in ,

Satgas COVID-19: Ada 8 Fakta Ilmiah Varian Omicron, Ini Penjelasannya!

WHO menyatakan, varian Omicron menyebabkan kenaikan kasus yang lebih tinggi dibanding Delta karena lebih mudah menular.

CakapCakapCakap People! Masyarakat perlu mengetahui karakteristik varian Omicron. Berikut ini 8 fakta ilmiah varian Omicron berdasarkan penjelasan Satgas Penanganan COVID-19.

Penting buat masyarakat memahami Omicron. Sebab, kurang dari 2 bulan kemunculannya, penyebaran varian yang sangat menular itu sudah menjangkau seluruh negara di dunia.

Omicron kini lebih mendominasi kasus COVID-19 secara global dibandingkan dengan varian sebelumnya, yakni Alpha, Beta, dan Delta.

“Mengetahui karakteristik Omicron menjadi penting agar kita senantiasa waspada dan berhati-hati dalam menyikapi kondisi pandemi COVID-19 terkini,” kata juru bicara Satgas COVID-19 Wiku Adisasmito, dikutip dari covid19.go.id, Kamis, 27 Januari 2022.

Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito. [Foto: Marji/Medcom]

Menurut Wiku, ada 8 fakta ilmiah terkini terkait varian Omicron yang sudah dipublikasikan oleh para ahli:

Pertama, WHO menyatakan, varian Omicron menyebabkan kenaikan kasus yang lebih tinggi dibanding Delta karena lebih mudah menular.

Penyebabnya, varian Omicron memiliki tingkat mutasi tinggi yang memengaruhi kemampuannya dalam menginfeksi tubuh. “Mencegah penularan sejak level individu adalah cara terbaik untuk mencegah lonjakan kasus,” ujar Wiku.

Kedua, masa inkubasi atau munculnya gejala sejak pertama kali terpapar Omicron cenderung lebih cepat dari varian lain.

Berdasarkan data awal seperti publikasi Brandal, L. T., dkk., 2021 dan rilis Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), median masa inkubasi Omicron cenderung lebih singkat dibanding varian sebelumnya.

Ketiga, studi terbatas di Norwegia serta rilis technical briefing dari Inggris menyebutkan, gejala varian Omicron tidak spesifik namun disinyalir lebih ringan. Terutama, pada kelompok yang sudah memiliki kekebalan.

WHO dan CDC merekomendasikan tindakan preventif sebagai upaya kunci. Sebab, pada kelompok rentan masih bisa menyebabkan gejala yang parah bahkan kematian.

Keempat, beberapa hasil studi terbaru termasuk publikasi Lewnard, J. A., dkk., 2022, serta studi di Denmark, Afrika Selatan, Inggris, Kanada, dan AS menunjukkan, angka rawat inap di rumah sakit Omicron lebih rendah dibandingkan dengan Delta.

Namun, meskipun Omicron dianggap tidak akan banyak memerlukan perawatan intensif, jika kasus naik tinggi terus menerus bakal membebani sistem kesehatan secara nasional akibat permintaan pelayanan di rumahsakit meningkat.

Terlebih pula, tingginya penularan bisa menempatkan populasi rentan dalam situasi yang lebih berisiko.

Kelima, varian Omicron bisa menular pada orang yang pernah terinfeksi sebelumnya. Karena, dapat menghindari kekebalan yang telah terbentuk akibat varian lainnya.

WHO dalam rilisnya menyebutkan, fenomena ini telah teramati dari hasil studi di Afrika Selatan, Denmark, Israel, dan Inggris.

“Karenanya, bagi yang pernah terinfeksi tidak boleh abai protokol kesehatan dan harus tetap divaksin sesuai prosedur yang telah ditetapkan Kementerian Kesehatan,” ungkap Wiku.

Ilustrasi virus corona. [Foto: Reuters]

Keenam, sejauh ini, varian Omicron masih terdeteksi dengan alat diagnostik RT-PCR maupun rapid antigen.

Meskipun demikian, hingga saat ini, sensitivitas rapid antigen masih terus ditelaah, seperti hasil studi terbatas Adamson, R., dkk., 2022.

Oleh sebab itu, orang dengan hasil rapid antigen negatif, terutama yang bergejala dan kontak erat, sebaiknya tetap melakukan tes PCR dan isolasi mandiri.

Ketujuh, berbagai studi yang dirangkum oleh WHO menyebutkan, vaksin berkurang efektivitasnya, namun masih banyak berperan dalam mencegah keparahan gejala dan kematian. Tambah lagi, infeksi virus corona akan lebih efektif dicegah dengan vaksin booster.

Selain itu, imunitas seluler atau non-antibodi masih memproteksi kuat terhadap varian Omicron hingga 70%-80%. Imunitas seluler terbentuk baik pada orang yang pernah tertular maupun yang sudah divaksin.

Kedelapan, WHO menyatakan, tidak ada dampak signifikan pada efektivitas pengobatan yang sudah dipakai untuk menangani kasus Covid-19 saat ini. Obat yang dipakai untuk varian sebelumnya masih efektif digunakan untuk Omicron.

LIHAT ARTIKEL ASLI

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Loading…

0

Comments

0 comments

Banyak Orang Hidup dengan Kondisi Jantung Mematikan, Ini Gejalanya

Menkes: Seluruh Jawa dan Bali Terinfeksi Omicron, Ini Pola Penyebarannya!