CakapCakap – Cakap People! Ada beberapa kesalahan memasak yang bisa membahayakan kesehatan. Apa saja itu? Memasak adalah kegiatan yang menyenangkan dan bermanfaat bagi kesehatan. Memasak tidak hanya memungkinkan kita untuk berkreasi membuat hidangan yang sesuai selera, tetapi juga memberikan kendali penuh atas bahan-bahan yang kita konsumsi.
Namun, meskipun memasak dapat menjadi aktivitas yang membawa banyak keuntungan, ada beberapa kesalahan yang bisa terjadi saat memasak yang dapat membahayakan kesehatan kita. Dilansir dari The Healthy, inilah beberapa kesalahan memasak yang bisa membahayakan kesehatan tersebut!
Memasak dengan Minyak yang Salah

Memilih minyak yang tepat untuk memasak sangat penting karena berbagai jenis minyak memiliki titik asap yang berbeda-beda. Titik asap adalah suhu di mana minyak mulai terbakar dan menghasilkan asap yang mengindikasikan bahwa minyak tersebut mulai terurai dan dapat melepaskan radikal bebas berbahaya ke udara.
Menurut Maggie Michalczyk, seorang ahli gizi terdaftar, kita perlu melakukan riset sebelum membeli minyak dalam jumlah besar dan mengggunakannya untuk semua jenis masakan. Misalnya, minyak zaitun sangat cocok digunakan untuk memasak makanan tertentu dengan suhu rendah hingga sedang, sedangkan mentega bisa menjadi pilihan yang baik untuk rasa, tetapi lebih cocok untuk memasak dengan suhu yang lebih rendah.
Di sisi lain, minyak kelapa memiliki beberapa manfaat, tetapi juga ada alasan mengapa penggunaannya harus dibatasi. Minyak kelapa mengandung lemak jenuh yang cukup tinggi yang dapat meningkatkan kadar kolesterol jika dikonsumsi berlebihan.
Memperhatikan jumlah penggunaan minyak dalam memasak juga tidak kalah penting agar tidak menambah kalori berlebih. Biasanya, satu porsi makanan hanya memerlukan minyak sekitar dua sendok makan. Dengan mengontrol jumlah minyak yang digunakan, kita dapat menghindari konsumsi kalori yang tidak perlu dan menjaga kualitas masakan tetap sehat.
Menggoreng Makanan

Meskipun makanan yang digoreng terasa sangat lezat, mengonsumsinya secara rutin dapat berdampak buruk bagi kesehatan. Proses menggoreng mengubah makanan yang seharusnya sehat, seperti sayuran dan daging tanpa lemak, menjadi makanan yang mengandung lemak trans yang tidak sehat.
Menurut Jeanette Kimszal, seorang ahli gizi dan pendiri Root Nutrition Education & Counseling Services, lemak trans dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan masalah kesehatan lainnya. Jika kamu tidak bisa berhenti mengonsumsi makanan gorengan, Kimszal menyarankan untuk menggunakan air fryer. Alat ini tidak memerlukan minyak untuk memasak sehingga kamu masih bisa menikmati makanan favorit tanpa tambahan lemak yang berisiko merusak kesehatan.
Membakar Daging

Makanan yang dimasak dengan cara mentah atau setengah matang memang dapat menimbulkan bahaya kesehatan, tetapi daging yang terlalu matang atau terbakar juga dapat berisiko. Menurut Christen Cupples Cooper, EdD, RDN, seorang profesor dan direktur pendiri Program Nutrisi dan Dietetika di Pace University, memasak daging pada suhu lebih dari 300°F (sekitar 150°C), yang biasanya terjadi saat memanggang, membakar, atau menggoreng, dapat membentuk senyawa yang disebut HCAs (heterocyclic amines) dan PAHs (polycyclic aromatic hydrocarbons).
Senyawa-senyawa seperti HCAs dan PAHs ini berpotensi merusak DNA manusia. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa saat senyawa tersebut dimetabolisme, mereka dapat mengaktifkan enzim yang terkait dengan peningkatan risiko kanker.
Meskipun penelitian tentang hal ini masih terbatas, Cooper meyakini bahwa bukti ini saja sudah cukup kuat untuk menjadi alasan kita mengurangi paparan terhadap senyawa kimia tersebut. Untuk mengurangi risiko paparan, disarankan untuk menghindari memasak makanan dalam waktu lama di atas api terbuka atau permukaan logam yang panas, sering-sering membalikkan daging saat memasak, serta memotong bagian daging yang terbakar.
Menggunakan Terlalu Banyak Garam

Di Indonesia, konsumsi garam rata-rata dua kali lipat dari batas rekomendasi yang disarankan oleh WHO, yaitu 5 gram per hari. Sekitar 50 persen masyarakat Indonesia melampaui batas ini, sebagian karena penggunaan garam dapur dan makanan olahan tinggi natrium. Situasi ini juga terjadi pada anak-anak, di mana 24 persen-nya mengonsumsi garam berlebihan, terutama dari gorengan dan makanan ringan dalam kemasan.
Menurut Michalczyk, sensitivitas lidah terhadap rasa garam juga dapat menurun, yang membuat orang cenderung menambahkan lebih banyak garam ke dalam makanan mereka tanpa disadari. Kebiasaan memasak yang buruk ini meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan, termasuk tekanan darah tinggi dan penyakit kardiovaskular.
Menggunakan Terlalu Banyak Gula

Menurut penelitian, konsumsi gula berlebih dikaitkan dengan risiko berbagai masalah kesehatan, termasuk obesitas, diabetes tipe 2 dan penyakit jantung. Gula tidak hanya ditemukan dalam makanan penutup yang identik dengan rasa manis, tetapi juga sering tersembunyi dalam makanan sehari-hari seperti saus salad, marinasi, dan saus masakan lainnya.
Menurut Maya Krampf, pendiri Wholesome Yum, bahkan bentuk gula alami seperti madu dan sirup maple, meskipun dianggap lebih baik, tetap dapat memicu lonjakan kadar insulin dengan cara yang mirip dengan gula olahan. Untuk mengurangi konsumsi gula, Krampf menyarankan untuk memilih hidangan gurih yang kaya rempah saat memasak dan lebih sering menyajikan makanan penutup berbasis buah.
Selain itu, Arianne Perry, seorang pengusaha kesehatan dan salah satu pendiri Sweet Defeat, merekomendasikan mengurangi jumlah gula hingga setengah dari jumlah yang dianjurkan dalam resep, terutama pada kue dan roti. Ia mengungkapkan bahwa pengurangan gula ini biasanya tidak memengaruhi rasa secara signifikan. Pendekatan ini dapat membantu menyeimbangkan asupan gula dan mendukung gaya hidup yang lebih sehat.