakal dilakukan setelah salat magrib, serta menjadikan penerangan di tiap rumah yang berada di susun.

Mulanya Dile Jojor dinyalakan guna menerangi jalan ketika seseorang akan memberikan zakat fitrah. Namun seiring berjalannya waktu menjadi kebiasaan yang dilakukan setiap tahun.

Nah, itulah beberapa tradisi selama bulan Ramadan di beberapa daerah Cakap People. Lantas, apa tradisi di wilayah tempat tinggal kamu mendekati akhir-akhir Ramadan?

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Loading…

0

Comments

0 comments

Penampakan Kucing Busok, ‘Leopard’ Endemik Pulau Raas yang Ingin Mendapat Pengakuan Internasional

Perkenalkan Jago App, Aplikasi Keuangan Berbasis Digital yang Kekinian