in

Tanpa Sadar Kamu adalah Pelaku Mom-Shaming Jika Lakukan Ini!

Cakapcakap – Cakap People! Menjadi seorang ibu memang tak mudah. Banyak tantangan yang harus dihadapi. Namun, masih banyak orang yang tak memahami betapa tak mudahnya menjadi seorang ibu.

Mereka hanya dapat berkomentar cara seorang ibu membesarkan anaknya bahkan tidak jarang menggunakan kata-kata yang dapat menyakiti hati sang ibu. Perbuatan yang dilakukan orang-orang tersebut dapat dikategorikan sebagai mom-shaming. 

Mom-shaming adalah sebuah perilaku berkomentar yang bertujuan membuat sang ibu merasa bersalah dengan berbagai macam pendapat mengenai dirinya atau sang anak. Mom-shaming kadang tidak disadari karena biasanya sang pelaku berdalih hanya berkomentar, hanya memberi saran, atau semacamnya. Mereka tidak menyadari yang mereka lakukan dapat mempengaruhi perasaan bahkan kondisi psikologis sang ibu. Padahal mereka pun belum tentu paham dengan kondisi yang dihadapi oleh ibu dan anak tersebut dan keadaan keduanya.

Ibu yang melakukan mom-shaming biasanya membanding-bandingkan pola asuhnya dengan pola asuh ibu lain dan merasa bahwa yang dilakukannya adalah yang paling benar.

Ibu pelaku mom-shaming merasa bahwa dia lebih tahu dibandingkan dengan ibu yang menjadi korban. Sehingga, seringkali mom-shaming ini terjadi kepada ibu-ibu muda yang dianggap belum banyak tahu apa-apa.

Dilansir dari laman motherandbaby.co.idinilah perilaku-perilaku yang dapat mengindikasi seseorang melakukan mom-shaming :

1. Merendahkan Salah Satu Cara Seseorang Melahirkan Anak

Melahirkan dengan cara apapun, seorang ibu tetap seorang ibu. (pexels.com/rawpixel.com)
https://www.pexels.com/photo/baby-birth-born-care-734541/

Semua ibu pasti menginginkan proses melahirkan dapat dilakukan secara normal. Namun, semua itu tergantung kepada kondisi ibu dan sang bayi. Jika dianggap terlalu bahaya untuk melahirkan secara normal, dokter akan memilih operasi caesar untuk sang ibu.

Melahirkan secara caesar inilah yang biasanya menjadi penyebab seorang ibu megalami mom-shaming. Ibu yang melahirkan melalui caesar atau tidak dengan cara normal seringkali dianggap belum sepenuhnya menjadi seorang ibu. Padahal, baik dengan cara normal atau tidak, seorang ibu pasti sudah berjuang sangat keras untuk dapat melahirkan sang buah hati. Kedua proses tersebut sama-sama membutuhkan pengorbanan yang cukup melelahkan dan pantas untuk membuat sang ibu merasa bangga.

2. Merendahkan Ibu yang Memberi Susu Formula

Asi atau Sufor? (pexels.com/rawpixel.com)
https://www.pexels.com/photo/feeding-bottle-shallow-focus-photography-1667578/

Tidak ada ibu yang tidak ingin menyusui anaknya. Namun, kadang kondisi ibu dapat mempengaruhi keluarnya ASI. Ada ibu yang bahkan ASI-nya tidak keluar sama sekali karena kondisi fisik maupun psikis dan itu bukan kesalahannya.

Jika seperti itu, susu formula menjadi alternatif lain agar sang anak tetap mendapatkan nutrisi meskipun mereka tahu nutrisi yang terbaik berasal dari ASI. Seorang ibu seharusnya tidak boleh dikritik begitu saja dengan keputusannya memberi susu formula kepada sang buah hati tanpa orang lain mengetahui kondisi dan halangan yang dihadapinya.

3. Mengkritik Cara Pengasuhan Seorang Ibu

Ada banyak cara mengasuh. (pexels.com/ Daria Shevtsova)
https://www.pexels.com/photo/woman-holding-baby-while-sitting-on-fur-bean-bag-698878/

Terdapat banyak pola pengasuhan anak yang juga didukung oleh referensi-referensi terpercaya dan seorang ibu berhak menentukan gaya yang akan ia terapkan kepada sang buah hati. Bukan berarti ketika seorang ibu menerapkan suatu gaya pengasuhan kepada anaknya, maka ibu yang lain juga harus memiliki gaya pengasuhan yang sama.

Biasanya, gaya pengasuhan seorang ibu terhadap anaknya dikritik karena tidak sesuai dengan kebiasaan lama, tradisi, atau budaya yang telah mengakar lama. Gaya pengasuhan yang belum terlalu dikenal juga terkadang membuatnya terlihat aneh di mata masyarakat.

4. Mengkritik Pilihan Seorang Ibu untuk Bekerja atau Tidak

Menjadi ibu bekerja atau tidak sama sama melelahkan. (pexels.com/tookapic)
https://www.pexels.com/photo/adult-black-and-white-books-boy-77167/

Pilihan seorang ibu untuk kembali bekerja atau tidak setelah memiliki anak adalah kebebasannya. Selama dia masih menyadari posisinya sebagai ibu dan tidak melalaikan kewajibannya, itu tidak masalah. Kamu tidak menyadari bahwa bisa saja ada seorang ibu yang ingin menjaga anaknya 24 jam, namun keadaan ekonomi mengharuskannya mencari nafkah dan masih banyak alasan lainnya.

Mengomentari tubuh seorang ibu ketika sedang hamil atau setelah melahirkan, menghakimi cara pemberian asupan makanan kepada anak,  hingga hal yang sepele seperti pemilihan baju seorang ibu untuk anaknya juga dapat dikategorikan sebagai mom-shaming.

Yuk, berikan dukungan yang positif untuk para ibu agar lebih bersemangat menikmati waktunya sebagai ibu.

This post was created with our nice and easy submission form. Create your post!

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Loading…

0

Comments

0 comments

Inilah Alasan Mengapa Kamu Harus Sering Melakukan Family Time

Keren! 2 Mahasiswa UGM Kembangkan Lampu Emergency Ramah Lingkungan