in ,

Tanpa ICU, Dokter di RS Jakarta Berjuang Bantu Pasien COVID-19

“Kami tidak siap untuk situasi ini,” katanya, menambahkan bahwa situasi di rumah sakit yang lebih kecil seperti di tempatnya menunjukkan betapa parahnya keadaan.

CakapCakapCakap People! Dokter Cheras Sjarfi mengatakan rumah sakit umum kecil tempat dia bertugas di Jakarta Selatan tidak siap menerima masuknya pasien COVID-19 yang datang setelah lonjakan infeksi baru di negara dengan penduduk terpadat keempat di dunia ini.

Hanya dilengkapi untuk perawatan kesehatan dasar, tetapi fasilitas kesehatan itu harus merawat pasien COVID-19 meskipun tidak memiliki ventilator penyelamat dan unit perawatan intensif (ICU) yang terkadang mereka butuhkan.

“Kami tidak siap untuk situasi ini,” katanya, menambahkan bahwa situasi di rumah sakit yang lebih kecil seperti di tempatnya menunjukkan betapa parahnya keadaan, seperti dilaporkan Reuters, Jumat, 2 Juli 2021.

Pasien dengan masalah pernapasan terlihat di luar ruang gawat darurat di rumah sakit pemerintah, ketika kasus penyakit coronavirus (COVID-19) melonjak, di Jakarta, Indonesia, 1 Juli 2021. Gambar diambil 1 Juli 2021. [Foto: REUTERS/Yuddy Cahya Budiman]

Dokter umum berusia 28 tahun itu mengatakan dia tahu keadaan semakin buruk ketika semua pasien yang diklasifikasikan sebagai kasus suspek virus corona dinyatakan positif dalam waktu seminggu.

Bergulat dengan wabah terburuk di Asia Tenggara, Indonesia telah melaporkan rekor kasus harian dalam tujuh dari 11 hari terakhir, termasuk pada hari Kamis, 1 Juli 2021, mencatat rekor 24.836 infeksi baru dan 504 kematian, keduanya tertinggi baru.

Lonjakan telah mempersulit pemindahan pasien yang sakit parah, dan rumah sakit kota sudah memenuhi kapasitas 93 persen minggu ini. Rumah sakit di seluruh Jawa juga hampir penuh.

Cheras Sjarfi, seorang dokter berusia 28 tahun, berbicara dengan seorang pasien selama shiftnya di dalam ruang isolasi di rumah sakit yang dikelola pemerintah, ketika kasus penyakit virus corona (COVID-19) melonjak di Jakarta, Indonesia, 1 Juli 2021. Foto diambil pada Kamis, 1 Juli 2021. [REUTERS/Yuddy Cahya Budiman]

“Kami…menerima pasien yang datang sebaik mungkin. Memberi mereka oksigen, periksa tekanan darahnya, dan mengamati mereka,” katanya, seraya menambahkan jika kondisi pasien memburuk, tidak mungkin rumah sakit lain bisa menerimanya.

“Kasus terburuk adalah mereka mati di sini. Saya pasti merasa sedih bahkan saya sudah menyaksikan… orang mati berkali-kali,” kata Dr Cheras.

Dokter Cheras Sjarfi, 28, berfoto sebelum shiftnya merawat pasien COVID-19 di sebuah rumah sakit milik pemerintah di Jakarta, Indonesia pada Kamis, 1 Juli 2021. [REUTERS/Yuddy Cahya Budiman]

Dia bekerja shift 12 jam, dua kali lipat dari waktu normal, setelah dia mengatakan beberapa rekannya terinfeksi meskipun telah divaksinasi penuh.

Pemerintah sudah mengumumkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Darurat mulai Sabtu, 3 Juli hingga 20 Juli 2021, termasuk pembatasan yang lebih ketat pada pergerakan dan perjalanan udara, larangan makan di restoran dan penutupan kantor non-essensial.

Namun, terlepas dari tekanan dan kekhawatiran yang sangat besar bahwa dia dapat terinfeksi kembali dengan COVID-19, Dr Cheras berusaha untuk tetap positif.

“Meskipun kami lelah dan bertanya-tanya kapan ini akan berakhir … saya pikir itu masih bisa diatasi,” katanya.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Loading…

0

Comments

0 comments

Analisis Reuters: Indonesia Belajar dari India Soal Lockdown COVID-19, Tetapi Tidak Mengadopsi Kebijakannya

Kematian COVID-19 India Melampaui 400.000; Tertinggi Ketiga Secara Global