in ,

COVID-19 Menyebar Cepat, Para Pemimpin Seluruh Dunia Ini Memohon Warganya untuk Tinggal di Rumah

Orang-orang menyebut mereka yang mengabaikan bahaya virus corona tersebut sebagai “covidiots.”

CakapCakapCakap People! Ketika kasus-kasus COVID-19 terus menyebar dengan cepat, para pejabat kesehatan dan para pemimpin di seluruh dunia meminta warga untuk tetap tinggal di dalam rumah mereka dan menjaga jarak sosial (social distancing).

Melansir CNN, Selasa, 24 Maret 2020, orang-orang marah di media sosial terhadap mereka yang tampak tak peduli COVID-19, berbagi gambar jalan-jalan yang sibuk dan tempat-tempat wisata, dan menyebut mereka yang mengabaikan bahaya virus corona tersebut sebagai “covidiots.” Wisatawan telah membanjiri komunitas terpencil, menimbulkan kekhawatiran bahwa rumah sakit kecil dapat dengan cepat mencapai kapasitas.

Orang-orang yang mengenakan masker pelindung antri untuk diperiksa suhunya di luar gedung perkantoran di kawasan pusat bisnis Singapura, pada hari Senin, 10 Februari 2020. [Fotografer: SeongJoon Cho / Bloomberg]

Italia: Wabah COVID-19 di Italia adalah yang paling mematikan di dunia, dan para pejabat turun ke media sosial dan memarahi warganya yang pergi keluar rumah meskipun ada perintah untuk tetap tinggal.

“Pulanglah, ini bukan film di TV, ini darurat nasional!,” kata Antonio Decaro, Walikota Bari, menekankan kepada warganya pekan lalu. 

“Pulanglah, kamu tidak bisa bermain tenis, beralihlah ke Playstations,” katanya.

Dilaporkan, lebih dari 80.000 warga di Italia  tidak mematuhi lockdwon atau karantina wilayah atas pembatasan darurat COVID-19 yang diberlakukan di negara tersebut.

Kanada: Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau menyampaikan pesan untuk warga Kanada yang mengabaikan nasihat sosial: “Cukup sudah. ​​Pulang dan tinggal lah di rumah.”

“Jika Anda memilih untuk mengabaikan saran itu, jika Anda memilih untuk berkumpul dengan orang-orang atau pergi ke tempat-tempat ramai, Anda tidak hanya menempatkan diri Anda dalam risiko, Anda juga menempatkan orang lain dalam risiko,” katanya.

Inggris: Perdana Menteri Boris Johnson meningkatkan respon negaranya dan pada dasarnya menempatkan negara itu di bawah aturan  lockdown setelah akhir pekan terlihat banyak orang berbondong-bondong ke taman, pantai, dan daerah pedesaan.

“Anda seharusnya tidak bertemu dengan teman. Jika teman meminta Anda untuk bertemu, Anda harus mengatakan ‘Tidak.’ Anda tidak boleh bertemu dengan anggota keluarga yang tidak tinggal serumah dengan Anda, “katanya.

Johnson menambahkan polisi akan menegakkan aturan dengan membubarkan pertemuan publik dan mengenakan denda.

Petugas kesehatan yang mengenakan pelindung mengevakuasi warga dari gedung perumahan umum di Hong Kong. Foto: Tyrone Siu / Reuters

Amerika Serikat: Gubernur California Gavin Newsom mengatakan: “Ini adalah saat di mana kita perlu bicara langsung,” katanya kepada wartawan. “Sebagai individu dan sebagai komunitas, kita perlu berbuat lebih banyak untuk memenuhi momen ini.”

Walikota Los Angeles, Eric Garcetti berkata, “Akhir pekan ini kami melihat terlalu banyak orang memadati pantai, jalan setapak dan taman.” 

Dia mengatakan warga harus memperhatikan penutupan dan tinggal di rumah. “Itu tidak berarti berkumpul di tempat lain. Ini serius. Tetap di rumah dan selamatkan nyawa.”

Walikota Miami-Dade, Carlos Gimenez mengatakan, “Saya kecewa melihat foto dan video di media sosial, orang-orang  yang berdekatan dan sekelompok besar orang berkumpul.”

“Kita dalam keadaan darurat, dan saya tidak bisa cukup menekankan perlunya tanggung jawab pribadi.”

Comments

One Ping

  1. Pingback:

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Loading…

0

Comments

0 comments

COVID-19: Nipah Mall & Mall Ratu Indah Makassar Ditutup Mulai 25 Maret 2020

Dokter: Kehilangan Indera Penciuman & Rasa Bisa Jadi Petunjuk Khusus Gejala COVID-19