in ,

Berapa Besaran Gaji Tentara Asing Rekrutan Rusia Seperti Satria Kumbara?

Rusia diketahui merekrut ribuan tentara asing dari berbagai negara

CakapCakap Cakap People! Nama Satria Arta Kumbara, mantan anggota Marinir TNI Angkatan Laut, menjadi sorotan publik usai muncul dalam sebuah video yang menyatakan keinginannya kembali menjadi warga negara Indonesia (WNI) setelah bergabung sebagai tentara relawan di Rusia.

Dalam video yang beredar luas, Satria mengaku tidak mengetahui bahwa kontrak yang ia tandatangani dengan Kementerian Pertahanan Rusia menyebabkan pencabutan status kewarganegaraan Indonesianya.

Ia kini memohon kepada Presiden Prabowo Subianto, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, dan Menteri Luar Negeri Sugiono agar bisa pulang ke Tanah Air. Namun, kisah Satria bukanlah satu-satunya.

Berapa Besaran Gaji Tentara Asing Rekrutan Rusia Seperti Satria Kumbara?
Satria Arta Kumbara, mantan prajurit Marinir yang bergabung dengan tentara Rusia (Istimewa)

Rusia diketahui merekrut ribuan tentara asing dari berbagai negara seperti Nepal, India, Somalia, dan beberapa negara Afrika lainnya untuk berperang di Ukraina.

Sebagian besar dari mereka bukanlah prajurit profesional, melainkan pekerja migran yang dijanjikan gaji tinggi, izin tinggal, bahkan kewarganegaraan Rusia hanya dengan satu tahun masa dinas.

Gaji dan insentif yang ditawarkan

Berapa gaji tentara asing yang bekerja untuk Rusia seperti Satria Kumbara?

Berdasarkan informasi dari beberapa laporan investigatif dan pengakuan para pekerja migran yang berhasil keluar dari medan tempur, tentara asing dijanjikan bayaran yang bervariasi namun tergolong tinggi untuk standar negara asal mereka.

Mengutip dari Deutsche Welle, gaji tentara bayaran asing yang bekerja untuk Rusia berkisar antara US$2.000 hingga US$2.500 (setara antara Rp32 juta hingga Rp40 juta) per bulan.

Besaran itu berdasarkan pengakuan warga Sri Lanka, Walasmulla, yang dijanjikan gaji US$2.300 per bulan untuk menjadi tentara bayaran Rusia.

Ia mengaku mendapat bayaran awal US$2.000 saat pertama kali bergabung dengan pasukan Rusia di medan tempur lawan Ukraina. Pengakuan Walasmulla disampaikan saat ia ditahan pasukan Ukraina setelah mengalami luka serius.

Namun, kenyataannya banyak dari mereka tidak menerima gaji penuh, atau bahkan sama sekali tidak dibayar.

Beberapa di antaranya justru terjebak utang besar karena harus membayar agen perekrut hingga US$9.000 atau sekitar Rp145 juta hanya untuk visa dan tiket ke Rusia.

Sementara itu, pelatihan militer yang diberikan sangat singkat, sekitar dua minggu, dengan bahasa pengantar yang tidak mereka pahami, yaitu bahasa Rusia.

Menurut laporan dari Moscow Times dan Kyiv Independent, agen-agen perekrut menjanjikan gaji besar kepada pria-pria dari negara-negara seperti Sri Lanka, Indonesia, India, dan Nepal.

Kremlin sendiri tidak pernah mengonfirmasi laporan-laporan tersebut.

Disebutkan pula bahwa para tentara asing ini tidak bergabung dalam kelompok tentara bayaran seperti Wagner, melainkan dimasukkan langsung ke dalam struktur tentara reguler Rusia.

“Mereka perlu memenangkan perang dan mencapai tujuan militer mereka, dan cara terbaik untuk melakukannya adalah mempekerjakan tentara bayaran murah dari negara-negara Global Selatan yang bersedia berperang dan mati bersama orang Rusia,” ujar Mark Hanna, peneliti senior di Institute for Global Affairs.

Modus Perekrutan dan realitas di medan tempur

Para agen perekrut menggunakan berbagai cara, mulai dari promosi di media sosial seperti YouTube, hingga alasan pekerjaan aman di Moskow. Namun banyak yang akhirnya diseret ke garis depan sebagai “umpan meriam”.

Sejumlah tentara asing juga direkrut dari dalam penjara dengan janji hukuman pidana akan dihapus.

Sebagian besar dari mereka tidak ditempatkan dalam unit khusus, melainkan digabungkan dengan pasukan Rusia, tanpa bantuan bahasa maupun medis.

Banyak dari mereka terluka parah atau tewas tanpa adanya bantuan. Pemerintah negara asal pun kesulitan memulangkan jenazah, seperti yang dialami oleh keluarga tentara asal Nepal.

Jumlah korban tewas akibat perang di Ukraina pun terus meningkat.

Menurut laporan Wall Street Journal, jumlah total tentara dan warga sipil yang tewas atau terluka dari kedua belah pihak telah mencapai satu juta orang.

Satria Kumbara dalam jebakan serupa?

Dalam konteks ini, kasus Satria Kumbara memperlihatkan pola serupa.

Sebagai mantan anggota Marinir TNI AL, ia menjadi tentara asing dalam struktur militer Rusia, diduga karena janji keuntungan ekonomi yang lebih baik.

Namun, tanpa pemahaman hukum dan bahasa, serta dalam kondisi perang yang brutal, ia kini justru kehilangan kewarganegaraan dan ingin kembali ke Indonesia.

Pemerintah Indonesia sendiri hingga saat ini belum menyatakan secara resmi sikap mereka terhadap permohonan Satria.

Namun, pihak Kementerian Luar Negeri dan TNI telah menyebut akan mengecek lebih lanjut status hukum dan administratifnya.

Gaji tentara asing seperti Satria Kumbara di Rusia memang secara nominal tampak menarik perhatian karena bisa mencapai dua puluhan juta rupiah per bulan. Namun, risiko yang dihadapi sangat besar: mulai dari eksploitasi, penipuan, hingga kehilangan nyawa.

Seperti yang dialami oleh banyak pekerja migran dari Nepal dan India, kenyataan di medan perang jauh dari janji manis agen perekrut.

Kini, Satria Kumbara menjadi wajah dari dilema yang dihadapi banyak tentara asing di Rusia, dijanjikan banyak hal, kehilangan kewarganegaraan, dan akhirnya mencari jalan pulang yang belum tentu terbuka.

 

CNN INDONESIA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Korea Utara Tangkap 4 Pemuda Gegara Pakai Bahasa Gaul Korea Selatan

Korea Utara Tangkap 4 Pemuda Gegara Pakai Bahasa Gaul Korea Selatan

Kamboja-Thailand Perang, Ini Imbauan KBRI untuk Warga Negara Indonesia

Kamboja-Thailand Perang, Ini Imbauan KBRI untuk Warga Negara Indonesia