CakapCakap – Cakap People! Program pendidikan barak militer yang digagas Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, tengah menjadi sorotan publik karena pendekatannya yang kontroversial dalam membina siswa bermasalah.
Program ini bertujuan untuk membentuk karakter dan kedisiplinan siswa yang terlibat dalam kenakalan remaja, seperti tawuran, bullying, atau kecanduan game.
Program pendidikan barak militer ala Dedi Mulyadi merupakan pendekatan yang kontroversial namun bertujuan untuk membentuk karakter dan disiplin pada anak-anak dan remaja yang bermasalah.
Keberhasilan program ini sangat bergantung pada pelaksanaan yang tepat dan sensitivitas terhadap kebutuhan psikososial peserta.

Berikut adalah tujuh fakta pendidikan barak militer ala Dedi Mulyadi, dirangkum dari berbagai sumber, Senin 5 Mei 2025.
1. Tujuan Program: Membentuk Karakter dan Disiplin
Pelatihan dilakukan di barak militer milik TNI, dengan durasi hingga enam bulan, dan melibatkan sekitar 30 hingga 40 barak di berbagai daerah di Jawa Barat.
Peserta dipilih berdasarkan kesepakatan antara sekolah dan orang tua, dengan persetujuan tertulis bermaterai dari orang tua siswa.
Program ini ditujukan untuk membentuk karakter dan disiplin pada anak-anak dan remaja yang terlibat dalam kenakalan remaja, seperti tawuran, kecanduan gim, dan perilaku menyimpang lainnya.
Dedi Mulyadi menekankan bahwa pendekatan militer dapat membantu mengarahkan mereka ke jalur yang lebih positif.
2. Pelaksanaan di Barak Militer
Anak-anak yang mengikuti program ini ditempatkan di barak militer, seperti Resimen Artileri Medan 1 Sthira Yudha, Batalyon Artileri Medan 9, Purwakarta.
Di sana, mereka menjalani pelatihan disiplin, termasuk kegiatan fisik dan mental yang dirancang untuk membentuk karakter yang kuat.
3. Kegiatan Harian yang Terstruktur
Peserta program mengikuti jadwal harian yang ketat, dimulai dari ibadah subuh, latihan fisik, hingga kegiatan belajar formal. Kegiatan ini dirancang untuk membiasakan mereka dengan rutinitas yang disiplin dan bertanggung jawab.
4. Program ASAD: Contoh Keberhasilan Pendekatan Militer
Sebelumnya, Dedi Mulyadi telah menerapkan pendekatan serupa melalui program Anak Sepak Bola Asal Desa (ASAD) Jaya Perkasa. Program ini berhasil melahirkan pemain sepak bola profesional yang disiplin dan berprestasi, menunjukkan efektivitas pendekatan militer dalam pembinaan karakter.
5. Kontroversi dan Kritik Publik
Program ini mendapat kritik dari berbagai pihak, termasuk pengamat militer dan lembaga HAM.
Mereka berpendapat bahwa pendekatan militer tidak selalu cocok untuk menangani masalah psikososial anak-anak dan remaja, dan dapat menimbulkan dampak negatif jika tidak diterapkan dengan hati-hati.
6. Perluasan Program ke Warga Dewasa
Dedi Mulyadi berencana memperluas program ini ke warga dewasa yang dianggap bermasalah, seperti yang terlibat dalam aktivitas negatif di masyarakat.
Langkah ini menunjukkan keyakinannya bahwa pendekatan militer dapat diterapkan lebih luas untuk pembinaan karakter.
7. Partisipasi dalam Upacara Kenegaraan
Sebagai bagian dari pembinaan, peserta program diberikan tugas khusus, seperti menjadi petugas pengibar bendera pada upacara Hari Kemerdekaan 17 Agustus. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa nasionalisme dan tanggung jawab pada diri mereka.