in ,

Top Glove, Produsen Sarung Tangan Medis Terbesar Dunia Ini jadi Episentrum Kebangkitan COVID-19 di Malaysia

Top Glove saat ini mempekerjakan lebih dari 21.000 pekerja di seluruh Malaysia.

CakapCakapCakap People! Top Glove, produsen sarung tangan medis terbesar di dunia, telah menutup 20 lokasi produksi di Malaysia setelah ribuan pekerja dinyatakan positif COVID-19.

Menurut CNBC yang melansir laporan The Star, bahwa sebanyak 2.684 karyawan Top Glove — mayoritas dari mereka adalah pekerja asing — telah dinyatakan positif pada Rabu, 25 November 2020. The Star mengutip pernyataan Menteri Senior Keamanan dan Menteri Pertahanan Malaysia Ismail Sabri Yaakob.

Sejauh ini, menurut data oleh Kementerian Kesehatan Malaysia, kasus tersebut adalah kelompok infeksi baru terbesar di Asia Tenggara, di mana kemunculan kembali kasus-kasus tersebut memaksa pemerintah untuk menerapkan kembali langkah-langkah penguncian parsial baru.

Pabrik sarung tangan terbesar di dunia, Top Glove di Malaysia. [Foto: AP / Vincent Thian]

Pihak berwenang di Malaysia sedang melakukan pengujian kesehatan terhadap semua pekerja Top Glove di pabrik dan asrama yang terkena dampak virus corona.

Menteri Perdagangan dan Industri Internasional Malaysia Mohamed Azmin Ali mengatakan kepada CNBC pada hari Kamis, 26 November 2020, bahwa pemerintah berharap untuk “mengurangi masalah ini dalam dua minggu ke depan.”

“Sangat disayangkan bahwa baru-baru ini, ada beberapa masalah dalam hal kasus positif yang tercatat di pabrik,” katanya kepada “Street Signs Asia” CNBC.

Azmin menunjukkan bahwa Top Glove adalah salah satu perusahaan yang diizinkan untuk melanjutkan operasi penuh di seluruh wilayah Malaysia, mengingat pentingnya produk bagi pasar lokal dan global.

Seorang petugas kesehatan mengenakan pakaian pelindung tampak di luar asrama staf wanita Top Glove di Klang, Malaysia, 18 November 2020. [Foto: Yusof Mat Isa / Malay Mail]

Top Glove telah mencatatkan peningkatan permintaan produknya sebagai akibat dari pandemi. Hal tersebut berkontribusi pada lonjakan harga sahamnya.

Harga saham Top Glove yang terdaftar di bursa Malaysia dan Singapura merosot menyusul pengumuman penutupan pabriknya. Akan tetapi, harga sahamnya masih bisa naik lebih dari 300% sepanjang tahun ini di kedua pasar tersebut, data oleh Refinitiv menunjukkan.

Top Glove mengatakan dalam sebuah pernyataan Rabu, 25 November 2020, bahwa sekitar 5.700 pekerjanya telah di tes virus COVID-19. Penyaringan karyawan yang tersisa mungkin selesai pada akhir pekan ini.

Top Glove saat ini mempekerjakan lebih dari 21.000 pekerja di seluruh Malaysia.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Loading…

0

Comments

0 comments

Wabah Norovirus Kini Melanda Taman Kanak-kanak (TK) di China, Puluhan Anak Terjangkit!

Istri Pangeran Harry Ungkap Kejadian Paling Menyedihkan di Tahun Ini, Keguguran