in ,

Penanganan COVID-19 di Swedia, Raja Carl XVI Gustaf: ‘Kami Telah Gagal’

Ini merupakan intervensi langka dari Raja Swedia yang tugasnya sebagian besar bersifat seremonial

CakapCakapCakap People! Raja Swedia mengatakan, negaranya telah gagal dalam penanganan COVID-19, dalam kritik tajam terhadap kebijakan pandemi yang sebagian disalahkan atas tingginya angka kematian di kalangan lansia.

Raja Carl XVI Gustaf, yang putra dan menantunya dinyatakan positif COVID-19 bulan lalu, menggunakan acara TV Natal tahunan kerajaan khusus untuk menyoroti dampak yang semakin besar dari pandemi virus corona tersebut.

Ini merupakan intervensi langka dari Raja Swedia yang tugasnya sebagian besar bersifat seremonial.

Swedia telah menonjol dari sebagian besar negara di dunia dengan menghindari penguncian dan kewajiban menggunakan masker, lalu membiarkan sekolah, restoran, serta bisnis yang sebagian besar tetap buka dan mengandalkan terutama pada jarak sosial sukarela dan rekomendasi kebersihan untuk memperlambat penyebaran virus corona.

Raja Swedia, Carl XVI Gustaf. [Foto: famagusta-gazette.com]

Sebuah komisi resmi mengatakan pada Selasa, 15 Desember 2020, bahwa kekurangan sistemik dalam perawatan lansia ditambah dengan tindakan yang tidak memadai dari pemerintah dan badan-badan telah berkontribusi pada tingginya angka kematian di panti jompo Swedia.

“Saya yakin, kami telah gagal,” kata Raja Swedia dalam kutipan dari program yang disiarkan oleh SVT pada Rabu, 16 Desember 2020, yang lengkapnya akan tayang pada Senin, 21 Desember, seperti dilansir dari Reuters.

“Kami telah mengalami banyak kematian dan itu mengerikan. Itu adalah sesuatu yang membuat kami semua menderita,” ujarnya.

Swedia telah mencatat lebih dari 7.800 kematian akibat virus corona, tingkat per kapita yang jauh lebih tinggi dari negara tetangganya di Nordik tetapi lebih rendah dibanding di Inggris, Italia, Spanyol, atau Prancis, yang semuanya memilih untuk memberlakukan lockdown.

Raja berusia 74 tahun itu tidak memiliki kekuatan politik formal dan jarang berkomentar tentang masalah saat ini dan politik, meskipun ia telah berbicara kepada warganya untuk memberikan semangat selama wabah.

Pada musim semi, tanggapan pemerintah terhadap pandemi didukung secara luas oleh warga Swedia dengan melakukan kegiatan seperti biasa tanpa melakukan kuncian sementara sebagian besar negara Eropa melakukan penguncian.

Swedia telah mencatat lebih dari 350.000 kasus infeksi, jauh lebih banyak dari negara tetangganya Skandinavia.

Tetapi meningkatnya jumlah kematian – terutama di antara penghuni panti jompo – telah menuai kritik yang meningkat.

Ilustrasi pakai masker. [Foto via Pixabay]

Melansir BBC News, Perdana Menteri Swedia Stefan Lofven mengatakan dia setuju dengan pernyataan raja.

“Tentu saja fakta bahwa begitu banyak yang meninggal tidak bisa dianggap sebagai kegagalan,” kata Lofven kepada wartawan.

Mengacu pada strategi pemerintah, Lofven menambahkan bahwa “ketika kita melalui pandemi itulah kesimpulan yang sebenarnya dapat ditarik”.

Alih-alih mengandalkan sanksi hukum, Swedia hanya mengimbau rasa tanggung jawab warga dan kewajiban sipil, dan hanya mengeluarkan rekomendasi. Tidak ada sanksi jika diabaikan.

Swedia tidak pernah memberlakukan penguncian nasional atau mewajibkan pemakaian masker, dan bar serta restoran tetap buka.

Namun, awal pekan ini, sekolah di seluruh wilayah Stockholm diminta untuk beralih ke pembelajaran jarak jauh untuk anak usia 13 hingga 15 tahun untuk pertama kalinya sesegera mungkin. Langkah itu diumumkan sebagai tanggapan atas meningkatnya kasus COVID-19 di negara itu.

Ini terjadi seminggu setelah keputusan nasional pada 7 Desember untuk beralih ke pembelajaran jarak jauh bagi mereka yang berusia di atas 16 tahun.

Dan pada hari Senin, rekomendasi jarak sosial nasional yang baru untuk periode Natal mulai berlaku, menggantikan pedoman khusus kawasan yang serupa.

Masyarakat Swedia disarankan untuk bertemu maksimal delapan orang, berkumpul di luar ruangan jika memungkinkan, dan menghindari bepergian dengan kereta atau bus.

Larangan resmi pertemuan publik lebih dari delapan orang tetap ada, mempengaruhi acara seperti konser, pertandingan olahraga dan demonstrasi.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Loading…

0

Comments

0 comments

Mulai 21 Desember, Twitter Bakal Hapus Tweet Teori Konspirasi Menyesatkan Tentang Vaksin COVID-19

Muncul Klaster Baru COVID-19 di Northern Beaches Sydney, Ratusan Ribu Warga Didesak Tinggal di Rumah