in ,

Presiden Duterte Tolak Cabut Pembatasan COVID-19 di Filipina Tanpa Peluncuran Vaksin

Grup Riset Octa yang berbasis di Universitas Filipina pada hari Minggu, 21 Februari 2021, telah memperingatkan bahwa Metro Manila dapat melihat infeksi meningkat menjadi 2.400 sehari jika pembatasan dicabut sebelum waktunya.

CakapCakapCakap People! Presiden Filipina Rodrigo Duterte pada hari Senin, 22 Februari 2021, menolak seruan satuan tugas pandemi negaranya sendiri untuk melonggarkan pembatasan karantina untuk menghidupkan kembali ekonomi yang macet, kecuali jika pemerintah bisa meluncurkan vaksin.

“Tidak ada peluncuran vaksin, tidak ada MGCQ,” kata pembantu terdekat Duterte, Senator Bong Go, dalam pesan teks kepada wartawan, seperti dikutip The Straits Times.

Pembatasan karantina atau yang disebut sebagai Modified General Community Quarantine (MGCQ) telah ditetapkan di Filipina sejak lockdown diberlakukan tiga bulan awal tahun lalu.

FOTO: REUTERS

Juru bicara Duterte, Harry Roque, kemudian mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Duterte “memberikan premi yang lebih tinggi untuk kesehatan dan keselamatan publik” atas ekonomi.

Tetapi dengan peluncuran vaksinasi yang belum berhasil dilakukan, sehingga tidak pasti kapan pembatasan COVID-19 bisa dilonggarkan.

Badan Pengawas Obat dan Makanan negara itu pada hari Senin mengumumkan bahwa mereka telah mengizinkan penggunaan darurat vaksin yang diproduksi oleh Sinovac China.

Sinovac telah berjanji untuk menyumbangkan 600.000 dosis awal vaksinnya, tetapi tidak tahu kapan pastinya vaksin itu akan tiba di Filipina.

Seorang juru bicara Kementerian Kesehatan mengatakan “rincian spesifik mengenai tanggal dan volume pengiriman [vaksin] saat ini sedang diselesaikan”.

Sinovac telah berkomitmen untuk mengirimkan total sekitar 25 juta dosis tahun ini ke Filipina, dengan pengiriman 2 juta sebulan. Tetapi sekali lagi, tidak ada kesepakatan pasokan yang menjamin tanggal pengiriman untuk suntikan ini.

Filipina telah mengharapkan pengiriman lebih dari 100.000 dosis dari Pfizer bulan ini. Tetapi pengiriman itu ditunda atas permintaan dari Pfizer karena undang-undang ganti rugi mengisolasinya dari gugatan class action atau pertanyaan pemerintah yang dapat timbul dari efek merugikan dengan penggunaan vaksinnya.

Sinovac, di sisi lain, tidak memberikan persyaratan seperti itu, menurut Roque. Tetapi dengan tingkat kemanjuran yang meningkat dari 50,4 persen menjadi 91,2 persen untuk Sinovac, regulator mengatakan mereka tidak merekomendasikan penggunaan vaksin untuk petugas kesehatan dan mereka yang berusia 60 tahun ke atas.

Hal itu memperumit peluncuran vaksin di Filipina, karena staf rumah sakit dan para lansia harus diinokulasi terlebih dahulu.

Ilustrasi virus corona. [Foto: Reuters]

Satuan tugas yang mengawasi upaya pemerintah untuk memerangi COVID-19 telah menyarankan Duterte untuk lebih melonggarkan pembatasan, bahkan ketika para ahli melaporkan sedikit peningkatan dalam kasus COVID-19 di ibu kota dan para pejabat mengungkap varian virus corona yang lebih menular.

Dengan melonggarkan pembatasaan, itu berarti mengizinkan lebih banyak orang di gereja, pusat kebugaran, ruang konferensi, dan arena internet dan permainan. Bioskop bisa dibuka kembali, konser bisa digelar lagi, dan lebih banyak pekerja bisa kembali ke kantor mereka.

“Saya pikir kami siap karena setelah satu tahun kami telah menjaga tingkat infeksi kami tetap dapat dikendalikan, yang berarti itu tidak membebani sistem perawatan kesehatan,” Sekretaris Kesehatan Francisco Duque mengatakan kepada CNN Filipina, Senin, 22 Februari 2021.

Dia mengatakan keputusan untuk lebih melonggarkan pembatasan dimaksudkan untuk menghidupkan kembali 95 persen ekonomi.

Tetapi para ahli kesehatan masyarakat mengatakan mungkin terlalu dini untuk melonggarkan pembatasan, karena Metro Manila telah melihat lebih banyak infeksi COVID-19.

Grup Riset Octa yang berbasis di Universitas Filipina pada hari Minggu, 21 Februari 2021, telah memperingatkan bahwa Metro Manila dapat melihat infeksi meningkat menjadi 2.400 sehari jika pembatasan dicabut sebelum waktunya.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Loading…

0

Comments

0 comments

Penasehat Keamanan AS: WHO Harus Gali Lebih Dalam Tentang Asal Usul Virus Corona

AS Berduka Atas 500.000 Nyawa yang Hilang Akibat COVID-19: Bagaimana Situasi Pandemi Berubah?