CakapCakap – Cakap People! Turbulensi sering terjadi selama penerbangan. Kondisi ini dapat menyebabkan pesawat berguncang, dapat terasa sangat tidak nyaman dan berujung pada ketakutan. Kadang terjadi selama beberapa menit, namun sering juga terjadi beberapa kali selama penerbangan.
Memang turbulensi bisa terasa sangat menganggu, namun sebagian besar kasus sebenarnya tidak berbahaya. Menurut seorang mantan pilot ada tiga kesalahan yang dilakukan penumpang yang sebenarnya dapat memperburuk keadaan. Pertama, mengabaikan satu peringatan yang dapat membahayakan diri mereka sendiri.
Mengabaikan peringatan

Richard Wells mantan pilot maskapai penerbangan komersial mengatakan penumpang sering kali membuka sabuk pengaman hanya karena tanda ‘kencangkan sabuk pengaman’ mati. “Hanya karena lampu mati bukan berarti penerbangannya lancar. Saya pernah melihat penumpang terlempar ke atas saat pesawat turun tiba-tiba karena mereka tidak mengenakan sabuk pengaman,” ujarnya kepada Ski Vertigo seperti dilansir dari Mirror.
Turbulensi terjadi saat pesawat menghantam arus angin kencang yang dapat mendorong atau menarik pesawat. Sebagian besar waktu, turbulensi dapat dideteksi oleh radar, tetapi ada juga yang tidak terdeteksi, dan sebab itu dapat terjadi tanpa peringatan bahkan saat langit tampak cerah. Jadi, jika idak mengenakan sabuk pengaman, mungkin akan lebih terombang-ambing daripada penumpang lainnya.
Sebagian besar pilot menyarankan untuk selalu mengenakan sabuk pengaman dengan longgar saat duduk, tidak hanya saat turbulensi atau pengumuman. Faktanya, data menunjukkan bahwa sebagian besar cedera akibat turbulensi melibatkan penumpang atau awak yang tidak terlindungi.
Keluar dari tempat duduk

Kesalahan kedua adalah keluar dari tempat duduk saat turbulensi. Beberapa orang kadang mengabaikan peringatan dan pergi ke toilet, atau mengambil sesuatu dari tempat penyimpanan yang ada di atas kepala. Jika perlu pindah, misalnya karena alasan medis, sebaikknya menunggu arahan dari kru
“Jika tanda sabuk pengaman menyala, jangan bangun—tidak peduli seberapa cepat Anda pikir itu akan terjadi. Kami pernah melihat orang kehilangan keseimbangan, menabrak orang lain, atau tertimpa benda yang jatuh dari kompartemen,” ujar pria 54 tahun itu.
Panik

Terakhir kesalahan yang sering dilakukan adalah panik. Tentu saja saat turbulensi terjadi bisa menakutkan, tetapi panik tidak akan membantu. Justru dapat memperburuk keadaan. “Turbulensi terasa dramatis, tetapi pesawat dirancang untuk mengatasinya. Secara struktural, itu tidak lebih dari sekadar hambatan di jalan,” katanya.
Kalau penumpang berteriak atau panik akan menyebabkan ketegangan di dalam kabin. Dia menyarankan untuk bernapas dalam-dalam, merilekskan postur tubuh, dan mengalihkan perhatian dengan musik, buku, atau percakapan ringan. Jika terjadi turbulensi yang lebih parah, sandarkan tubuh dengan lembut di kursi depan jika disarankan, dan selalu ikuti instruksi kru.
Dengan mengencangkan sabuk pengaman dan mendengarkan kru, hal itu dapat meminimalisir stres. Jika menghadapi perjalanan yang bergelombang, bukan berarti perlu langsung khawatir. “Pesawat dirancang untuk menghadapi turbulensi yang jauh lebih buruk daripada yang dialami sebagian besar penumpang Itu tidak berbahaya, itu tidak nyaman. Kuncinya adalah tetap tenang dan berkepala dingin, kata Richard.
Hal senada juga dikemukakan ramugari Kayleigh Weiver yang menyarankan agar tidak panik saat terjadi turbulensi. Dia menyarankan agar penumpang sebaiknya tetap memakai sabuk pengaman. Teman-teman, turbulensi sebenarnya tidak menakutkan dan juga bukan sesuatu yang tidak perlu kalian khawatirkan,” ujarnya seperti dikutip dari Express UK.