in

Terungkap: Seperempat Tweet yang Menyangkal Perubahan Iklim Ternyata Berasal dari Bot

Studi yang dilakukan oleh Brown University mensurvei hampir 7 juta tweet tentang topik iklim.

CakapCakapCakap People! Pada hari-hari menjelang pengumuman Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk keluar dari Perjanjian Iklim Paris, bot Twitter membanjiri platform dengan disinformasi dan topik demonstrasi dukungan atas keputusan tersebut. Demikian diungkapkan sebuah studi yang dirilis untuk The Guardian, Jumat, 21 Februari 2020.

Studi yang dilakukan oleh Brown University dan belum dirilis ini, mensurvei hampir 7 juta tweet (tepatnya 6,5 juta tweet) mengenai topik iklim selama hari-hari menjelang dan sebulan setelah Donald Trump mengumumkan AS keluar dari Perjanjian Iklim Paris pada tanggal 1 Juni 2017. 

Ilustrasi Twitter di ponsel. [Foto: Pixabay]

Para peneliti menemukan hampir seperempat tweet yang mendukung keputusan Trump untuk keluar dari Perjanjian Iklim Paris tersebut berasal dari bot — alat otomatis yang dirancang untuk melakukan tugas tertentu. 

Bot memiliki kemampuan untuk menyukai, me-retweet, mengirim pesan, dan menyebarkan disinformasi dengan kedok kemanusiaan. Menguraikan sebuah akun bot sering bisa menipu, dan bot telah menjadi masalah lama bagi Twitter: Ia menangguhkan lebih dari 70 juta akun palsu pada Mei dan Juni 2018 saja.

Penulis utama penelitian ini, Thomas Marlow, seorang kandidat Ph.D. di Brown, mengatakan kepada The Guardian bahwa penelitian itu muncul dari kebingungannya tentang “mengapa ada tingkat penolakan yang terus-menerus tentang sesuatu yang menurut ilmu pengetahuan ini kurang lebih telah diselesaikan.”

Marlow mengatakan dia terkejut bahwa bot bertanggung jawab atas seperempat tweet dengan topik iklim pada hari-hari itu. “Saya seperti, ‘Wow, sepertinya sangat tinggi,'” katanya.

Ilustrasi Antartika. [Foto: Pixabay]

Temuan penelitian ini menyimpulkan bahwa bot tidak hanya bertanggung jawab dalam penyebaran informasi palsu tentang ilmu iklim dan mempromosikan perusahaan seperti raksasa minyak Exxon, tetapi “secara tidak proporsional membahas topik yang mendukung pengumuman Trump.”

Stephan Lewandowsky, rekan penulis dan profesor di University of Bristol, mengatakan bahwa hasilnya sangat tidak terduga.

Studi ini dilakukan satu hari setelah pejabat intelijen memperingatkan anggota parlemen di Washington akan campur tangan Rusia dalam pemilu AS untuk memilih kembali Trump.

Meskipun bot Twitter tidak meningkat secara signifikan di sekitar pengumuman penarikan diri AS dari Perjanjan Iklim Paris, namun beberapa aktivis yang mengadvokasi untuk mengatasi krisis iklim khawatir akan lonjakan aktivitas di sekitar pemilihan presiden AS akhir tahun ini.

Comments

One Ping

  1. Pingback:

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Loading…

0

Comments

0 comments

Arab Saudi Berlakukan Larangan Masuk Sementara untuk Umrah, Cegah Virus Corona

Steven Spielberg Mundur Sebagai Sutradara Film ‘Indiana Jones 5’, Ini Bocoran Penggantinya!