in ,

Hadapi Konflik Lawan China, Taiwan Putar Musik Tanpa Henti Sejak Akhir 1970-an di Sebuah Pulau Kecil

Selama 24 jam sehari, setiap hari selama lebih dari dua dekade, deretan pengeras suara yang berdiri setinggi 10 meter dan dibangun menghadap garis pantai China.

CakapCakapCakap People! Memutar musik adalah salah satu strategi yang digunakan oleh pemerintah Taiwan dalam perang propaganda melawan China di Pulau Quemoy atau yang juga dikenal sebagai Kinmen.

Mengutip laporan BBC, selama 24 jam sehari, setiap hari selama lebih dari dua dekade, deretan pengeras suara yang berdiri setinggi 10 meter dan dibangun menghadap garis pantai China.

Musik yang diputar otoritas Taiwan mengantarkan berbagai ‘gempuran irama’ kepada penduduk Xiamen di China daratan. Taiwan menyetel lagu-lagu Taiwan dan juga pidato yang mengundang tentara China untuk membelot.

Otoritas Taiwan memutar musik dan pidato tersebut dari Tembok Siaran Beishan. Ini adalah sebuah bangunan beton dengan 48 pengeras suara yang bisa mengantarkan suara hingga sejauh 25 kilometer, yakni ke Xiamen.

Hadapi Konflik Lawan China, Taiwan Putar Musik Tanpa Henti Sejak Akhir 1970-an di Sebuah Pulau Kecil
Ilustrasi Taiwan [Foto: Anadolu Agency]

Dari wilayah mereka, China membalas Taiwan dengan metode yang sama: menggunakan pengeras suara.

Perang psikologis yang aneh ini, yang melelahkan penduduk di kedua sisi, berlangsung setelah tahun 1979. Pada saat itu, Amerika Serikat secara resmi mengakui eksistensi pemerintahan Komunis China. Pengakuan tersebut sejak saat itu mengubah keseimbangan kekuatan di kawasan itu.

Kepulauan kunci

Kepulauan Quemoy terdiri dari banyak pulau-pulau kecil. Kawasan ini terletak kurang dari 10 kilometer dari garis pantai China dan berada di bawah kedaulatan Taiwan sejak pasukan nasionalis Chiang Kai-shek diusir dari daratan oleh pihak komunis pimpinan Mao Zedong pada tahun 1949.

Pada tahun yang sama, pertempuran berdarah terjadi di pantai wilayah itu, di mana Kuomintang berhasil menghentikan pasukan komunis yang berusaha merebut Taiwan. Status quo yang terbentuk kemudian berlanjut hingga hari ini.

Pulau-pulau itu, bagaimanapun, merupakan tempat bentrokan baru antara pihak nasionalis dan komunis selama krisis Selat Taiwan berikutnya pada tahun 1954 dan 1958.

Setelah konfrontasi ini, China dan Taiwan saling menyerang dengan bom selama dua dekade pada hari yang bergantian. Kaum komunis akan menembak pada tanggal ganjil dan kaum nasionalis pada tanggal genap.

Seorang pengawal kehormatan militer memegang bendera nasional Taiwan saat menghadiri upacara pengibaran bendera di Chiang Kai-shek Memorial Hall, di Taipei, Taiwan 16 Maret 2018. [Foto: REUTERS/Tyrone Siu/File Photo]

Meskipun saling balas serangan ini menggunakan amunisi tempur dan, pada periode itu, sasaran militer terkena dan tentara terbunuh, sebagian besar “bom” juga berisi selebaran propaganda.

Selebaran itu antara lain menampilkan foto-foto Chiang Kai-shek yang tersenyum dan mengundang penduduk China untuk membelot, foto-foto tentara yang melarikan diri dari China dengan berenang ke Quemoy, dan bahkan – yang mengejutkan – pasangan-pasangan muda Taiwan yang merayakan pernikahan mereka.

Bahan propaganda itu, dan hadiah-hadiah kecil seperti sabun batangan, juga mencapai daratan melalui balon-balon yang dilepas dari Quemoy yang diisi pengatur waktu sehingga ketinggiannya akan berkurang saat mereka berada di atas Xiamen. Atau dalam botol bir, yang dibuang ke laut dari pulau sehingga mereka mencapai daratan.

Propaganda juga disiarkan tanpa henti melalui gelombang radio.

Klik DI SINI untuk meneruskan membaca, Cakap People!

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Loading…

0

Comments

0 comments

Daftar Sekolah Termahal di Indonesia, Ada yang Tembus Rp1 Miliar?

Daftar Sekolah Termahal di Indonesia, Ada yang Tembus Rp1 Miliar?

Ahli Diet: 6 Makanan Ini Bantu Perlambat Penuaan Setelah 50 Tahun