in ,

Warga Desa Pambusuang Upacara di Pinggir Pantai

Cakapcakap – Cakap People, merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan RI adalah momentum yang selalu ditunggu oleh warga Indonesia. Mulai dari awal Agustus, setiap daerah mulai mengadakan perhelatan kebersamaan yang melibatkan anak-anak hingga orang tua, menunjukkan kesatuan warga negara. Puncaknya di upacara bendera tanggal 17 Agustus, masyarakat diajak untuk menengok kembali sejarah Proklamasi negara kita, hingga akhirnya tahun ini sudah mencapai tahun kemerdekaan yang ke-73.

Berbeda dengan upacara di daerah lain, Masyarakat Desa Pambusuang, Kecamatan Balanipa, Kabupaten Polman, mempunyai cara tersendiri untuk merayakan 17-an. Puluhan masyarakat melaksanakan Upacara detik-detik Proklamasi di pesisir pantai. Kalau biasanya upacara dilaksanakan dipelataran yang rata ataupun di lapangan, mereka memilih melaksanakan upacara di pinggir pantai. Mengapa demikian?

Upacara bendera di pantai via https://www.google.co.id/url?sa=i&source=images&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjN1JbvrvncAhWIaCsKHZX6AvwQjRx6BAgBEAU&url=https%3A%2F%2Fregional.kompas.com%2Fread%2F2015%2F08%2F18%2F09143381%2FAnak-anak.Putus.Sekolah.Gelar.Upacara.HUT.RI.di.Pantai&psig=AOvVaw1aZAVIc-_fZPuzqB1Ms3Bn&ust=1534776690082920

Pasalnya proses pengibaran bendera merah putih dilaksanakan di atas sebuah perahu yang sedang berlayar di atas air. Pemilihan pantai sebagai lokasi upacara bendera tidak lepas dari pesan yang ingin disampaikan oleh masyarakat, yaitu agar masyarakat semakin sadar bahwa pantai adalah salah satu tempat yang harus dijaga kebersihannya. Kebersihan pantai adalah tanggung jawab bersama, sehingga menciptakan kenyamanan bagi para pengunjung.

Dalam upacara ini, pemerintah desa melibatkan santri, komunitas pemuda, nelayan, dan komponen masyarakat. Warga juga terlihat sangat antusias dengan upacara yang terbilang unik ini. Bertidak sebagai pembina upacara, Sayyid Fadhl Almahdaly, cendekiawan muslim setempat. Fadhl mengatakan bahwa kemerdekaan Indonesia bukanlah sesuatu yang gratis, tapi memerlukan perjuangan yang tidak mudah. Ada banyak raga dan tenaga yang harus dikorbankan saat itu. Selain itu, mereka yang berjuang tidak hanya berasal dari satu kelompok, satu agama, dan satu suku saja. Semua orang dari berbagai latar belakang berjuang untuk merebut kemerdekaan Indonesia dari penjajah.

Upacara bendera 17 Agustus di pantai via https://www.google.co.id/url?sa=i&source=images&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiZqMClrvncAhVMpI8KHUq7DRAQjRx6BAgBEAU&url=http%3A%2F%2Fmakassar.tribunnews.com%2F2018%2F08%2F18%2Fgugah-kesadaran-masyarakat-warga-desa-pambusuang-upacara-di-pinggir-pantai&psig=AOvVaw0ZHC5ZUj9T–NMljCO-A0-&ust=1534776537122229

Melalui kesempatan yang baik ini, Fadhl menyebutkan bahwa saat ini musuh kita di negara yang merdeka bukanlah penjajah lagi. Melainkan intoleran, radikalisme, dan semua hal yang memonopoli kesatuan bangsa. Banyak kasus yang meledak dan memecah belah bangsa, dan berasal dari masyarakat kita sendiri. Oleh sebab itu Cakap People, dari komunitas masyarakat terkecil sekalipun, kita harus saling menjaga toleransi sebagai bangsa yang satu. [YN]

This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!

Begini Cara Cerdas Menghemat Uang Makan Saat Liburan di Jepang

Awas! 5 Kebiasaan Sepele Ini Bisa Tingkatkan Risiko Demensia