CakapCakap – Cakap People! Aktivitas jalan kaki belakangan ini mulai berkembang sebagai sebuah tren baru dengan berbagai pendekatan unik yang menarik perhatian publik. Hadirnya tren ini turut menjadi fenomena yang menunjukkan bahwa kesadaran akan pentingnya aktivitas fisik ringan dan menjadikan jalan kaki sebagai pilihan populer yang menyenangkan dan mudah dilakukan.

Dirangkum dari berbagai sumber, berikut tiga tren jalan kaki dan manfaatnya untuk kesehatan tubuh:
1. Japanese Walking
Dilansir dari situs informasi kesehatan asal New York, Health, salah satu tren baru di media sosial adalah Japanese walking atau dikenal juga sebagai interval walking. Tren ini hadir sebagai alternatif dari target lama dalam berjalan kaki, yakni sebanyak 10.000 langkah per hari.
Teknik ini menggabungkan jalan cepat selama tiga menit, lalu diselingi jalan lambat selama tiga menit, dan diulang sebanyak lima kali hingga total 30 menit. Metode ini pertama kali dikenalkan lewat penelitian di Jepang pada 2007 yang menunjukkan manfaat signifikan bagi kebugaran, seperti peningkatan kekuatan otot, daya tahan tubuh, dan penurunan tekanan darah.
Studi yang dipublikasikan di The Faseb Journal pada 2018 mencatat peningkatan 20 persen kekuatan kaki dan 40 persen kapasitas olahraga maksimal bagi mereka yang rutin melakukannya selama satu dekade. Para peneliti menyimpulkan bahwa para peserta telah terlindungi dari penurunan kebugaran fisik yang berkaitan dengan usia. Bahkan mereka yang tidak dapat mempertahankan latihan selama 10 tahun pun mengalami peningkatan sebagian.
Selain manfaat fisik, interval walking juga disebut mampu membakar lebih banyak kalori dan lemak dibanding jalan biasa. Intensitas yang bergantian memberi efek serupa seperti latihan kardio, tanpa harus melakukan olahraga berdampak tinggi seperti lari. Teknik ini juga direkomendasikan bagi mereka yang mengalami stagnasi penurunan berat badan. Meski demikian, penting untuk memulai dengan jalan biasa terlebih dahulu, terutama bagi orang dengan kondisi kesehatan tertentu.
2. Silent Walking
Tren silent walking pernah ramai diperbincangkan di media sosial sebagai cara baru menikmati jalan kaki tanpa gangguan suara dari musik, podcast, atau percakapan. Menurut laman Verywell Health, metode ini mendorong seseorang untuk fokus pada diri sendiri, suasana sekitar, dan pengalaman saat ini, mirip dengan praktik mindful walking atau meditasi berjalan.
Meski riset ilmiah tentang manfaat spesifik silent walking masih terbatas, berbagai penelitian menunjukkan bahwa berjalan sambil bermeditasi dapat meredakan stres, memperbaiki suasana hati, serta meningkatkan kekuatan fisik dan fungsi kognitif. Beberapa studi yang dikutip oleh situs informasi asal New York itu bahkan menemukan bahwa kombinasi antara meditasi dan berjalan lebih efektif dalam mengurangi kecemasan dibandingkan dilakukan secara terpisah.
Selain menenangkan pikiran, silent walking juga dinilai bermanfaat bagi kesehatan otak dan kebugaran secara keseluruhan. Namun efektivitasnya sangat bergantung pada preferensi masing-masing individu. Bagi sebagian orang, kesunyian justru dapat memicu pikiran negatif atau kecemasan sehingga alternatif seperti mendengarkan musik atau berbincang ringan bisa jadi pilihan yang lebih menyehatkan secara emosional.
Sehingga tidak ada pendekatan yang benar atau salah. Entah berjalan dalam hening atau dengan iringan suara, keduanya dapat menjadi sarana refleksi diri dan perawatan kesehatan mental bila dilakukan secara sadar.
3. 6-6-6 Walking Trend
Tren jalan kaki 6-6-6 saat ini tengah naik daun sebagai alternatif olahraga ringan namun efektif untuk menurunkan berat badan dan meningkatkan kebugaran. Dikutip dari Healthline, sesuai namanya, konsep olahraga ini menggabungkan tiga angka enam, yaitu berjalan selama 60 menit pada pukul 6 pagi atau 6 sore, diawali dengan pemanasan 6 menit dan diakhiri dengan pendinginan selama 6 menit. Metode ini sederhana namun terstruktur yang dirancang agar mudah dijalani oleh mereka yang memiliki jadwal padat namun tetap ingin aktif bergerak.
Menurut Milica McDowell, seorang ahli fisiologi olahraga bersertifikat dan wakil presiden operasi di Gait Happens, menyebutkan bahwa berjalan dalam zona detak jantung kedua, sekitar 50 persen dari detak jantung maksimal, dapat membantu tubuh membakar lemak lebih efisien serta menekan risiko berbagai penyakit.
Jalan kaki juga lebih ramah sendi dibanding lari atau olahraga berdampak tinggi lainnya yang menjadikannya pilihan ideal untuk lansia atau mereka dengan keterbatasan fisik. Selain manfaat fisik, rutinitas ini turut berkontribusi pada peningkatan kesehatan mental, kualitas tidur, fungsi kognitif, serta mengurangi risiko penyakit jantung, diabetes, hingga demensia.
Dengan komitmen berjalan 150 menit per minggu, seperti yang direkomendasikan American Heart Association, konsep jalan kaki 6-6-6 dapat menjadi pilihan sederhana sebagai upaya memberikan dampak besar bagi kesehatan secara menyeluruh.