in

Pawai Hadrat, Merayakan Idul Fitri dan Toleransi Keagamaan di Kaimana

Pasalnya di daerah ini, warganya sudah bertahun-tahun mengadakan tradisi perayaan Idul Fitri secara meriah, dengan nama Pawai Hadrat.

CakapCakap – Umat muslim di seluruh dunia, kemarin baru saja merayakan hari raya Idul Fitri, setelah satu bulan penuh melewati bulan puasa. Termasuk di Indonesia, masyarakat diminta untuk tetap melaksanakan shalat idul fitri dirumah masing-masing, dan tetap menjaga jarak ketika bersilaturahmi karena terkendala pandemi. Tetapi ditengah pandemi, baiklah kita juga mengingat banyak sekali tradisi di Indonesia ketika Idul Fitri, yang karena pandemi ini ada banyak batasan hingga prosesi dan tradisi tidak bisa dilakukan dengan leluasa.

Cerita yang mengesankan datang dari Kota Kabupaten Kaimana, di Papua Barat. Pasalnya di daerah ini, warganya sudah bertahun-tahun mengadakan tradisi perayaan Idul Fitri secara meriah, dengan nama Pawai Hadrat. Pawai Hadrat biasanya dilaksanakan di hari kedua lebaran, dan melibatkan semua warga untuk memeriahkan perhelatan.

Pawai Hardat di Kaimana

Pawai Hadrat adalah pawai atau parade berkeliling sekaligus bersilaturahmi antar warga. Pawai ini bukan hanya sekedar berkeiling, tetapi dilengkapi dengan indah dan meriahnya tabuhan gendang khas Papua, Tifa, Rebana, dan selawat. Hebatnya lagi, semua warga yang bergabung dalam pawai tersebut, berkeliling kota sambil menari bersama.

Menurut pemaparan salah satu tokoh di Kaimana, tradisi ini sudah berlangsung sejak tahun 1970-an, mengambil tradisi islam zaman dulu. Sekarang, masyarakat Kaimana tetap menjalankan tradisi tersebut, dengan berkeliling kota, mulai dari Kampung Sran, Bumi Surmai, Kampung Anda Air, hingga ke Kampung Kaki Air. Kemeriahan juga muncul ketika anak-anak dan remaja yang ikut pawai tersebut, saling berebut air minum dan kue.

Pawai Hadrat di Kaimana

Kaimana sebenarnya didominasi oleh pemeluk agama Kristen, dan Islam adalah agama kedua terbesar setelahnya. Tetapi sejak bertahun-tahun lamanya, Pawai Hadrat sudah menjadi tradisi masyarakat Kaimana secara umum. Masyarakat selain Islam, juga merasakan dan ikut memeriahkan pawai tersebut, mereka ikut turun ke jalan seolah Lebaran adalah hari raya untuk semua umat manusia. Banyak pemuda Kristen yang justru ikut memainkan alat musik tradisional untuk ikut memeriahkan pawai ini.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Loading…

0

Comments

0 comments

Studi: Masker Ternyata Lebih Melindungi Orang Lain dari Virus Corona Dibanding Pemakainya

Kampung Wani Covid-19, Keberanian Surabaya Perangi Pandemi