in ,

Epidemolog UGM: Penanganan Pandemi COVID-19 di Indonesia Kurang Berhasil, Ini Alasannya!

Respon pemerintah Indonesia dalam penanganan wabah COVID-19 dinilai belum berhasil

CakapCakapCakap People! Kasus virus corona baru di Indonesia secara keseluruhan belum menunjukkan tanda-tanda perlambatan sejak kasus pertama diumumkan oleh Presiden Joko Widodo pada 2 Maret 2020. Bahkan, negara ini telah mencatatkan total lebih dari 153.000 kasus yang dikonfirmasi hanya dalam waktu sekitar enam bulan atau hingga per Minggu, 23 Agustus 2020.

Respon pemerintah Indonesia dalam penanganan wabah COVID-19 dinilai belum berhasil. Hal itu diungkapkan oleh ahli epidemiologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Bayu Satria Wiratama.

“Dua kata, kurang berhasil,” katanya kepada Kompas.com, Minggu, 23 Agustus 2020.

Pejabat kesehatan meluncurkan uji cepat COVID-19 di Kecamatan Kayuringin di Bekasi Selatan, Jawa Barat, pada 2 Mei 2020. [Foto: Antara / Fakhri Hermansyah]

Bayu mengatakan ada dua faktor utama yang mengarah pada kesimpulan ini, yaitu kurangnya disiplin dalam mengikuti protokol kesehatan di antara pejabat pemerintah dan kegagalan untuk meningkatkan kapasitas pengujian.

“Meski pemerintah terus mendesak masyarakat untuk memakai masker, menjaga jarak secara fisik, dan sering mencuci tangan, tetapi banyak acara yang diselenggarakan oleh pemerintah gagal menerapkan protokol tersebut,” kata Bayu.

Situasi ini, lanjutnya, menjadi contoh buruk bagi masyarakat sehingga banyak yang mengabaikan protokol kesehatan. Ia mengatakan penting bagi pemerintah untuk menyampaikan pesan yang konsisten kepada publik dengan memberikan contoh yang baik.

“Presiden atau pejabat pemerintah tidak boleh terlihat memotret atau berbicara tanpa masker,” katanya.

Ilustrasi. [Foto: Pixabay]

Selain kurangnya disiplin, Bayu juga menilai pemerintah gagal meningkatkan kapasitas pengujian, tindakan karantina pasien, dan pelacakan kontak.

“Sebelumnya pemerintah menyatakan akan meningkatkan kapasitas uji menjadi 10.000 per hari, namun hingga saat ini belum mampu memenuhi target tersebut,” ujarnya.

“Singapura misalnya berhasil mengendalikan COVID-19 dengan melakukan pengujian dan penelusuran secara masif dan cepat. Sedangkan di Indonesia, pemerintah hanya melakukan sedikit penelusuran kontak untuk setiap kasus yang terkonfirmasi,” imbuhnya.

Mempertimbangkan situasi saat ini, kata Bayu, pandemi tersebut mungkin baru akan berakhir setelah sebagian besar warga terjangkit penyakit tersebut dan mengembangkan kekebalan, kecuali jika pemerintah menemukan vaksin untuk virus corona.

“Melihat respon pemerintah [COVID-19] saat ini, harapan kami sekarang terletak pada pengembangan vaksin,” katanya.

THE JAKARTA POST

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Loading…

0

Comments

0 comments

Bali Tunda Rencana Sambut Pelancong Internasional Pada September 2020, Ini Sebabnya!

Sebentar Lagi! PNS di Semua Lembaga Pemerintah Bakal Disuntik Pulsa Rp 200 Ribu Perbulan