in ,

Pandemi COVID-19 Sangat Parah di Tokyo, Tingkat Waspada Naik Ke Level Tertinggi

“Mengurangi jumlah pasien [COVID-19] akan menjadi satu-satunya cara untuk keluar [dari situasi tersebut],” Masataka Inokuchi, wakil ketua Asosiasi Medis Tokyo.

CakapCakapCakap People! Ibu kota Jepang, Tokyo, mengatakan pada hari Kamis, 17 Desember 2020, bahwa tekanan pada sistem medisnya dari pandemi COVID-19 sangat parah. Hal itu menaikkan tingkat kewaspadaan ke level tertinggi dari empat tahap karena jumlah kasus harian COVID-19 melonjak ke rekor tertinggi, yaitu 822 kasus.

Reuters melaporkan, seorang pejabat kesehatan Jepang mengatakan menjadi sulit untuk menyeimbangkan perawatan pasien COVID-19 dengan perawatan pasien biasa karena tempat tidur rumah sakit sudah penuh. Ini memberikan peringatan “merah” untuk kesiapan medis untuk pertama kalinya.

“Penyedia layanan medis telah menghabiskan semua sumber daya cadangan,” kata Masataka Inokuchi, wakil ketua Asosiasi Medis Tokyo, pada pertemuan komite pemantau virus corona yang dihadiri oleh Gubernur Tokyo Yuriko Koike.

“Mengurangi jumlah pasien [COVID-19] akan menjadi satu-satunya cara untuk keluar [dari situasi tersebut],” ujarnya.

Foto ilustrasi via Pixabay.

Pemerintah kota metropolitan itu mengatakan jumlah kasus virus corona mencapai 822 pada Kamis, 17 Desember, melampaui rekor sebelumnya yang mencapai 678 kasus sehari sebelumnya.

Sebulan yang lalu, kota itu meningkatkan kewaspadaan COVID-19 untuk infeksi baru – kategori terpisah – ke level tertinggi. Itu tetap waspada untuk kesiapsiagaan medis pada tingkat tertinggi kedua pada saat itu, menunjukkan kebutuhan untuk meningkatkan kapasitas rumah sakit tetapi satu tingkat di bawah kondisi kritis.

PM Jepang Dikecam Karena Hadiri Jamuan Makan Malam ‘Pesta Akhir Tahun’ di Tengah Lonjakan Kasus COVID-19

Sebelumnya, Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga menuai kecaman karena menghadiri pertemuan akhir tahun dengan banyak pihak setelah ia meminta warganya untuk menghindari pesta-pesta seperti itu karena negara itu mencatat rekor kenaikan kasus COVID-19.

Reuters melaporkan, pada Senin malam, 14 Desember 2020, Suga menghadiri jamuan makan malam dengan enam orang lainnya termasuk pejabat senior berkuasa di sebuah restoran steak kelas atas di distrik Ginza Tokyo. Semuanya berusia di atas 70-an.

Saat meinggalkan restoran, aktor berusia 76 tahun, Ryotaro Sugi yang hadir dalam jamuan tersebut, mengatakan kepada wartawan bahwa itu adalah “pesta akhir tahun”, di mana mereka berbicara tentang baseball.

Peserta lain, Toshihiro Nikai, sekretaris jenderal Partai Demokrat Liberal yang berkuasa, mengatakan para tamu makan malam melepas masker untuk makan tetapi cukup berhati-hati.

Sehari kemudian, Suga bertemu Haruyuki Takahashi, seorang eksekutif dari panitia penyelenggara Tokyo Games, dan dua eksekutif dari jaringan TV lokal di restoran steak lain, media lokal melaporkan.

Perdana Menteri Jepang, Yoshihide Suga tiba di kantornya di Tokyo, pada 16 September 2020. [Foto: AFP]

Terlepas dari kritikan publik Jepang atas jamuan makan malam itu, Suga tetap melanjutkan serangkaian pertemuan minggu ini. Hal itu memicu kritik dari politisi dan pengguna media sosial, termasuk mitra koalisi partainya. Suga dinilai melanggar aturan yang dia buat sendiri mengenai larangan berkerumun di tempat umum.

Meski begitu, Yasutoshi Nishimura, Menteri Ekonomi Jepang yang bertanggung jawab atas kebijakan virus corona di negara itu, membela terkait pertemuan yang dilakukan Suga. Ia mengatakan kepada parlemen pada hari Rabu, 16 Desember 2020, bahwa tidak ada aturan larangan yang diberlakukan tentang makan bersama.

Selasa malam, juru bicara pemerintah Katsunobu Kato juga mengatakan PM Suga telah mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk pertemuan tersebut.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Loading…

0

Comments

0 comments

Presiden Prancis Emmanuel Macron Dinyatakan Positif COVID-19, Memaksa Para Pemimpin Lain Isolasi Diri

Punya Vaksin Sendiri Hingga Dijual ke Negara Lain, Ternyata China Masih Pesan Pfizer