in

Analis: Serangan Cyber Terbesar dalam Sejarah Bisa Terjadi Dalam Waktu Enam Bulan ke Depan

Ia mengimbau semua perusahaan untuk membuat sistem yang aman untuk semua karyawan yang bekerja dari rumah.

CakapCakapCakap People! Stephen McBride, seorang investor profesional dan kepala analis RiskHedge memperingatkan bahwa serangan cyber “terbesar dalam sejarah” bisa terjadi dalam enam bulan ke depan. Ia mengimbau semua perusahaan untuk membuat sistem yang aman untuk semua karyawan yang bekerja dari rumah.

Begitu virus corona baru muncul di seluruh dunia, sebagian besar perusahaan besar telah menggeser  skema dari office-work-environment to work (bekerja di lingkungan kantor) menjadi skema work-from-home (bekerja dari rumah). Kini, karyawan dari seluruh dunia bekerja dari meja darurat mereka, seperti di meja makan atau ruang belajar cadangan mereka.

Stephen McBride. [Foto via Elite Readers]

McBride mengatakan bahwa perusahaan hanya punya waktu dalam hitungan hari atau minggu untuk menyiapkan rencana kerja jarak jauh, itu membuat perusahaan lebih sulit untuk bahkan menyiapkan sebuah sistem yang aman atau menyediakan laptop kerja khusus untuk karyawan yang bekerja dari rumah. Para karyawan yang bekerja dari rumah menggunakan laptop pribadi mereka dengan menggunakan “koneksi internet rumah tanpa jaminan” keamanan ketika mengakses file kerja mereka.

“Ini adalah mimpi yang menjadi kenyataan bagi penjahat cyber. Peretas hanya perlu mendapatkan akses melalui satu titik masuk untuk menguasai seluruh jaringan,” kata McBridge dalam kolomnya di Forbes pada hari Kamis, 14 Mei 2020.

McBridge memperingatkan bahwa begitu peretas dapat menyusup ke seluruh jaringan, mereka dapat mencuri data rahasia, rahasia-rahasia perusahaan, atau mereka bahkan dapat mengunci kamu di luar jaringan.

Pada tahun 2011, kontraktor pertahanan terbesar Amerika, Lockheed Martin, mengumumkan bahwa mereka menjadi korban serangan cyber dengan menargetkan atau menyusup ke sistem jaringan karyawannya yang bekerja dari jarak jauh. McBridge mengatakan bahwa jika peretas saja bisa menyusup ke data pertahanan AS melalui kontraktornya, ia percaya bahwa mudah untuk meretas sistem jaringan karyawan yang bekerja jarak jauh.

“Virus corona baru saja merobek pertahanan virtual setiap perusahaan,” kata McBride.

Foto via Elite Readers

McBride menyatakan, sebelum pandemi COVID-19, karyawan yang bekerja di bawah skema kerja jarak jauh biasanya diberi laptop kerja khusus dengan sistem jaringan yang sangat aman. 

Dia mengungkapkan contoh seorang temannya yang bekerja jarak jauh untuk otoritas pajak Irlandia. Temannya tersebut diberi laptop kerja khusus dan koneksi wi-fi aman terpisah.

Sebelum masuk ke dalam jaringan, McBride mengatakan temannya itu harus melewati beberapa tahap keamanan untuk bisa berhasil membuka layar atau stik keamanan USB untuk “membuka” file kerja.

Jika peretas ingin menyusup ke jaringan temannya tersebut, ia mengatakan itu akan mungkin, tetapi peretas akan memiliki waktu yang sulit untuk meretas ke dalam beberapa lingkaran keamanan. 

McBridge mengatakan contoh ini adalah jenis tingkat keamanan yang harus disediakan perusahaan untuk karyawan mereka yang bekerja dari jarak jauh karena pandemi yang sedang berlangsung ini.

McBridge mengatakan bahwa dalam beberapa bulan terakhir sejak pandemi coronavirus, peretas telah menargetkan membobol departemen kesehatan Amerika Serikat. Dia juga mengatakan bahwa serangan siber terhadap Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah meningkat lebih dari dua kali lipat dibanding sebelum pandemi.

Berdasarkan data perusahaan intelijen Cyber, ​​yaitu CYFIRMA, ancaman cyber dan peretasan, yang terkait dengan virus corona meroket hingga 600 persen antara Februari dan Maret.

“Semoga saya salah memprediksi bahwa kita akan melihat serangan cyber terbesar dalam sejarah. Tidak seorang pun di antara kita ingin melihat perusahaan besar atau pemerintah dikalahkan. Terutama tidak ketika dunia memerangi pandemi yang mematikan,” McBride menekankan.

McBridge menambahkan bahwa pekerja jarak jauh merupakan tempat yang rentan bagi penjahat cyber. Dia menegaskan bahwa semakin banyak perangkat yang terhubung ke jaringan, semakin besar peluang bagi penjahat cyber untuk meretas jaringan perusahaan.

“Singkatnya, setiap perangkat baru adalah gerbang tempat bagi para peretas dapat menemukan kerentanan di dalamnya dan menggunakannya untuk mendatangkan malapetaka pada sistem Anda, ”katanya.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Loading…

0

Comments

0 comments

Hampir Semua Negara Pasifik Nol Kasus Covid-19, Apa Rahasianya?

Hujan Deras, Sebagian Wilayah di Kota Makassar Digenangi Banjir