in

28 Karyawan Google Dipecat Usai Protes Kerja Sama Perusahaan dengan Israel

Apa yang terjadi?

CakapCakapCakap People! Puluhan karyawan Google dipecat usai protes soal kerja sama perusahaan dengan Israel. Genosida yang dilakukan Israel terhadap Palestina menuai banyak empati dari masyarakat dunia. Boikot diserukan untuk perusahaan-perusahaan yang berafiliasi dengan Israel. Aksi protes turut dilakukan sebagai upaya dukungan.

Sayangnya, nasib pilu justru menimpa karyawan Google di Amerika Serikat (AS) yang dirumahkan akibat aksi protesnya. Apa yang terjadi? Mengapa kantor Google bertindak sejauh itu? Berikut selengkapnya.

28 Karyawan Google Dipecat Usai Protes Kerja Sama Perusahaan dengan Israel
Karyawan Google melakukan protes di kantor perusahaan di Sunnyvale, California, dalam sebuah gambar yang diposting ke media sosial pada hari Rabu 17 April 2024. [Foto: Instagram/@notechforapartheir]

Protes terhadap Project Nimbus Google-Israel

Sebanyak 28 karyawan Google dipecat lantaran aksi protes mereka terhadap kontrak cloud computation (komputasi awan) antara Google dan pemerintah Israel. Proyek komputasi awan disebut Project Nimbus itu bernilai 1,2 miliar USD.

Aksi protes yang diorganisir grup aktivis No Tech for Apartheid dilakukan karyawan selama 10 jam di dalam gedung kantor Google di Seattle, New York, dan Sunnyvale, California. Mengutip NBC News, juru bicara New York Police mengungkapkan ada 50 orang yang terlibat dalam demonstrasi hari Selasa 16 April 2024 itu, empat orang di antaranya ditangkap lantaran “masuk tanpa izin” ke kantor Google.

Berdasarkan pernyataan resmi grup No Tech for Apartheid yang dipublikasi di Medium, ribuan kolega mereka telah bergabung untuk meminta perusahaan menghentikan Project Nimbus, “mendukung puluhan pekerja pemberani yang telah berbicara secara terbuka tentang dampak kontrak terhadap kesehatan dan keselamatan mereka di tempat kerja”.

Cheyne Anderson, software engineer Google Cloud di Washington, mengatakan pada CNBC, “On a personal level, I am opposed to Google taking any military contracts — no matter which government they’re with or what exactly the contract is about” (“Secara pribadi, saya menentang Google mengambil kontrak militer apa pun – tidak peduli di pemerintahan mana mereka berada atau apa sebenarnya isi kontrak tersebut”.)

Bukan Pertama Kalinya Karyawan Protes

Tindak pemecatan karyawan disebutkan oleh No Tech for Apartheid bahwa “Google values its $1.2 billion contract with the genocidal Israeli government and military more than its own workers”.

Bukan pertama kalinya terjadi, demonstrasi sudah sering dilakukan oleh karyawan Google dan Amazon yang menentang kontrak Project Nimbus sejak pertama diumumkannya tahun 2021. Termasuk Eddie Hatfield, software engineer Google Cloud, yang berani bersuara di konferensi MindTheTech pada 4 Maret 2024. “I refuse to build technology that powers genocide!” katanya. Hatfield dipecat oleh Google beberapa hari setelah aksinya itu.

Project Nimbus Digunakan Kementerian Pertahanan Israel

Melansir CNN Business, pada tahun 2021 Google mengumumkan kontrak Project Nimbus dengan Israel yang menyediakan “public cloud services to help address the country’s challenges within the public sector, including in healthcare, transportation, and education.” (layanan cloud publik untuk membantu mengatasi tantangan negara dalam sektor publik, termasuk di bidang kesehatan, transportasi, dan pendidikan.”)

Namun beberapa waktu lalu, dikuak oleh Time bahwa Kementerian Pertahanan Israel merupakan customer Google Cloud. Berdasarkan dokumen yang dikutip oleh Time, “Kementerian Pertahanan Israel memiliki “landing zone”-nya sendiri ke dalam Google Cloud—titik masuk yang aman ke infrastruktur komputasi yang disediakan Google, yang memungkinkan kementerian tersebut menyimpan dan memproses data, serta mengakses layanan AI”.

Setelah laporan itu dipublikasi, pihak Google menegaskan bahwa kontrak Nimbus ditujukan untuk beban kerja yang berjalan di platform komersial hanya untuk kementerian pemerintah Israel, seperti keuangan, kesehatan, transportasi, dan edukasi. “Our work is not directed at highly sensitive or classified military workloads relevant to weapons or intelligence services,” (Pekerjaan kami tidak ditujukan pada beban kerja militer yang sangat sensitif atau rahasia yang relevan dengan senjata atau badan intelijen), kata juru bicara Google pada 8 April lalu, seperti dikutip dari Time.

Namun saat dimintai keterangan oleh Time terkait Kementerian Pertahanan Israel pada 10 April, Google menolak beri komentar.

Project Nimbus Tetap Berlanjut

Walaupun karyawan meminta perusahaan agar Project Nimbus yang melibatkan Google dan Amazon Web Services (AWS) dibatalkan, tidak semudah itu untuk dilakukan. Melansir The Times of Israel, saat diumumkannya kerja sama dengan Google dan AWS oleh Israel untuk mendirikan pusat data regional, pihak Kementerian Keuangan mereka menutur “akan menjamin kelangsungan layanan bahkan jika raksasa teknologi tersebut mendapat tekanan untuk memboikot negara [Israel]”.

SUMBER ARTIKEL

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Loading…

0

Comments

0 comments

Mengenal Motaz Azaiza, Fotografer Palestina yang Masuk 100 Orang Paling Berpengaruh di Dunia

Mengenal Motaz Azaiza, Fotografer Palestina yang Masuk 100 Orang Paling Berpengaruh di Dunia

Ini Penyebab Banjir di Dubai yang Menjadi Banjir Terparah dalam 75 Tahun Terakhir

Ini Penyebab Banjir di Dubai yang Menjadi Banjir Terparah dalam 75 Tahun Terakhir