in ,

Ternyata Ini Alasan Mengapa Pabrikan Jepang Loyo Kembangkan Mobil Listrik

Tidak seperti produsen mobil pesaing, Jepang malah terkesan tidak berminat mengembangkan EV

CakapCakap – Cakap People, di era yang semakin canggih ini tren otomotif kian berkembang ke kiblat yang lebih maju. Salah satu bentuk kemajuan tersebut ialah lahirnya mobil listrik. Namun mengapa industri mobil listrik di Jepang terkesan lamban?

Ternyata hal tersebut ada alasannya. Mantan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia, Arcandra Tahar mengungkap alasan di baliknya. Ia berbagi informasi melalui akun media Instagram pribadinya.

Banyak Pesaing dari Merek ternama

The Leaf sudah masuk dalam ranah persaingan. Gambar via channel8.id

Arcandra menilai jika saat ini perusahaan automaker dunia sedang berlomba merakit mobil listrik atau yang akrab disebut EV, tapi pabrikan mobil serta regulator Jepang malah tampak tak menunjukkan minat ke kompetisi tersebut.

“Sebut saja Toyota dan Honda. Sebagai market leader di dunia, Toyota dan Honda belum terlihat serius untuk bertanding di bidang EV,” tulis Arcandra dikutip Tempo via laman Instagramnya.

Hanya Nissan, melalui the Leaf yang sempat masuk di kompetisi sedari 10 tahun terakhir dan sukses menjual lebih dari setengah juta unit sampai tahun lalu. Bahkan pada 2020 kemarin, unit penjualan Leaf hampir setara dengan produk Tesla.

Alasan Jepang Tak Berminat dengan EV

Tesla kompetitor baru yang banyak peminat. Gambar via liputan6.com

Kendati alasan tak berminatnya pabrikan Jepang terhadap industri EV belum diketahui pasti, namun hal tersebut dapat diprediksi melalui fakta-fakta yang ada.

Alasan pertama menurut Arcandra ialah Japan automaker mungkin belum percaya jika EV merupakan solusi terbaik guna membantu mengurangi emisi gas buang.

Perusahaan automaker Jepang beranggapan jika mobil dengan perpaduan electric (hybrid) dan gasoline perlu didorong di masa transisi dari mobil berbahan bakar fosil ke EV.

Strategi itu banyak menggelontorkan dana. Sedangkan anggaran yang telah dikeluarkan guna mengembangkan mobil hybrid di Jepang butuh waktu supaya balik modal.

Kedua, Japan automaker mungkin saja belum menemukan potensi kebutuhan pasar yang signifikan terhadap mobil listrik. Hal tersebut seperti fakta di lapangan jika volume penjualan mobil listrik kurang dari 3% dari jumlah penjualan mobil secara global.

Kurangnya minat konsumen terhadap mobil listrik ini bisa disebabkan oleh harganya yang lebih mahal, jarak tempuh pendek, hingga isi ulang daya yang cukup memakan waktu.

Alasan ketiga, bisa jadi Japan automaker sudah cukup telat untuk masuk ke ring persaingan. Pasalnya gelanggang persaingan ini melibatkan pemain lama seperti Volvo, General Motor, dan Mercedes. Sementara nama-nama baru yang mulai masuk ialah Nio asal China dan Tesla.

Keempat, kemungkinan pihak Japan automaker beranggapan jika EV bukan teknologi yang ramah lingkungan jika sumber energi listrik asalnya dari bahan bakar fosil.

Poin terakhir menurut Arcandra ialah pemerintah Jepang bisa jadi belum siap kehilangan lapangan pekerjaan lantaran teknologi mobil listrik lebih mudah dan sederhana Cakap People.

“Ekosistem dari supply chain untuk mobil yang berbasis bahan bakar fosil akan hancur yang berakibat kepada ekonomi negara. Jepang kelihatannya sedang menunggu waktu yang tepat untuk mengambil aksi,” lanjutnya.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Loading…

0

Comments

0 comments

Menegangkan, Inilah 5 Drama Korea Penuh Adegan Aksi

Tekanan Untuk Menerima Vaksin China Meningkat Saat Taiwan Hadapi Lonjakan COVID-19